Ana Yuliastanti
11 Januari 2022
Pixabay

Inilah Perbedaan Gejala Omicron dan Flu Biasa

Informasi kesehatan ditinjau dan diedit oleh
dr. William
 
Data nasional dari Kemenkes menunjukkan saat ini ada 414 kasus varian Omicron terdeteksi di Indonesia.  Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyampaikan bahwa mayoritas pasien terkonfirmasi Omicron memiliki gejala ringan dan tidak bergejala. Karenanya pasien terkonfirmasi Omicron tidak membutuhkan perawatan yang serius di rumah sakit. Lantas apa perbedaan gejala Omicron dan flu biasa?
 
 

Perbedaan Gejala Omicron dan Flu Biasa

Gejala Omicron mirip dengan pilek dan influenza. Gejalanya meliputi sakit tenggorokan, pilek, nyeri tubuh, dan demam. Influenza memiliki gejala yang sama yang biasanya memuncak pada pertengahan musim dingin dari awal Oktober hingga pertengahan Februari.
 
 
Karena gejalanya yang ringan, sulit untuk membedakan berbagai infeksi saluran pernapasan.  Para ahli mengatakan bahwa tidak ada cara pasti untuk membedakan atau mengetahui apakah Kamu terinfeksi Omicron.
 
 
Profesor Eskild Petersen, dari Rumah Sakit Universitas Aarhus di Denmark, seperti dikutip oleh sebuah publikasi media,, menjelaskan, "Pilek biasa dan Omicron, dalam pandangan saya, tidak mungkin untuk dibedakan."
 
 
Hal tersebut juga diamini oleh Dr Andrew Freedman, spesialis penyakit menular di Universitas Cardiff di Inggris. “Banyak orang, terutama orang yang divaksinasi, menunjukkan  gejala yang sebelumnya dianggap sebagai flu biasa.”
 
 
Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Siti Nadia Tarmizi , dikutip CNN Indonesia, juga menyebut ada satu hal paling utama yang bisa membedakan Omicron dengan flu biasa, yakni gejala anosmia atau tidak mampu membaui atau menghidu. "Flu tidak ada anosmia, meskipun di omicron juga jarang terjadi," kata Nadia.


Selain itu, untuk membedakan Omicron dan flu biasa dapat diketahui dari pemeriksaan PCR dan antigen. Jika pemeriksaan menunjukkan hasil positif, maka seseorang dapat didiagnosis dengan Covid-19. Jika tidak, besar kemungkinan adalah flu biasa. Untuk mengetahui varian virus Corona yang menginfeksi perlu dilakukan tes PCR SGTF.
 
 
Baca juga: Inilah Perbedaan Omicron dan Delta dalam Hal Beratnya Gejala Hingga Angka Kematian


Perawatan Pasien Omicron Melalui Telemedicine

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menjelaskan, pasien Covid-19 varian Omicron hanya perlu menjalani isolasi mandiri di rumah dengan diberikan suplemen vitamin maupun obat terapi tambahan yang telah diizinkan penggunaannya oleh pemerintah.
 
 
''Kenaikan transmisi omicron akan jauh lebih tinggi daripada delta, tetapi yang dirawat lebih sedikit, sehingga strategi layanan dari Kemenkes dari yang sebelumnya ke RS sekarang fokusnya ke rumah. Karena akan banyak yang terinfeksi namun tidak perlu ke RS,'' tutur Menkes, dikutip dari kemenkes.go.id.
 
 
Jika pasien membutuhkan konsultasi dengan dokter, Kemenkes sudah bekerjasama dengan 17 platform telemedicine untuk memberikan jasa konsultasi dokter dan jasa pengiriman obat secara gratis bagi pasien COVID-19 yang sedang menjalani isolasi mandiri di rumah untuk mempercepat proses kesembuhan. 
 
 
Kemenkes juga akan melakukan penyesuaian dengan merekomendasikan perubahan peraturan penatalaksanaan pasien COVID-19 termasuk menyertakan penggunaan obat monulpiravir dan Plaxlovid untuk terapi pasien COVID-19 gejala ringan.
 
 
Dari hasil penelitian, Molnupiravir dan Paxlovid mampu mengurangi gejala parah bahkan kematian pada pasien COVID-19. Obat tersebut telah diujicobakan kepada pasien COVID-19 dan terbukti aman. Keduanya juga telah mendapatkan izin penggunaan dari Badan Pengawas Obat Amerika Serikat (FDA). Saat ini Molnupiravir juga sudah mendapatkan EUA dari BPOM dan akan segera digunakan. Sementara Paxlovid sedang dalam proses mendapatkan EUA dari Badan POM.
 
 
Menkes merinci dari total 414 kasus terkonfirmasi Omicron, 99% gejalanya ringan dan tanpa gejala. Sedangkan yang masuk kategori sedang atau butuh perawatan oksigen hanya dua orang, yakni lelaki berusia 58 tahun dan 47 tahun. Keduanya dilaporkan memiliki penyakit penyerta (komorbid) dan kini telah dinyatakan sembuh.
 
 
''Dari 414 orang yang dirawat, 114 orang (26%) sudah sembuh termasuk yang 2 orang tadi yang masuk kategori sedang dan butuh perawatan oksigen,'' kata Menkes dalam keterangan pers di Jakarta pada Senin (10/1).
 
 
Baca juga: Gejala Omicron Lebih Cepat Muncul Dibandingkan Varian Lain
 
 

Meningkatkan Cakupan Vaksin

 
Menkes menambahkan, upaya menghadapi gelombang Omicron juga dilakukan dengan mempercepat vaksinasi, terutama bagi daerah yang cakupan vaksinasi dosis pertamanya belum mencapai 70% suntikan. Total masih ada 5 daerah yang membutuhkan akselerasi vaksinasi di antaranya Sumatera Barat, Sulawesi Barat, Maluku, Papua Barat dan Papua.
 
 
Kelima daerah tersebut didorong untuk terus meningkatkan laju vaksinasinya. Karena semakin cepat vaksinasi semakin cepat pula kekebalan tubuh terbentuk. Dengan demikian masyarakat bisa terlindungi dari ancaman penularan COVID-19.
 
 
 
''Kita akan menghadapi gelombang dari Omicron, jangan panik, kita sudah menyiapkan diri dengan baik. Pengalaman menunjukkan walaupun naiknya cepat, tapi gelombang Omicron ini turunnya juga cepat. Yang penting jaga prokes, disiplin melakukan surveilans dan percepat vaksinasi bagi yang belum dapat vaksinasi,'' pungkasnya.
 
 
Baca juga: Risiko Infeksi Ulang Tinggi, Peneliti Sarankan Booster untuk  Tangkal Varian Omicron
 
 
 
Referensi:
CNNIndonesia.com. Beda Covid-19 omicron dengan flu biasa. 

  • # COVID-19