Ana Yuliastanti
28 Juni 2025
Shutterstock

Buku Panduan Nutrisi Kehamilan Diluncurkan Bekerjasama dengan IBI

Kekurangan nutrisi masih menjadi tantangan kesehatan di Indonesia. Persoalan kurang gizi kronis yang menyebabkan stunting masih menjadi masalah serius. Stunting tidak hanya menyebabkan perawakan pendek namun juga penurunan kemampuan kognitif. Jika stunting tidak bisa diturunkan, maka kualitas generasi masa depan anak Indonesia terancam, karena hanya akan menghasilkan generasi yang tidak dapat bersaing dengan kemajuan jaman.


Data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2024, yang dirilis oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia pada awal 2025, menunjukkan bahwa hampir 20% anak-anak Indonesia mengalami stunting. Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Budi Gunadi Sadikin pada kesempatannya di kegiatan diseminasi hasil SSGI juga menjelaskan bahwa stunting tidak hanya terjadi setelah anak lahir, tetapi sudah dapat bermulai sejak dalam kandungan.


Untuk mengatasi stunting, perlu intervensi dengan banyak pihak dilibatkan, salah satunya melalui tenaga kesehatan. Bidan adalah tenaga kesehatan yang paling berperan merawat dan mengedukasi ibu hamil, sehingga bidan akan menjadi kunci dalam upaya memutus mata rantai permasalahan stunting ini.

Baca juga: Stunting: Gejala, Penyebab, dan Cara Mencegahnya


Buku Panduan Nutrisi Kehamilan


Dalam rangka mengedukasi para ibu hamil terkait nutrisi, beberapa waktu lalu diluncurkan Buku Panduan Nutrisi Esensial pada Setiap Tahapan Kehamilan. Buku ini merupakan hasil kolaborasi Prenagen dengan Ikatan Bidan Indonesia (IBI).


Dr. Ade Jubaedah SSIT Bdn. MM, MKM, Ketua Umum Ikatan Bidan Indonesia mengatakan, “Bidan merupakan titik awal pendampingan dan pelayanan kesehatan ibu dan anak di masyarakat. Dengan hadirnya Buku Buku Panduan Nutrisi Esensial pada Setiap Tahapan Kehamilan ini, kami berharap para bidan memiliki referensi praktis yang dapat langsung diterapkan dalam edukasi gizi bagi ibu hamil, sehingga risiko stunting dapat ditekan sejak dini.”


Materi dalam buku ini disusun secara sistematis berdasarkan referensi ilmiah dan masukan para ahli, dengan juga memperhatikan kondisi nyata di lapangan. Di dalamnya memuat informasi praktis mengenai:

- kebutuhan nutrisi esensial di setiap trimester kehamilan

- panduan pencegahan risiko komplikasi seperti anemia dan preeklamsia

- pendekatan komunikasi empatik untuk meningkatkan efektivitas edukasi kepada ibu dan keluarga.


Dampak Kurang Nutrisi Selama Hamil

Prof. Dr. dr. Noroyono Wibowo, Sp.OG(K), Spesialis Obstetri dan Ginekologi, Konsultan Fetomaternal menjelaskan, kekurangan energi kronis dan kekurangan zat gizi masih menjadi masalah. Jika tidak ditangani dengan baik, kondisi ini dapat meningkatkan berbagai masalah pada janin maupun ibu hamil.


Beberapa risiko ibu hamil yang kurang nutrisi di antaranya:


1. Bayi lahir dengan berat badan rendah (BBLR)

BBLR merujuk pada bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2.500 gram (2,5 kg). Bayi BBLR bisa lahir prematur (sebelum usia kehamilan 37 minggu) atau lahir cukup bulan tetapi berat badannya kurang dari normal.


2. Stunting

Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak usia di bawah lima tahun (balita) akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang, terutama pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Hal ini ditandai dengan tinggi badan anak yang lebih pendek dari standar usianya.


3. Komplikasi dan pendarahan pada ibu

Kekurangan nutrisi pada ibu hamil dapat meningkatkan risiko perdarahan, baik selama kehamilan maupun saat persalinan. Kekurangan zat besi, vitamin K, dan nutrisi penting lainnya dapat menyebabkan anemia dan gangguan pembekuan darah, yang keduanya meningkatkan risiko perdarahan.


“Di sinilah peran tenaga kesehatan menjadi sangat krusial dalam memberikan edukasi gizi ibu sejak awal kehamilan. Dengan pendampingan dan edukasi yang tepat, kita dapat menekan angka risiko bahkan kematian ibu dan bayi, serta memastikan pertumbuhan janin berjalan sehat dan ideal.”


Ditambahkan ol dr. Dewi Virdianti Pangastuti, Health Communicator Kalbe Nutritionals. Bahwa pemenuhan gizi ibu hamil sangat wajib dan spesifik. Kebutuhan protein, karbohidrat, dan lemak harus dicukupi dari makanan sehari=hari yang bergizi dan bervariasi.


Selain itu, ibu hamil juga harus memperhatikan zat gizi mikro seperti vitamin dan mineral, seperti asam folat, zat besi, kalsium, DHA dan Omega-3, dan kalsium.


DHA berperan penting dalam pembentukan serta perkembangan otak bayi, dan tetap dibutuhkan pasca melahirkan karena DHA juga disalurkan melalui ASI. Kalsium berperan penting dalam pembentukan tulang janin sekaligus menjaga kekuatan tulang ibu. “Kebutuhan semua mikronutrisi ini selain dari makanan juga bisa didapatkan dari susu ibu hamil,” jelas dr. Dewi.

  • # Kehamilan
  • # Nutrisi
  • # Kekurangan Nutrisi