Amanda Sagarmatha
06 Juni 2021
freepik.com/freepik

Ternyata Dads Juga Bisa Mengalami Postpartum Depression!

Berdasarkan keterangan dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC), masalah postpartum depression (PPD) menyerang 1 dari 9 ibu. Namun, studi ternyata menyebutkan ayah bisa mengalami postpartum depression juga, lho!

 

Perjalanan menjadi orang tua memang tidak mudah, sehingga terkadang dapat berdampak pada kesehatan mental. Perubahan hormon, kurang tidur, dan pekerjaan lain yang tidak bisa ditinggalkan dapat berkontribusi mencetuskan postpartum depression (PPD) pada Mums.

 

Kendati demikian, ternyata ayah bisa mengalami postpartum depression juga. Kok, bisa? Setelah menjadi seorang ayah, kadar hormon testosteron secara alami akan menurun. Jika kadar hormon tersebut terlalu rendah dari idealnya, disinyalir hal ini akan menimbulkan gejala-gejala depresi.

 

Benarkah Ayah Bisa Mengalami Postpartum Depression?

Studi yang membahas tentang kemungkinan ayah bisa mengalami postpartum depression dipublikasikan pada jurnal Hormones and Behavior. Diikuti oleh 149 pasangan sebagai partisipan, penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana kadar testosteron suami memengaruhi kesehatan mental pasangan sekaligus hubungan rumah tangga mereka.

 

Para peneliti menggunakan sampel air liur dari 149 ayah yang memiliki bayi berusia 9 bulan untuk mengukur kadar testosteron mereka. Kemudian, baik suami maupun istri diwawancara terkait gejala-gejala depresi yang muncul pada bulan ke-2, ke-9, dan ke-15 pasca melahirkan.

 

Sebagai tambahan, para peneliti menanyakan setiap pasangan tentang kepuasan hubungan rumah tangga, stres terkait pola asuh anak, dan tingkat agresi yang diukur dari kekerasan fisik, caci maki, ancaman, dan teriakan yang diterima satu sama lain. Hasilnya ditemukan bahwa setelah bayi lahir, penurunan kadar testosteron pada pria dikaitkan dengan peningkatan risiko postpartum depression.

 

Selain hormon, Dads juga bisa mengalami kesulitan untuk menyeimbangkan waktu antara keluarga, pekerjaan, dan kehidupan. Menurut Will Courtenay, Ph.D., psychotherapist dari San Francisco, mereka cemas ketika membayangkan bagaimana menjalankan peran menjadi seorang ayah dan apa yang akan menanti mereka di masa depan.

 

Belum lagi ditambah dengan pandemi Covid-19 yang menyerang dunia. Tentunya hal ini akan berdampak pada kesehatan mental keluarga. Pasalnya, sekarang orang tua sepenuhnya mengasuh anak di rumah, sedangkan kewajiban untuk bekerja tetap berjalan seperti biasa.

 

Dari 23 studi yang dipublikasikan antara 1995-2020 dengan melibatkan lebih dari 40.000 ayah baru, menunjukkan hampir 12% pria mengalami kecemasan di tahun pertama kelahiran bayi. Kecemasan sendiri erat kaitannya dengan depresi. Sebuah riset pun menunjukkan sekitar 4-25% pria yang baru menjadi ayah mengalami postpartum depression.

 

Siapa yang Berisiko Besar Mengalami Postpartum Depression?

Meski perlu dilakukan studi lebih mendalam lagi terkait kasus ini, Dr. Courtenay meyakini kalau banyak ayah yang juga mengalami postpartum depression, selayaknya para ibu. Postpartum depression umum menyerang Dads yang memiliki masalah di bawah ini:

  • Ada riwayat depresi dan masalah kesehatan mental.
  • Hubungan yang kurang baik dengan salah satu atau kedua orang tuanya.
  • Hubungan yang kurang baik dengan pasangan atau mertuanya.
  • Kehilangan pekerjaan atau kurang mendapatkan dukungan emosional.
  • Merasa cemas berlebih tidak bisa menjadi ayah yang baik.
  • Memiliki pasangan yang mengalami depresi.
  • Berusia 25 tahun ke bawah.

 

Apa Saja Gejala Postpartum Depression pada Ayah?

Gejala depresi terkadang tidak terlihat atau sulit dikenali. Bila wanita kerap menangis, pria justru akan mudah emosi, meledak-ledak, bekerja terus-terusan, mengonsumsi alkohol, hingga berjudi.

 

Mums dan Dads harus peka terhadap tanda-tanda depresi yang mungkin menyerang, meliputi:

  • Muncul rasa tidak berguna, bersalah, dan tidak bisa diandalkan.
  • Merasa kehilangan harapan atau sedih.
  • Mudah marah.
  • Sulit tidur.
  • Kehilangan minat untuk melakukan berbagai aktivitas yang disenangi.
  • Merasa kelelahan dan kehilangan energi.
  • Sulit berpikir atau membuat keputusan.
  • Memiliki keinginan untuk bunuh diri.

 

Sedangkan tanda-tanda kecemasan postpartum pada Mums dan Dads antara lain:

  • Khawatir berlebihan terhadap kesehatan bayi.
  • Terlalu banyak pikiran.
  • Ketakutan menyakiti bayi secara tidak sengaja.

 

Gejala-gejala postpartum depression pada ayah sendiri yaitu:

  • Mengonsumsi alkohol atau penyalahgunaan zat-zat terlarang.
  • Tidak tegas.
  • Mudah marah.

 

Dads mungkin akan mencoba untuk menyembunyikan depresi yang mereka alami karena tekanan sosial. Karenanya, Mums perlu memperhatikan tindak-tanduk Dads dan mengajaknya untuk mendapatkan penanganan dari tenaga profesional sedini mungkin.

 

Sebaiknya hal ini jangan ditunda-tunda sebab akan berdampak serius di masa depan lho, Mums dan Dads. Berbagai studi menjabarkan bahwa ayah yang depresi cenderung menggunakan kekerasan fisik untuk mendisiplinkan anak serta jarang berinteraksi dengan anak. Pada akhirnya, anak yang akan menjadi korban. Jadi, postpartum depression pada Dads maupun Mums tidak boleh diabaikan. (AS)

 

Referensi

 

 

  • # Kesehatan Mental
  • # Hari Ayah
  • # TBN 0-6 Bulan
  • # TBN Parents Life