Jadi Penyebab Infertilitas, Endometriosis Dapat Dioperasi Lebih Baik dengan Bedah Robotik
Endometriosis adalah salah satu penyebab wanita sulit hamil atau mengalami infertilitas. Endometriosis adalah kondisi ketika jaringan mirip endometrium (lapisan dalam rahim) tumbuh di luar rahim, misalnya di ovarium, saluran tuba, dinding panggul, atau organ lain di sekitar area panggul.
Jaringan ini tetap merespons hormon siklus menstruasi—menebal, luruh, dan berdarah—namun tidak bisa keluar dari tubuh. Akibatnya, terjadi peradangan, nyeri, bahkan terbentuk jaringan parut (adhesi).
Penanganan endometriosis disesuaikan dengan tingkat keparahan gejala, usia, dan keinginan memiliki anak. Beberapa cara yang bisa dilakukan adalah dengan laparoskopi, yaitu prosedur minimal invasif untuk mengangkat atau menghancurkan jaringan endometriosis. Pada kasus yang berat dilakukan histerektomi (pengangkatan rahim), biasanya jika pasien tidak berencana hamil lagi.
Keterbatasan Laparaskopi
Sejak diperkenalkan di awal 90-an, sampai saat ini laparaskopi sudah hampir menggantikan bedah konvensional sepenuhnya. Karena dengan laparaskopi, sayatan sangat minimal, perdarahan jauh lebih sedikit, nyeri bisa jauh lebih minimal, dan pasien lebih cepat keluar dari rumah sakit.
Tetapi ada keterbatasan dalam bedah laparaskopi untuk endometriosis. Untungnya, teknologi kedokteran terus berkembang dan saat ini ada peralatan bedah minimal invasif yang lebih menjanjikan dibandingkan laparaskopi, yaitu sistem bedah robotik atau robotic-assisted systems (RAS).
RAS pertama buatan Jepang yaitu hinotori™ baru saja diluncurkan di dua rumah sakit di Malaysia yaitu di Mahkota Medical Centre (MMC) di Melaka dan Regency Specialist Hospital (RSH) di Johor, yang merupakan bagian dari grup layanan kesehatan regional HMI Medical, pada 22 dan 23 September 2025.
Salah satu pakar laparaskopi dunia, Dr. Sevellaraja A/L N. Supermaniam atau dr. Selva, Konsultan Obstetrik dan Ginekologi dari Mahkota Medical Centre, Melaka, menjelaskan bagaimana sistem bedah robotik hinotori™ ini mengubah praktek penanganan endometriosis.
Menurut dr. Selva, endometriosis adalah penyakit yang memengaruhi banyak organ di pelvis atau rongga panggul. Jaringan endometriosis tidak hanya ada di rahim, tetapi juga bisa ke kantung kemih, usus, dan organ lainnya.
"Itulah mengapa sangat sulit mengoperasi endometriosis dengan laparaskopi, karena ada area yang sulit dijangkau dengan instrumen laparaskopi. Tetapi dengan sistem asisten robotik ini, dokter bisa menjangkau area yang sulit tersebut,” jelas dr. Selva yang sudah berpengalaman selama lebih dari 31 tahun menangani ribuan kasus bedah ginekologi dengan laparaskopi.
Cara Kerja dan Keunggulan Bedah Robotik
Lebih jauh, dr. Selva menjelaskan, bahwa keuntungan menggunakan robotic-assisted systems (RAS) hinotori™ adalah dokter tidak perlu bergantung dengan asisten atau perawat karena dokterlah yang mengendalikan semua instrumen, termasuk kamera yang akan meneropong organ dalam tubuh.
Robot ini memiliki 4 lengan, yaitu satu lengan adalah kamera, dan tiga lengan lainnya adalah instrumen operasi. Lengan ini akan masuk melalui 4 sayatan (lubang) sangat kecil di perut, sehingga area yang akan dioperasi terpampang nyata di layar berkat resolusi kamera yang sangat jernih.
“Kalau laparaskopi, kamera dipegang oleh nurse atau asisten dan kedua tangan dokter mengendalikan instrumen. Dengan robot, ia menggantikan peran nurse atau asisten sehingga tidak lagi diperlukan asisten dan keempat lengan ini dikendalikan oleh kedua tangan dokter bedah sepenuhnya,” ungkap dr. Selva.
Selain itu, laparaskopi dilakukan dengan poosisi dokter bediri di samping tempat tidur pasien. Operasi yang memakan waktu lama bisa membuat dokter maupun asisten kelelahan. Dengan asisten robotik, lanjut dr. Selva, dokter bisa duduk dengan nyaman dan bisa beristirhat jika lelah. Dokter bisa lebih percaya diri karena risiko human eror akibat kelelahan bisa berkurang. “Keuntungan besarnya adalah keamanan pasien yang jauh lebih baik,” tegas dr. Selva.
Menurut dr. Selva, di Indonesia juga sudah ada beberapa ahli laparaskopi dan bedah robotik, hanya saja jumlahnya masih sangat terbatas dan belum bisa melayani seluruh pasien endomteriosis dan kasus ginekologi lainnya.
"Dengan diluncurkannya robotic assisted surgical systems dari Jepang pertama kali di kedua rumah sakit kami di Malaysia, kami berharap dapat terus menunjukkan komitmen dan kesiapan kami untuk melayani lebih banyak pasien internasional, termasuk dari Indonesia. Kami menyadari kebutuhan mereka yang semakin meningkat akan perawatan robotik canggih dengan harga yang sebanding dengan nilai yang diberikan untuk mengerti lebih dalam mengenai kondisi kesehatan mereka," kata Mr. Stanley Lam, CEO HMI Malaysia. (AY)
-
# Kesehatan Wanita
-
# Infertilitas
-
# Endometriosis