GueSehat
27 Juli 2016
pixabay.com

Paparan Asap Tingkatkan Risiko Hipertensi

Masihkah Anda ingat dengan kasus kebakaran hutan yang terjadi di Sumatera dan Kalimantan di akhir 2015 lalu? Bukan kali pertama kebakaran hutan besar seperti itu terjadi di Indonesia karena alasan untuk pembukaan lahan baru. Tetapi apa dampaknya? Dilansir dari BBC.com, kasus pembakaran hutan tahun 2015 lalu tercatat sebanyak setengah juta orang dirawat di rumah sakit akibat asap beracun yang menyelimuti kawasan Indonesia dan sebagian Asia Tenggara selama berminggu-minggu. Diperkirakan pula selama lima bulan di tahun tersebut, sekitar 1,7 ton karbon-atau setara dengan yang diproduksi Brasil selama setahun-dilepaskan ke atmosfer. Indonesia pun menjadi negara yang menempati posisi ke 3 sebagai negara penyumbang polusi terbesar di dunia dan ke 8 paling mematikan di dunia dengan angka kematian rata-rata 50 ribu jiwa pertahun. Sungguh ironis bukan? Melihat Indonesia juga menjadi salah satu negara yang dijadikan kawasan paru-paru dunia karena hutan yang dimilikinya. Polusi udara yang dihasilkan dari asap kebakaran serta polutan lain ini terbukti sangat berbahaya untuk pernapasan. Tetapi, tahukah Anda bahwa ternyata paparan polusi udara dapat menyebabkan risiko hipertensi bagi masyarakat yang menghirupnya? Salah satu penyebab polusi udara adalah kebakaran hutan.

Dampak Asap pada Hipertensi

Hipertensi (tekanan darah tinggi) didefinisikan sebagai keadaan dimana tekanan darah sistolik seseorang lebih dari 140 mmHg atau tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg.  Hipertensi merupakan faktor risiko untuk beberapa penyakit seperti stroke dan penyakit jantung. Hipertensi dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti gen, gaya hidup, diet, dan faktor lingkungan salah satunya bisa jadi adalah polusi udara. Dalam salah satu penelitian menunjukan bahwa polusi udara baik jangka pendek maupun jangka panjang dapat memengaruhi risiko hipertensi. Pada polusi jangka pendek seperti contohnya polusi yang terjadi dalam beberapa hari dapat mengarah pada peningkatan pasien gawat darurat disebabkan oleh hipertensi akut (sementara). Sedangkan polusi jangka panjang dapat menyebabkan hipertensi kronis. Penelitian tersebut dilakukan dengan cara menganalisis 17 studi yang dilakukan hingga Agustus 2015, dengan melibatkan 328.000 orang dan sekitar 108.000  orang di antaranya memiliki tekanan darah tinggi. Penelitian ini dilakukan di kota-kota di berbagai negara seperti seperti Brasil, Kanada, Tiongkok, Denmark, Jerman, Iran, Spanyol, Taiwan, dan Amerika. Polusi jangka pendek didefinisikan sebagai polusi yang terjadi dalam beberapa hari atau dalam hitungan hari, sedangkan polusi jangka panjang didefinisikan sebagai polusi yang terjadi dalam hitungan tahun atau selama bertahun-tahun. Contoh polusi yang terjadi yaitu seperti  nitrogen oksida yang berasal dari bahan bakar kendaraan maupun pabrik, sulfur oksida yang juga berasal dari emisi bahan bakar, ozon, karbon monoksida, dan partikel-partikel seperti debu, asap, droplets dan cairan. Penelitian ini belum bisa menghasilkan hubungan antara unsur-unsur polusi tersebut dengan kenaikan tekanan darah. Tetapi dari penelitian ini dapat menyadarkan kita mengenai betapa berbahayanya polusi udara dan berusaha secara efektif untuk menurunkan paparan polusi agar dapat memberi yang baik bagi kesehatan. Untuk itu, sebaiknya Anda mulai waspada dengan bahaya polusi udara dengan mengurangi penggunaan kendaraan pribadi dan selalu menggunakan masker ketika keluar rumah. Hal ini juga bisa menjadi cara terapi tepat untuk hipertensi.  

  • # Terbaru
  • # Informasi
  • # Hipertensi