iera sipahutar
27 Juli 2019
pixabay.com

Imunisasi BCG Jauhkan si Kecil dari Tuberkulosis

Berbicara tentang bahaya penyakit tuberkulosis, tak bisa lepas dari cara pencegahannya yaitu imunisasi BCG. Begitu lahir, si Kecil wajib mendapatkan beberapa imunisasi wajib, salah satunya adalah imunisasi BCG. Kenapa?

 

Penyakit tuberkulosis (TB) yang dulu dikenal sebagai TBC, adalah infeksi bakteri yang dapat menyerang hampir semua bagian tubuh, seperti selaput otak, usus, tulang, hingga kelenjar getah bening di leher dan ketiak. Walau begitu, tuberkulosis paling umum terdapat di paru-paru, yang biasa disebut TB pulmoner. 

 

Tuberkolosis termasuk dalam 10 besar penyakit yang menyebabkan kematian di dunia. Data Badan Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan bahwa pada tahun 2015, Indonesia termasuk dalam 6 besar negara dengan kasus baru TB terbanyak. Dan hingga saat ini, Global Tuberculosis Report WHO melaporkan bahwa pada tahun 2017, Indonesia tercatat sebagai negara kedua dengan penderita TBC terbanyak di dunia, yaitu 1.020.000 jiwa, setelah India. 

 

Peringkat ini jelas bukanlah prestasi yang membanggakan, karena di tahun-tahun sebelumnya, Indonesia menduduki posisi ketiga setelah India dan Tiongkok. Inilah yang menjadi alasan kenapa vaksin Bacillus Calmette–Guérin atau imunisasi BCG, menjadi salah satu imunisasi wajib berdasarkan rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).

 

Imunisasi BCG adalah...

Imunisasi BCG menjadi vaksin utama untuk melawan penyakit tuberkulosis. Untuk negara endemik seperti Indonesia, imunisasi BCG wajib diberikan sebelum bayi berusia 3 bulan, dengan usia optimal adalah 2 bulan, karena sistem imun anak belum matang, sehingga imunisasi harus segera diberikan. Tidak seperti imunisasi lainnya, imunisasi BCG hanya perlu dilakukan satu kali, tanpa pengulangan.

 

Jika imunisasi BCG baru akan diberikan setelah usia 3 bulan, sebelumnya harus dilakukan uji kulit tuberkulin atau juga biasa disebut uji Mantoux. Hal ini berkaitan dengan risiko peradangan lokal dan terjadinya bekas luka yang cukup tinggi, serta kemungkinan terjangkitnya tuberkulosis secara aktif.

 

Selain dilakukan sebelum imunisasi BCG, uji kulit tuberkulin juga digunakan untuk menemukan infeksi tuberkulosis laten (sudah terinfeksi dengan virus TB, tetapi belum mengidap penyakit yang aktif) pada seseorang yang mungkin pernah berdekatan dengan pengidap tuberkulosis, serta untuk membantu menemukan penyakit tuberkulosis aktif.

 

Dosis imunisasi BCG yang akan diberikan pada bayi di bawah usia 1 tahun adalah sebanyak 0,05 ml. Biasanya, penyuntikan vaksin akan dilakukan pada lengan bagian kiri atas. Selanjutnya, lengan yang telah diimunisasi BCG tersebut tidak boleh diberikan vaksinasi lain, minimal selama 3 bulan.

 

Imunisasi BCG terbuat dari bakteri tuberkulosis yang sebelumnya sudah dilemahkan, sehingga tidak akan menimbulkan penyakit pada penerima vaksin. Bakteri Mycobacterium bovine, yang memiliki kemiripan dengan bakteri tuberkulosis manusia (Mycobacterium tuberculosis), akan memicu sistem imun di dalam tubuh. Sistem imun ini nantinya akan menghasilkan sel-sel untuk melindungi tubuh dari serangan bakteri tuberkulosis. 

 

Hingga saat ini, imunisasi BCG masih dipercaya menjadi cara pencegahan penyakit tuberkulosis paling efektif, terutama untuk mencegah tuberkulosis yang paling berbahaya, yaitu tuberkulosis meningitis pada anak. Walau masih jauh dari kriteria sempurna, imunisasi BCG adalah opsi yang paling terjangkau, aman, dan mudah didapatkan di beragam fasilitas kesehatan di dunia. Penelitian medis tak berhenti sampai di situ, karena hingga saat ini, masih terus dikembangkan jenis vaksin lain untuk mencegah tuberkulosis, namun belum diresmikan dan terbukti keefektifannya.

 

Baca juga: Mums, Pastikan Anak Mendapat Imunisasi OPV di Waktu yang Tepat!

 

Setelah imunisasi BCG

 

Setelah bayi menerima imunisasi BCG, Mums tidak perlu merasa panik jika tiba-tiba muncul luka seperti melepuh pada area yang disuntik. Tidak jarang timbul juga rasa sakit serta lebam selama beberapa hari. Kemudian setelah 2-6 minggu, titik suntikan akan membesar hingga berdiameter 7 mm dan mengeras. 

 

Kondisi ini terjadi karena cairan yang berada di permukaan bekas suntikan, mengering dan mengalami pengerasan, sehingga menimbulkan bekas luka yang kecil. Umumnya, luka ini akan sembuh dengan sendirinya dalam waktu beberapa minggu. Namun ada pula sebagian orang yang mengalami bekas luka yang lebih erat.

 

Imunisasi BCG sangat jarang menimbulkan efek samping yang berupa reaksi anafilaktik. Namun, ada baiknya untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan jika timbul alergi dengan cara mengonsultasikan kondisi kesehatan si Kecil pada tenaga ahli terlatih. 

 

Meski tergolong sebagai vaksinasi wajib, namun ada beberapa kondisi yang membuat pemberian imunisasi BCG pada bayi harus ditunda. Misalnya, saat bayi mengalami demam tinggi, infeksi kulit, atau HIV positif. Bayi yang sedang menjalani pengobatan kanker atau pernah terkena maupun tinggal dengan penderita tuberkulosis, juga perlu ditunda mendapatkan imunisasi BCG hingga kondisinya lebih memungkinkan untuk menerima vaksin.

 

 

 Pencegahan tuberkulosis selain dengan imunisasi BCG

 

Umumnya, bayi dan anak yang terinfeksi bakteri M. tuberculosis, tidak akan langsung sakit, namun tetap berada di tahap tuberkulosis laten. Penyebaran bakteri TB terjadi melalui media air liur yang tersebar di udara ketika penderita TB batuk, bersin, berbicara, menyanyi, atau tertawa, lalu terhirup orang lain. Proses penularan terhadap orang lain ini sangat ditentukan dari banyaknya kuman yang keluar dari pasien. Dan perlu diluruskan, bakteri  tidak bisa berpindah melalui kegiatan bertukar pakaian, seprai, gelas, peralatan makan, toilet, atau benda lainnya yang pernah disentuh oleh penderita TB.

 

 

Sebagai bentuk pencegahan, imunisasi BCG bukanlah jalan satu-satunya. Kita bisa memulainya dari diri sendiri dengan menutup mulut menggunakan lengan ketika bersin atau batuk, bukan dengan telapak tangan. Selain itu, gunakan masker saat batuk atau flu. Cara sesederhana ini sudah sangat cukup untuk menghentikan penularan penyakit kepada orang lain.

 

 

Pencegahan tuberkulosis juga perlu dimulai dari kondisi rumah. Pasalnya, salah satu penyebab penyakit ini adalah lingkungan rumah yang lembap dan kumuh. Itulah kenapa ditekankan pentingnya memiliki ventilasi yang baik di rumah untuk mengurangi kuman yang terbang terbawa udara. Aliran udara yang baik di dalam hunian menjadi langkah utama untuk mencegah penyebaran bakteri. Perlu pula diketahui, bakteri tuberkulosis akan mati bila terkena sinar matahari langsung.

 

Menteri Kesehatan Nila Djuwita F Moeloek, pun ikut menambahkan bahwa pencegahan dan cara mengatasi penyebaran tuberkulosis harus dilakukan intervensi sampai ke keluarga penderita. Alasannya, “Begitu ada pasien TB masuk rumah sakit, hampir bisa dipastikan anggota keluarga lainnya juga akan terkena penyakit tersebut. Selanjutnya, akan segera bergiliran anggota keluarga tersebut dirujuk ke rumah sakit," kata Nila.

 

Tuberkulosis bukanlah jenis penyakit yang bisa disepelekan. Terlebih penyakit ini bisa ditularkan dengan sangat mudah. Makanya, sangat penting bagi Mums dan Dads untuk dapat menjamin kesehatan si Kecil dengan memberikan imunisasi BCG di usia yang tepat.

 

 

 

Sumber:





  • # Imunisasi
  • # TB Kesehatan
  • # TBN Kesehatan
  • # TBN Tumbuh Kembang
  • # Bayi & Balita