Ana Yuliastanti
26 Mei 2025
Guesehat

Mengenal Penyakit Moyamoya: Kelainan Pembuluh Darah Otak Penyebab Stroke

Stroke adalah salah satu penyakit yang menyebabkan kecacatan dan kematian, biasanya dipicu oleh faktor risiko seperti hipertensi dan diabetes. Stroke bisa terjadi akibat penyumbatan pembuluh darah yang membawa darah ke otak, disebut stroke iskemik. Ada juga stroke akibat pecah pembuluh darah di otak dikenal dengan stroke hemoragik. Biasanya penyebabnya karena kelainan pembuluh darah aneurisma.

 

Namun, ada satu pemicu stroke yang tidak berkaitan dengan faktor risiko seperti hipertensi, kolesterol tinggi, maupun diabetes, bahkan aneurisma. Stroke tipe ini bahkan bisa menyerang bayi dan anak-anak.

 

Kelainan Pembukuh Darah Otak Moyamoya 

Stroke yang dimaksud berkaitan dengan penyakit Moyamoya. Penyakit Moyamoya adalah kondisi langka di mana arteri besar di otak menyempit dan tersumbat, yang menyebabkan berkurangnya aliran darah. Hal ini dapat menyebabkan stroke, kejang, dan masalah neurologis lainnya.

 

Istilah "moyamoya" berasal dari frasa bahasa Jepang yang berarti "kepulan asap," yang menggambarkan penampakan pembuluh darah kecil yang kusut yang terbentuk untuk mengimbangi penyumbatan.

 

Dalam acara Peresmian Pusat Moyamoya dan Penyakit Serebrovaskular Kompleks di RS Pusat Otak Nasional (RS PON), Dr. Muhammad Kusdiansyah, SpBS, Dokter Spesialis Bedah Saraf menjelaskan, penyakit Moyamoya terjadi akibat kelainan genetik yang menyebabkan pembuluh darah di otak menyempit.

 

“Tubuh lalu mengkompensasi penyempitan ini dengan membuat pembuluh-pembuluh darah baru yang banyak. Masalahnya karena terbentuk dalam waktu singkat, maka pembuluh darah ini sangat ringkih dan mudah pecah, maka terjadilah stroke,” jelas dr. Kusdiansyah.

 

Kejadian penyakit Moyamoya cukup jarang. Di Amerika kasusnya 1:1 juta, namun di Jepang insidennya mencapai 1:100.000 orang. “Insiden di Indonesia kemungkinan mirip di Jepang karena kita belum ada data pastinya,” tambah dr. Kusdiansyah.

 

Meskipun belum ada data, diduga kejadian kasus penyakit Moyamoya di Indonesia cukup tinggi. Hal ini dipaparkan oleh Direktur Utama RS PON, dr. Adin Nulkhasanah, Sp.S, MARS.

 

“Sejak dibuka Pusat Moyamoya di RS PON, kita sudah menangani 70 pasien dalam waktu kurang dari 1 tahun. Sedangkan untuk kasus anrurisma sudah lebih dari 1000 kasus yang ditangani,” ujar dr. Adin. Pusat penyakit Moyamoya RS PON merupakan yang pertama di Indonesia.

 

Penanganan Moyamoya dengan bedah mikrovaskular yang rumit

Penanganan penyakit Moyamoya dilakukan dengan tindakan operasi atau bedah mikrovaskular. Sayangnya, tindakan ini cukup rumit dan belum banyak dokter bedah saraf di Indonesia yang mampu melakukannya.

 

Untuk menambah keahlian dokter bedah saraf dalam tindakan bedah mikrovaskular terutama untuk penyakit Moyamoya, dan dalam rangka peresmian Pusat Moyamoya & Penyakit Serebrovaskular Kompleks, 24 Mei 2025, RS PON menggandeng Far East Neurosurgical Institute, Jepang, melakukan workshop bedah mikrovaskulra kepada 70 ahli bedah saraf.

 

Prof. Rokuya Tanikawa, salah satu pakar penyakit Moyamoya hadir menjadi mentor utama. Ia menjelaskan, Moyamoya ini bisa menyebabkan stroke pada anak-anak di bawah 10 tahun, atau di atas 30-40 tahun.

 

“Pasien saya termuda berusia 2 tahun dan mengalami gejala iskemik berat. Dalam jangka panjang bisa menyebabkan gangguan perkembangan dan retardasi mental. Jika tidak ditangani akan menetap sampai dewasa. Tentunya ia akan memiliki kualitas hidup yang rendah setelah dewasa,” jelas Prof. Rokuya.

 

Terapi sedini dan secepat mungkin sangat penting terutama untuk kasus Moyamoya pada anak untuk mengejar pertumbuhan dan perkembangannya. Tindakan yang bisa dilakukan adalah dengan bedah bypass pembuluh darah otak, di mana dokter bedah saraf akan membuat atau menyambungkan pembuluh darah baru agar darah mengalir kembali.



“Tindakan revaskularisasi untuk penyakit Moyamoya itu sangat sulit apalagi pada anak karena ukuran pembuluh darahnya sangat kecil hanya 0.5 mm. Jadi perlu kehati-hatian. Hanya sedikit dokter bedah saraf yang bisa melakukan, bahkan di Jepang sendiri. Mereka harus belajar atau berlatih dulu melakukan operasi pada pembuluh darah lebih besar yaitu 2-3 mm secara intensif,” jelas prof. Rokuya.

 

Prof. Rokuya sendiri sudah melatih ratusan ahli bedah saraf dari berbagai negara.


Diketahui dengan brain chek

dr. Adin menambahkan, karena Moyamoya tidak memiliki faktor risiko selain genetik, maka tindakan pencegahan bisa dilakukan dengan pemeriksaan otak. “Jika sudah terjadi stroke, padahal faktor risiko stroke seperti hipertensi dan diabetes terkendali, perlu dirujuk ke rumah sakit yang memiliki alat diagnotik lengkap untuk mendeteksi kemungkinan kelainan pembuluh darah di otak,” jelas dr. Adin. (AY)

  • # Otak
  • # Risiko stroke
  • # stroke