Ella Nurlaila
16 Oktober 2024
shutterstock

Jangan Pernah Melabeli Anak, Ini Dampaknya!

Dalam kehidupan sehari-hari, kita memberi label pada banyak hal, seperti makanan, pakaian, bahkan orang. Kita memberi label pada orang berdasarkan berbagai ciri sosial dan biologis, yaitu usia, jenis kelamin, suku, agama, ras, pekerjaan, atau penampilan. Tapi melabeli anak adalah hal yang berbeda dan sebaiknya tidak dilakukan. 


Label secara formal bergantung pada norma atau kendali sosial dan secara informal bergantung pada interaksi antarmanusia, seperti orang tua, guru, dan teman sebaya. Sementara beberapa label berguna dalam mengkategorikan informasi yang kita proses, seperti "aman atau berbahaya". 

Baca juga: Jangan Disepelekan, Ini Ciri-Ciri Bipolar Disorder pada Anak


Mengapa Orang Tua Sering Melabeli Anak?

Teori pelabelan, yang pertama kali dikembangkan oleh Howard Becker (1963), telah menyoroti dampak negatif dari label pada orang yang diberi label. Bertahun-tahun kita menyaksikan orang tua, termasuk pengasuh dan orang dewasa, dengan mudah memberi label pada anak-anak tanpa menyadarinya. 


Memberi label pada anak-anak biasanya memerlukan penggunaan kata sifat untuk menggambarkan karakter, perilaku, atau penampilan anak. Misalnya, seseorang mungkin berkata, "Dia anak yang  pemalu. Dia suka memerintah. Dia seorang pemimpin. Dia seniman alami. Dia cengeng."


Apa yang dikatakan orang dewasa, terutama orang tua, sangat memengaruhi anak-anak, dan yang mengejutkan, mereka adalah pendengar yang luar biasa. Label dapat sangat memengaruhi cara anak-anak dalam memandang diri mereka sendiri. 


Hanya karena anak-anak menunjukkan pola perilaku pada suatu waktu tidak berarti mereka harus diberi label seperti itu. Misalnya, jika seorang anak terus-menerus mendengar labeling, "dia suka pilih-pilih makanan," maka dia mungkin menjadi pemilih makanan karena orang tuanya selalu mengatakan dia pemilih makanan. 


Anak-anak tumbuh, berkembang, dan berubah, dan memiliki potensi yang tak terbatas. Penting bagi kita untuk tidak menghalangi potensi ini dengan label yang berbahaya atau menyakitkan.


Dampak Memberikan Label ke Anak


Berikut dampak melabeli anak, baik positif maupun negatif:

1. Pemberian label memengaruhi cara anak memandang diri mereka sendiri.


Cara orang tua (atau orang dewasa lainnya) memberi label pada anak dapat berdampak besar pada cara anak tersebut memandang dirinya sendiri. Ketika seorang anak diberi label, label tersebut akan menjadi bagian dari identitasnya. Label sering kali lebih banyak menimbulkan kerugian daripada manfaat dengan menempatkan anak dalam kotak.


2. Pemberian label memengaruhi cara anak diperlakukan


Ketika anak diberi label, hal itu tidak hanya memengaruhi cara mereka memandang diri mereka sendiri, tetapi juga apa yang diharapkan dari mereka dan bagaimana mereka diperlakukan, yang pada gilirannya memengaruhi siapa mereka nantinya. Misalnya, anak berkemauan keras yang diberi label sebagai "pembuat onar" kemungkinan akan menyulitkan orang tua untuk menunjukkan empati dan berusaha memperbaiki perilaku bermasalahnya.


3. Pemberian label membatasi potensi anak


Meskipun label tidak selalu negatif (seperti "pemalu, baik hati, atletis, atau kreatif"), label tetap dapat memengaruhi dan membatasi potensi anak. Hal ini juga berlaku untuk label positif. Anak-anak dapat mengeksplorasi semua jenis minat, aktivitas, dan karier sepanjang hidup mereka, jadi sebaiknya jangan melabeli mereka sebagai "insinyur", "gadis feminin" atau "jenius matematika". Ketika anak-anak belajar bahwa segala sesuatu mungkin terjadi, mereka lebih bersedia mengambil risiko dan bekerja keras.


Ganti Labeling dengan Memilih Kata yang Tepat


Ketika anak-anak diberi label, hal itu dapat memengaruhi rasa diri mereka dan bagaimana mereka diperlakukan, serta membatasi potensi mereka. Label negatif dapat membuat orang tua (dan pengasuh atau orang dewasa) mengharapkan yang terburuk, dan bahkan label positif dapat menjadi penghalang. 


Untuk menghindari pemberian label yang tidak menyenangkan, pikirkan sebelum Mums berbicara dan pilih kata-kata dengan bijak. Pertimbangkan dampak dari potensi label tersebut dan bagaimana hal itu akan memengaruhi anak sekarang dan di masa mendatang. Gunakan label dan/atau kata-kata yang akan menawarkan dorongan dan dukungan. Misalnya:


- Daripada melabeli seorang anak sebagai "anak yang baik" atau "orang yang suka menolong", cobalah untuk mengatakan "kamu bersikap baik" atau "dia sangat suka menolong." 


- Daripada mengatakan "kamu pemalu" atau "jangan malu," cobalah pernyataan seperti, "butuh waktu sedikit bagimu untuk merasa nyaman dengan orang baru, ya," atau "kamu sepertinya bisa nyaman bicara dengan orang yang kamu kenal baik." 


- Daripada melabeli anak sebagai "pengeluh," "cengeng," atau "egois," gunakan kata-kata deskriptif yang lebih positif seperti "kamu berhati lembut" dan "kamu sepertinya sadar akan perasaan mereka sendiri." 


- Daripada mengatakan "aduh, kamu sangat pemilih!" katakan, "tidak apa-apa jika kamu tidak ingin mencobanya kali ini." Hindari membatasi anak dengan melabeli mereka secara tidak sengaja.


Memang ketika berbicara tentang seorang anak, bahwa label bisa jadi sulit dihilangkan. Tidak ada kata terlambat untuk berubah dan menyadari dampak negatif dari label.


Referensi:

  • # Anak
  • # TBN Tumbuh Kembang
  • # TBN 4 Tahun
  • # TBN 3 Tahun