iera sipahutar
06 Desember 2021
freepik.com

Ibu Hamil Kerokan, Boleh atau Jangan?

Istilah “masuk angin” bukan hal asing di kuping kita. Ketika tubuh terasa nyeri, pegal, perut kembung, ataupun meriang biasanya disimpulkan kalau hal tersebut adalah gejala masuk angin.

 

Tak perlu berpikir lama, kalau tubuh sudah menunjukkan gejala-gejala tersebut, biasanya opsi kerokan dipilih untuk membuat tubuh lebih nyaman. Eits, tapi tunggu dulu. Kira-kira kerokan selama hamil itu aman atau tidak, ya? Yuk, simak infonya di sini.

 

Fakta tentang Kerokan

Pernah penasaran enggak sih Mums dari mana asalnya kerokan? Kerik atau kerokan juga dikenal sebagai gua sha atau coining, yang berarti goresan atau memar. Dalam budaya Tiongkok di mana kerokan ditemukan, disebut dengan cao gio yang berarti "menangkap angin". 

 

Walau erat dengan kebudayaan Tiongkok, kerokan digunakan sebagai pengobatan dalam berbagai budaya, termasuk Asia Tenggara. Prosedur kerokan dikerjakan dengan menggosok sendi-sendi dekat tulang di area punggung menggunakan koin.

 

Kerokan merupakan terapi untuk meredakan beberapa penyakit ringan, seperti flu, demam, pegal, dan lain-lain. Hasil dari kerokan memang tak indah terlihat, karena menghasilkan memar memanjang kemerahan dan baru akan hilang 3-4 hari setelahnya. 

 

Bingung ya kenapa kerokan terlihat menyakitkan, tetapi dianggap bisa mengobati? Dalam pengobatan Asia Timur, rasa sakit dipandang sebagai bentuk terhentinya aliran darah di suatu bagian tubuh (stasis) dan bermanifestasi menjadi nyeri otot (mialgia).

 

Mialgia umum dianggap sebagai akibat dari aktivitas berulang, postur yang salah, atau perubahan suhu. Goresan berulang selama kerokan adalah langkah untuk memperbaiki ketidakseimbangan yang ada kaitannya dengan nutrisi yang buruk, stres, kelelahan, paparan berlebihan terhadap "angin", serta asimetri antara yin dan yang. Nah, terapi kerokan dianggap melepaskan "panas" atau "energi negatif" dari tubuh.

 

Baca juga: Melahirkan Tanpa Rasa Sakit dengan Metode Bradley

 

Selanjutnya, memar memanjang akibat prosedur ini dianggap sebagai tanda keseimbangan, aliran darah yang terstimulasi, dan pemulihan kesehatan. Keberhasilan membersihkan tubuh dari "angin buruk” diperkirakan dari tingkat kemerahan yang terlihat setelah kerokan. Dengan kata lain, semakin merah hasil kerokannya, maka itu menggambarkan tingkat keparahan penyakitnya. 

 

Dalam dunia medis, kemerahan yang muncul dari kerokan merupakan bagian dari respons terapeutik tubuh terhadap pengobatan. Darah dipaksa keluar dari pembuluh darah halus, kemudian secara bertahap diserap kembali ke dalam tubuh. Itu sebabnya tanda akan memudar dalam 2-3 hari. Saat ini terjadi, hemoglobin dipecah.

 

Kerokan juga dikatakan meningkatkan produksi enzim yang disebut heme oxygenase-1 (HO-1) dalam tubuh, yang merupakan antioksidan untuk melindungi sel. Tubuh juga melepaskan agen antiinflamasi pada saat yang sama, yang mana merupakan hal baik.

 

 

Bolehkah Ibu Hamil Kerokan?

Meskipun kerokan umumnya merupakan pengobatan yang aman dengan sedikit risiko, terapi ini juga tidak bisa diaplikasikan oleh semua orang. Gerakan menggosok hingga kulit kemerahan faktanya dapat menjadi kontraindikasi pada orang dengan gangguan perdarahan, penyakit Von Willebrand (penyakit bawaan yang membuat penderitanya menjadi lebih mudah berdarah), atau mereka yang menggunakan obat pengencer darah, seperti antiplatelet atau antikoagulan.

 

Lantas bagaimana dengan ibu hamil? Apakah termasuk yang tidak disarankan untuk kerokan? Menurut penjelasan dr. Ardiansjah Dara, Sp.OG., dalam video di YouTube Channel GueSehat, kerokan boleh saja dilakukan dengan beberapa syarat, antara lain:

  1. Tidak boleh sampai berdarah.
  2. Tidak boleh sampai menimbulkan nyeri atau sakit. Artinya, tidak menekan terlalu keras selama proses kerokan. Nyeri yang muncul dikhawatirkan dapat menyebabkan kontraksi rahim.
  3. Jangan gunakan balsam atau minyak yang terlalu panas. Gunakanlah minyak dengan efek yang ringan atau bisa Mums ganti dengan minyak zaitun atau minyak bayi.

 

Selain itu, Mums juga perlu memerhatikan area yang aman untuk dikerok. Hindari untuk mengerok, memijat, atau menekan area sekitar perut, panggul, pergelangan tangan, tangan, dan pergelangan kaki. Di samping itu, hindari area kaki karena risiko pembekuan darah selama kehamilan sangat tinggi. Sementara area yang aman adalah punggung dan bahu.

 

Jangan sampai lupa untuk memperhatikan beberapa hal penting di bawah ini:

  • Hindari mengerok area yang terdapat tahi lalat menyembul, luka, atau jerawat.
  • Mintalah untuk dikerok satu jam sebelum atau sesudah makan.
  • Jangan mandi selama satu atau dua jam setelah kerokan.
  • Jaga agar tubuh tetap tertutup dan hangat. 

 

Dengan mempraktikkan langkah kerokan yang benar, maka Mums pun dapat merasa segar kembali dan tidak menyebabkan risiko kehamilan yang serius. (AS)

 

Referensi

NCBI. Scraping

Cureus. Coining Therapy

NCBI. Coining



  • # Kehamilan
  • # TB Kesehatan
  • # TBTrimester2