GueSehat
20 Januari 2019
pexels.com

Mums, Ini Pentingnya Lakukan Tes Skrining pada Bayi Baru Lahir!

Bagaimana Prosedur Tes Skrining Bayi Baru Lahir?

Tes skrining untuk bayi yang baru lahir mengharuskan dokter mengambil sampel darah bayi. Tes ini biasanya dilakukan sebelum bayi meninggalkan rumah sakit. Sebaiknya, tes ini dilakukan sebelum bayi berusia 7 hari. Umumnya, dokter akan mengambil sampel darah kecil dengan menusuk tumit bayi. Orang tua boleh ikut serta dalam proses ini dengan menemani dan memegang bayi mereka.

 

Setelah sampel darah sudah didapatkan, dokter akan menaruh tetesan darah ke kartu kertas filter, sehingga didapatkan apa yang disebut ‘titik darah kering’. Kemudian, kartu skrining tersebut dibawa ke laboratorium untuk dianalisis. Orang tua juga bisa meminta tes skrining tambahan, yang biasanya dilakukan setelah melakukan program paket tes skrining dari rumah sakit.

 

Tes skrining tambahan dianjurkan jika bayi tersebut lahir dari keluarga yang memiliki riwayat penyakit tertentu. Oleh sebabnya, Mums harus berdiskusi dengan dokter terlebih dahulu, untuk menentukan tes skrining apa saja yang sebaiknya diambil.

 

Baca juga: Pentingnya Tes APGAR untuk Bayi Baru Lahir


Apa Saja Tes Skrining yang Perlu Dilakukan Bayi Baru Lahir?

1. Tes Pendengaran

Gangguan pendengaran atau ketulian bisa dideteksi dengan 2 tes yang berbeda. Kedua tes skrining tersebut hanya memakan waktu sekitar 5 – 10 menit, aman, dan nyaman karena tidak mengharuskan bayi untuk melakukan aktivitas tertentu. Bahkan, kedua tes ini seringkali dilakukan saat bayi sedang tidur. Kedua tes pendengaran yang dimaksud adalah:

  • Tes Otoacoustic Emissions (OAE): Tes ini dilakukan untuk memeriksa bagaimana beberapa bagian di dalam telinga bayi memberi respon terhadap suara. Pada tes ini, sebuah miniatur earphone dan microphone ditaruh di dalam telinga bayi, kemudian suara dimainkan. Jika bayi memiliki pendengaran yang normal, gema suara akan terpantul kembali ke saluran telinga dan hal tersebut bisa diukur oleh microphone. Jika tidak ada gema suara yang terdeteksi, maka kemungkinan bayi memiliki gangguan pendengaran.

  • Auditory Brain Stem Response (ABR): Tes ini dilakukan untuk mengevaluasi batang otak auditori (bagian saraf yang membawa suara dari telinga ke otak) dan respon otak terhadap suara. Pada tes ini, miniatur earphone juga ditaruh di dalam telinga bayi, kemudian suara dimainkan. Alat elektroda juga dipasang di kepala bayi untuk mendeteksi respon otak terhadap suara. Jika otak bayi tidak memberikan respon terhadap suara, maka kemungkinan bayi mengalami gangguan pendengaran.

 

2. Tes Pulse Oximetry

Tes pulse oximetry adalah pemeriksaan seberapa banyak kadar oksigen di dalam darah bayi. Bayi yang baru lahir dan memiliki masalah jantung biasanya memiliki kadar oksigen yang rendah di dalam darahnya, oleh sebabnya tes ini bisa membantu mengidentifikasi jika bayi mengidap penyakit jantung bawaan kritis (PJBK).

 

Tes pulse oximetry dilakukan dengan menggunakan pulse oximeter, sebuah alat berupa sensor yang tidak menimbulkan rasa sakit. Pemeriksaannya hanya memakan waktu beberapa menit dan dilakukan setelah bayi berusia 1 hari.

 

3. Tes APGAR

Tes APGAR merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk menilai kemampuan bayi beradaptasi di kehidupan luar rahim. Tes ini dilakukan 2 kali dan langsung setelah bayi lahir. Tes dilakukan pada 1 menit dan 5 menit pertama setelah bayi lahir. Ada 5 hal yang tercakup dalam pemeriksaan ini, yaitu appearance (warna kulit), pulse (jumlah denyut jantung), grimace (pernapasan), activity (menilai keaktifan otot), dan reflex (reaksi terhadap rangsangan luar).

 

4. Hipotiroid Kongenital

Kelenjari tiroid yang ada di bagian depan leher, memproduksi hormon-hormon yang mengontrol metabolisme dan pertumbuhan. Hormon-hormon tersebut mengontrol seberapa cepat tubuh menggunakan energi dan juga merupakan faktor penting dalam membantu pertumbuhan anak.

 

Bayi yang memiliki kondisi hipotiroid kongenital berarti tidak memiliki hormon tiroid yang cukup. Kondisi ini bisa menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan otak bayi menjadi lambat. Jika hipotiroid kongenital dideteksi sedini mungkin, bayi bisa langsung diberikan penanganan medis berupa dosis oral hormon tiroid.

 

5. Tes Penyakit Kuning

Tes penyakit kuning dilakukan untuk memeriksa kadar bilirubin pada bayi yang baru lahir. Untuk mengetahui kadar bilirubin, darah bayi diperiksa menggunakan light meter, alat yang bisa mendeteksi bilirubin melalui kulit.


Tes skrining pada bayi baru lahir sangat penting dilakukan untuk mendeteksi kondisi kesehatan tertentu pada bayi. Semakin cepat gangguan pada bayi terdeteksi, maka dokter bisa segera memberikan solusi terbaik terkait penanganannya. Nah, supaya Mums tidak terlewat melakukan tes skrining ini, pastikan untuk selalu memantau fitur"Checklist" di aplikasi Teman Bumil, ya! (BAG/AS)

 

Baca juga: Fototerapi untuk Bayi Kuning: Tetap Tenang dan Jangan Khawatir!



 

Sumber:

Newborn Screenings: What Tests Will My Baby Get in the Hospital? - What To Expect

Newborn Screening Tests - KidsHealth.org

Newborn Screening Tests: Which ones your baby will have and why - Baby Center

 

  • # Bayi Baru Lahir
  • # Perawatan Bayi Baru Lahir
  • # TBN Tumbuh Kembang
  • # TBNBulan1
  • # Bayi & Balita