GueSehat
02 November 2018
pexels.com

5 Prinsip Mengelola Diabetes Tipe 1 pada Anak

Meski diabetes melitus (DM) sering kali dianggap sebagai penyakit orang dewasa, namun diabetes ternyata juga dapat ditemukan pada anak-anak, terutama diabetes tipe 1. Data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menunjukkan, angka kejadian diabetes pada anak yang berusia 0 hingga 18 tahun mengalami peningkatan tajam dalam 10 tahun terakhir, mencapai 700%. Sejak September 2009 hingga September 2018, ada 1.213 kasus diabetes tipe 1 di Indonesia yang dilaporkan, paling banyak ditemukan di DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Sumatera Selatan.

 

Baca juga: Banyak Penderita Diabetes di Indonesia Tidak Tahu Dirinya Mengidap Diabetes 

 

Diabetes pada anak-anak bisa terjadi meskipun tanpa ada riwayat diabetes di keluarga. “Diabetes tipe 1 merupakan penyakit autoimun. Bagaimana ia diturunkan sedikit berbeda dengan diabetes tipe 2. Bisa dikatakan anak dengan diabetes melitus tipe 1 ini adalah anak yang terpilih. Jadi, bukan karena faktor keturunan,” ungkap DR. dr. Aman Bhakti Pulungan, Sp.A(K), dokter spesialis anak konsultan endokrinologi dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, dalam acara kampanye "Selamatkan Keluarga dari Diabetes", yang diselenggarakan Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular, Kementerian Kesehatan RI, di Jakarta Rabu (31/10). 

 

Dr. Aman yang saat ini menjadi Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) itu pun menambahkan, saat ini dunia kedokteran terus melakukan penelitian untuk mencari faktor-faktor yang dapat menjadi penyebab diabetes tipe 1. “Rupanya banyak sekali pemicunya, mulai dari infeksi virus, faktor lingkungan, bahkan ditemukan juga kaitannya dengan kekurangan vitamin D. Vitamin D ini dapat memengaruhi penyakit autoimun, meskipun hasilnya masih diperdebatkan,” ungkap dr. Aman.


 

 

 

Para narasumber dalam kampanye "Selamatkan Keluarga dari Diabetes" yang diselenggarakan Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular, Kementerian Kesehatan RI, di Jakarta Rabu (31/10). 

 

 

Jangan Terlambat, Kenali Gejalanya dan Kelola Sejak Dini

Fulki Baharudin (12 tahun) atau yang akrab disapa dengan Uki, merupakan seorang anak penderita diabetes tipe 1. Uki yang saat ini duduk di kelas 1 SMP itu masih berjuang dengan diabetes tipe 1. “Awal mula diketahui memiliki diabetes saat usia aku masih usia 9 tahun. Saat itu gejala yang dirasakan hampir tidak ada, seperti biasa saja. Hanya saja, setiap malam sering mengompol,” Uki mengawali kisahnya.

 

Seiring waktu, mulai muncul gejala lain yang tidak biasa. Kali ini ibunda Uki, Aisyah Rahma, yang bercerita. Saat duduk di kelas 4 sekolah dasar, Uki terlihat semakin kurus. Berat badannya turun cukup signifikan. "Namun, saat itu saya berpikir mungkin karena anaknya banyak aktivitas. Saya perhatikan juga dia sering ngompol kalau malam dan minumnya banyak banget. Saya kira mungkin karena minum banyak itu. Kalau makan masih normal, dan Uki terkadang seperti malas ke sekolah,” kenang Aisyah.

 

Baca juga: Mengatur Pola Makan untuk Anak Penderita Diabetes

 

Aisyah pun membawa anaknya ke dokter spesialis anak. Saat itu, Uki diberi obat untuk mengatasi mengompol, diminum selama seminggu. Setelah obat habis, kebiasaan mengompol ternyata tidak berkurang. Aisyah lantas membawa Uki kembali ke rumah sakit. Ia menceritakan kepada dokter bagaimana Uki sering bolak-balik kamar mandi untuk kencing, dan sesudahnya lantai kamar mandi terasa lengket. Uki lantas diminta melakukan cek darah. 

 

“Saat akan pulang ke rumah, dokter menelpon kalau hasil pemeriksaan sudah keluar. Gula darah Uki ternyata tinggi sekali, sampai 750. Dokter menyarankan untuk segera kembali ke rumah sakit. Saya bingung, kondisi anak saya saat itu terlihat baik-baik saja," ujar Aisyah. Setelah itu, Uki dirawat di rumah sakit selama seminggu untuk menjalani terapi insulin, agar gula darahnya kembali normal. Aisyah menambahkan, ia dan suami bukan penderita diabetes.   

 

Mengompol, sering kencing, berat badan turun drastis tanpa sebab yang jelas dan banyak minum seperti yang dialami oleh Uki, adalah gejala klasik diabetes. Anak-anak dengan diabetes tipe 1 juga dapat mengalami gejala mudah marah, banyak makan, kelelahan, napas berbau keton, syok, dan sesak napas. Dr. Aman menganjurkan jika orangtua menjumpai gejala tersebut  pada anak, jangan pernah ragu untuk segera berkonsultasi dengan dokter.

 

 

Lima Pilar Meningkatkan Kualitas Hidup Anak dengan Diabetes Tipe 1 

Karena masuk kategori autoimun, maka tidak seperti diabetes tipe 2, diabetes tipe 1 tidak dapat dicegah atau disembuhkan. Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kementerian Kesehatan RI, dr. Cut Putri Arianie MHKes mengungkapkan, diabetes merupakan penyakit tidak menular yang tidak dapat disembuhkan. Namun, dengan kontrol metabolik yang baik, anak dapat tumbuh dan berkembang, seperti anak sehat lainnya.

 

"Kontrol metabolik yang dimaksud ialah dengan mengupayakan kadar gula darah dalam batas normal atau mendekati nilai normal tanpa menyebabkan anak menjadi kekurangan glukosa dalam darah," jelasnya.  

 

Setelah anak terdiagnosis diabetes tipe 1, ia harus menjalani terapi insulin sepanjang hidupnya. Diabetes tipe 1 disebabkan pankreas yang tidak mampu memproduksi cukup insulin sehingga terapi satu-satunya hanya insulin. Sampai saat ini belum ada terapi pengganti insulin. Pengembangan terapi untuk memperbaharui sel-sel beta pankreas agar kembali memproduksi insulin, masih sebatas penelitian dan masih dibutuhkan jalan panjang sampai terwujud.  

 

Menurut dr. Aman, orang tua tidak perlu sedih dan khawatir karena dengan pengobatan yang benar, penderita diabetes tipe 1 tetap bisa memiliki kualitas hidup yang baik bahkan berumur panjang seperti anak-anak lain yang tidak memiliki diabetes. "Selama terapi insulin dilakukan dengan benar dan bisa menjaga pola makan, maka kualitas hidup anak dan tumbuh kembangnya tidak terganggu,” ujar dr. Aman.  

 

Selain itu, anak-anak pengidap diabetes tipe 1 beserta orangtuanya, harus paham tentang survival skills, yaitu bagaimana mengelola diabetes tipe 1, mulai dari memahami aturan makan, apa yang harus dilakukan jika mengalami hipoglikemia, hingga kemauan untuk mengecek gula darah secara teratur dan bagaimana menyuntikkan insulinnya secara mandiri.  

 

Menurut dr. Aman, prinsip pengelolaan diabetes tipe 1 pada anak, secara umum harus memerhatikan 5 hal yaitu pola makan yang benar,  terapi insulin, menjaga aktivitas fisik, cek gula darah teratur, dan edukasi. Semuanya akan memengaruhi pengendalian gula darah ke kisaran normal, agar terhindar dari komplikasi yang berbahaya. Pemeriksaan gula darah, lanjut dr. Aman, dilakukan setiap hari, bahkan bisa 6 hingga 7 kali per hari yaitu setiap sebelum dan sesudah makan dan menjelang tidur atau pagi hari. 

 

Kementerian Kesehatan, dituturkan dr. Cut, sudah membuat program edukasi untuk pengendalian penyakit diebetes, antara lain dengan melaksanakan sosialisasi dan diseminasi informasi tentang diabetes melalui berbagai media cetak, elektronik, dan media lainnya serta pemasangan spanduk, umbul-umbul berisi pesan tentang diabetes. Kemenkes mengajak kepada seluruh pihak untuk dapat berpartisipasi dan mendukung upaya pencegahan dan pengendalian diabetes. 

 

Jika dikelola sesuai informasi yang benar, maka penderita diabetes tipe 1 maupun tipe 2 dapat memiliki kualitas hidup yang baik. Oleh karena itu, kenali diabetes sedini mungkin sehingga penyandang diabetes masih memiliki kesempatan terhindar dari komplikasi. (TI/AY)

 

  • # Diabetes
  • # Diabetes Melitus
  • # Diabetes Tipe I (DM tipe 1)
  • # Kesehatan anak
  • # Diabetes Tipe 1
  • # TD Hidup dengan Diabetes