Penyintas Kanker Anak Adakan Camp Survivor untuk Pemulihan Kondisi Psikologis
Para penyintas kanker anak yang tergabung dalam Cancer Buster Community (CBC) kembali mengadakan Cancer Survivors's Camp (CSC) atau pertemuan penyintas kanker anak di tahun 2025 ini. Mengambil tempat di Pondok Tingal, Magelang, Jawa Tengah, CSC berlangsung selama 3 hari, 19-21 September 2025. CSC kali ini bertema "Inspiring Action: Toward a Better Future Childhood Cancer Survivors" diikuti 50 peserta.
CBC telah melakukan program CSC ini sebanyak 12 kali yang diadakan di berbagai kota di Indonesia dan Singapura. Ketua Cancer Buster Community, Saprita Tahir, menjelaskan, "Tujuan CSC ini adalah memberikan terapi psikologis berupa workshop kepada para penyintas kanker anak, pasca menjalani pengobatan medis kanker. Mereka juga diberi kesempatan untuk mengembangkan kemandirian belajar, pengetahuan baru, dan berinteraksi dengan teman-teman yang mempunya latar belakang perjuangan yang sama."
Pemulihan Pasca Pengobatan Kanker
Terapi psikologis sama pentingnya dengan terapi medis dalam manajemen kanker anak. Menjalani terapi yang panjang di masa kanak-anak, bukan saja tidak mudah, tetapi juga menjauhkan mereka dari aktivitas yang seharusnya dilakukan anak-anak pada umumnya.
Belajar di sekolah, bergaul dengan teman, dan bermain, seringkali tidak dapat dilakukan dengan maksimal. Dengan kata lain, kehidupan sosialnya terputus. Hal ini menjadikan penyintas kanker anak kerap mengalami hambatan untuk bersosialisasi kembali di lingkungan mereka.
"Bahkan untuk hal yang sederhana, seperti bergaul, mereka sering kesulitan. Efek terapi kanker, kerap menyebabkan keterbatasan fisik. Hal ini membuat mereka merasa berbeda dibandingkan teman sebaya, dan rasa percaya dirinya pun rendah,” jelas psikolog senior Ninuk Widyantoro.
Ninuk akan memberikan bekal kepada para peserta CSC, tentang cara berkomunikasi dengan orang lain atau komunikasi interpersonal. "Diharapkan dengan dasar komunikasi yang diajarkan baik itu komuniasi verbal, maupun non-verbal melalui eskpresi, emosi, atau gerakan tubuh, anak-anak penyintas ini lebih mudah kembali ke lingkungannya terutama ke sekolah." tambah Ninuk.
Sementara itu, Intan K. Wardhani, M.Psi, Psikolog memberikan materi tentang Self Concept, atau perjalanan menemukan versi terbaik diri. Menurut Intan, penyintas kanker anak kerap mengalami kesulitan tentang kosnep diri, pasca menjalani perawatan.
"Konsep diri adalah gambaran atau persepsi seseorang tentang dirinya sendiri, yang mencakup bagaimana ia melihat dirinya secara fisik, sosial-emosional, kognitif, dan perilaku," jelas Intan.
Cara Menemukan Konsep Diri yang Positif
Konsep diri ini mulai berkembang sejak masa kanak-kanak dan dipengaruhi oleh pola asuh, interaksi sosial, budaya, dan pengalaman hidup. "Anak dengan kanker punya pengalaman hidup yang tidak sama dengan anak sehat pada umumnya, karena mereka punya pengalaman menjalani pengobatan kanker, hilangnya kendali atas tubuh, stres akibat prosedur medis, dan semuanya berdampak pada rencana hidup yang tertunda dan hubungan sosial yang terputus," jelas Intan.
Untuk membangun positif self concept atau konsep diri yang positif, para penyintas kanker anak membutuhkan dukungan psikologis. Karena terbukti, ditambahkan Intan, para penyintas kanker yang memiliki konsep diri positif cenderung mampu menerima dirinya sendiri, yang pada akhirnya membentuk harapan dan tercapainya kesejahteraan psikologis yang lebih baik.
Menurut Intan, ada lima cara membangun konsep diri yang positif.
1. Membangun kesadaran diri sendiri, atau sadar siapa diri kita saat ini dan siapa yang kita ingin jadi (ideal self).
2. Berhenti menghakimi diri sendiri, dengan cara menerima kelebihan dan kekurangan dan memaafkan masa lalu.
3. Mengganti ideal self yang tidak realistis yaitu tidak lagi terpaku pada standar sosial, namun sesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi diri.
4. Melakukan upaya perubahan secara bertahap, dan kelima, fokus pada proses dan bukan kesempurnaan. "Contoh, saya memang lulus lebih lama dari mereka karena lama dirawat di rumah sakit, tapi itu tidak membuat saya gagal sebagai pribadi. Saya bisa mencari peluang untuk melanjutkan pendidikan dan berkarir," Intan memberikan contoh afirmasi positif.
Ketua Acara Cancer Survivors's Camp, Asyifa Aulia Putri, menambahkan, “Saya berharap kegiatan ini dapat menjadi ruang bagi seluruh peserta untuk belajar banyak hal baru sekaligus menumbuhkan rasa kekeluargaan di antara anggota CBC. Sebagai sesama survivor, kami dapat saling menginspirasi dan memotivasi satu sama lain agar terus tumbuh dan menjadi pribadi yang lebih percaya diri”
Lastri Krisnarto, salah satu pendiri Yayasan Onkologi Anak Indonesia (YOAI), Yayasan yang menaungi CBC, dan ikut hadir dalam Cancer Survivors's Camp Magelang memberikan apresiasi dan semangat buat para peserta. "Mereka adalah pejuang yang tangguh. Untuk sampai pada titik ini, perjuangan mereka tidak mudah. Kami dari YOAI selalu memberikan dukungan karena kami percaya, aktivitas para penyintas kanker anak di Cancer Buster Community ini akan menjadi motivasi bagi anak-anak penderita kanker lainnya, yang saat ini sedang berjuang menaklukkan penyakitnya," ujar Lastri.
Selain workshop, acara CSC juga diisi dengan sharing sessions, aktivitas bersama, dan juga tur ke Candi Borobudur dan Wisata Lava Tour Gunung Merapi.
-
# Kanker
-
# Kanker anak