Wanita

Masuk Kelompok Risiko Tinggi Depresi, Bumil Bisa Skrining Kesehatan Mental Gratis!

Perubahan tubuh, perubahan peran, pengaruh hormonal, membuat ibu hamil masuk kelompok rentan mengalami gangguan mental seperti depresi, gangguan kecemasan, bahkan kasus terburuk dan paling ditakuti, bunuh diri.

Di dunia dengan perkembangan digital yang cepat, tekanan pada ibu hamil dari masyarakat pun semakin meningkat. Mulai dari tuntutan saat hamil, melahirkan, saat memberikan ASI, hingga pengasuhan anak. Tidak hanya dari masyarakat, bahkan dari orang terdekat seperti mertua juga ikut andil memberikan tekanan.

"Ibu hamil itu banyak menerima tuntutan misalnya hamil harus begini, nanti begitu melahirkan baru lahiran anak pertama sudah ditanya kapan anak kedua, belum lagi saat menyusui, ASI belum keluar semakin stres dan ada tuntutan agar bayi segera diberikan air putih atau susu formula. Padahal kan ASI tidak langsung keluar itu wajar, ditunggu saja sampai ASI keluar tidak akan membuat bayi kelaparan. Dan bayi sering menangis itu tidak selalu karena lapar, " ujar Ketua Ikatan Psikolog Klinis (IPK) Wilayah DKI Jakarta saat ditemui dalam Kongres ke-V IPK Indonesia, Annelia Sari, M.Psi, Psikolog, yang juga dipercaya sebagai Ketua Panitia.

Skrining kesehatan mental untuk ibu hamil

Dalam program Cek Kesehatan Gratis (CKG) yang merupakan program pemerintah di Puskesmas, sudah ada fasilitas skrining kesehatan mental untuk ibu hamil. "Jadi saya harapkan semua ibu hamil ikut skrining ini dan jangan ditolak," tegas Anne.

Saat ini skrining kesehatan jiwa dalam program CKG yang sudah berjalan adalah skrining untuk lansia dan dewasa. Di kategori dewasa, salah satunya ibu hamil. IPK Indonesia, menurut Anne, sedang melakukan sosialisasi untuk skrining kesehatan jiwa pada anak remaja dan anak sekolah.

Ia menambahkan, dari hasil CKG skrining kesehatan jiwa, memang beberapa ditemukan ibu hamil yang terdeteksi mengalami depresi atau gangguan kecemasan. "KIta berharap untuk tindak lanjutnya setelah terdeteksi penangannya bagaimana, dan IPK sedang mempersiapkan rekomendasinya," ujar Anne.

Konsultasi dan deteksi oleh psikoloh klinis

Saat ini deteksi dan penanganan gangguan jiwa di Puskesmas, termasuk pada ibu hamil sepenuhnya gratis karena merupakan program startegis pemerintah. Dan wewenang deteksi dan penanganan ini dilakukan oleh psikolog klinis.

Psikolog klinis memiliki standar kompetensi untuk mendiganosis 30 gangguan jiwa di Puskesmas. Deteksi dini penting, untuk penanganan awal, sebelum pasien dirujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih lengkap, jika diperlukan.

“Psikolog klinis yang ada di puskesmas menjadi ujung tombak untuk lebih banyak menjangkau masyarakat yang mengalami gangguan mental. Psikolog klinis di Puskesmas juga menjadi penolong awal untuk kasus-kasus kekerasan terhadap anak dan perempuan, jadi hampir di semua Puskesmas jika ada kasus kekerasan anak dan perempuan, maka akan ditangani terutama oleh psikolog klinis. Gangguan tumbuh kembang juga termasuk yang ditangani psikolog klinis di Puskesmas,” ujar Anne.

Sesuai Permenkes No 19 tahun 2024 tentang Penyelenggaraan Puskesmas, menyatakan, bahwa piskolog klinis adalah salah satu tenaga kesehatan esensial wajib yang harus ada di puskesmas. Namun sayangnya jumlah psikolog klinis saat ini masuh terbatas dan belum bisa melayani di seluruh puskesmas. Jumlah Puskesmas di seluruh Indonesia mencapai 10.000 lebih, sedangkan jumlah psikolog klinis baru 4000-an orang.

Jadi Mums, ibu hamil memang masuk kategori rentan alami gangguan jiwa seperti depresi dan gangguan kecemasan karena beban ibu hamil sangat banyak. Bukan hanya beban akbat perubahan tubuh tapi perubahan peran. Kementerian Kesehatan juga sudah memasukkan Ibu hamil dalam kelompok rentan di dalam pengelolaan kesehatan, tidak hanya terkait kesehatan jiwa saja.

Jangan ragu untuk skrining jika Mums merasa cemas, depresi dan mengalami banyak tekanan. Kebahagiaan dan kesejahteraan ibu hamil akan berdampak pada kesehatan anak yang dikandung dan juga kesehatan ibu secara keseluruhan.

# Depresi
# Ibu hamil