Jangan Otoriter, Ini Dampaknya pada Anak!
Memilih pola asuh dalam keluarga tidak bisa sembarangan. Alih-alih mendidik anak menjadi lebih baik, yang terjadi justru sebaliknya. Itu sebabnya orang tua perlu mengetahui dampak buruk dari setiap bentuk pola asuh, termasuk pola asuh otoriter. Dampak pola asuh otoriter pada tumbuh kembang anak tidak bisa dianggap remeh.
Gaya pengasuhan yang satu ini, ditandai dengan tuntutan tinggi namun memiliki responsivitas yang rendah. Orang tua dengan pola asuh otoriter ini memiliki aturan ketat, ekspektasi tinggi, dan penekanan kuat pada kepatuhan tanpa toleransi.
Dampak Pola Asuh Otoriter pada Anak
Ciri khas pola asuh otoriter umumnya keras, tegas, tanpa memberikan ruang untuk diskusi, atau minimnya komunikasi dua arah. Orang tua otoriter biasanya punya ekspektasi yang tinggi terhadap anaknya. Kesalahan sering dihukum dengan keras, kalaupun ada umpan balik, biasanya bernada negatif.
Orang tua otoriter lebih memilih hukuman daripada disiplin positif, tanpa penjelasan yang dibutuhkan dibalik pemberian hukuman tersebut. Di sini tidak ada komunikasi apalagi kehangatan, yang ada hanyalah hukuman tanpa penjelasan, kental pendekatan militeristik dengan dalih disiplin.
Mums, berikut ini dampak pola asuh otoriter terhadap tumbuh kembang anak yang perlu diketahui :
1. Terlalu malu
Anak yang dibesarkan dengan pola asuh otoriter cenderung terlalu pemalu atau takut di depan orang lain. Takut salah, karena kalau salah akan dihukum berat.
2. Mudah cemas dan depresi
Cemas berlebihan untuk sesuatu yang kecil sekalipun. Selalu diliputi kekhawatiran akan terjadi masalah. Bahkan masalah kecilpun akan dipandang besar olehnya. Inilah yang membuat dia jadi sering cemas bahkan depresi terhadap sesuatu.
3. Lebih agresif
Karena selama ini bayan-bayang aturan dan hukuman berat selalui mengintai, maka ia akan tumbuh menjadi pribadi yang agresif, memberontak, dan menentang. Proteksi berlebihan terhadap dirinya membuat ia sekuat tenaga menyelamatkan diri tak perduli jika harus melukai orang lain.
4. Gangguan perilaku
Dampak pola asuh otoriter yang tidak memberi ruang untuk diskusi, tidak mengampuni kesalahan, akan melahirkan individu dengan gangguan perilaku tertentu. Misalnya sulit bersosialisasi karena kurangnya kompetisi sosial, hiperaktivitas karena selama ini dikekang oleh banyak aturan.
5. Sulit mengontrol diri
Anak yang dibesarkan dalam budaya otoriter cenderung sulit mengontrol diri karena jarang diberi kesempatan untuk mengambil keputusan dan merasakan konsekuensi alami dari sikap atau keputusan yang diambil.
Ciri-ciri Pola Asuh Otoriter
Kontrol berlebihan pada anak dalam pola asuh otoriter cenderung menuntut kepatuhan mutlak, tanpa memberikan ruang untuk penjelasan. Nah, apakah pola asuh yang Mums terapkan masuk dalam kategori otoriter, kenali ciri-cirinya.
Berikut ini ciri-ciri umum pola asuh otoriter yang banyak diterapkan dalam keluarga :
1. Aturan tanpa kompromi
Tidak peduli apa pun yang terjadi, bagi orang tua dengan pola asuh otoriter, akan menerapkan aturan tanpa kompromi. Banyak aturan, sering mengatur hal detail kehidupan anak, bahkan aturan tak tertulis yang diharapkan anak patuhi tanpa perlu penjelasan mengapa aturan ini berlaku.
2. Minim dukungan dan kehangatan
Jangan harap ada kehangatan dalam pola asuh otoriter. Di sini hanya ada sikap dingin dan keras yang ditunjukkan oleh orang tua. Ia lebih suka menegur ketimbang memberi pujian. Mengutamakan disiplin dibandingkan dengan kesenangan dan kehangatan keluarga.
3. Keras menghukum pelanggaran
Tanpa kompromi, tanpa ampun ketika pelanggaran terjadi. Sering menggunakan hukuman fisik, bereaksi cepat dank eras ketika aturan dilanggar.
4. Minim pilihan untuk anak
Pendekatan “ikut aturan atau keluar” jadi prinsip dalam pola asuh otoriter. Minimnya pilihan untuk anak, jarang memberi kesempatan anak dalam mengambil keputusan sendiri.
5. Kurang percaya
Ciri-ciri pola asuh otoriter tidak memberi kebebasan untuk membuktikan bahwa anak bisa berperilaku baik secara mandiri.
6.Tidak ada negosiasi
Dalam pola asuh otoriter semua hal dilihat hitam-putih, tanpa kompromi, tidak ada negosiasi. Anak tidak diajak menentukan aturan yang dibuat untuk dirinya.
Mums, pola asuh otoriter merupakan gaya pengasuhan yang ketat, penuh aturan, minim kehangatan. Dampak pola asuh otoriter ini akan menghasilkan anak-anak yang patuh sementara, namun berisiko tinggi menimbulkan masalah perilaku, rendahnya harga diri, serta kecemasan dan depresi pada anak.
Pendekatan otoritatif, yang tegas namun tetap hangat, akan jauh lebih baik dan lebih sehat untuk tumbuh kembang anak-anak, juga kesehatan mental orang tua dan anak. Yuk, lebih bijak dalam memilih pola asuh, sebab dari sini pembentukan karakter seorang anak bermula.
Untuk Mums yang ingin berkonsultasi seputar pola asuh dan dunia parenting lainnya, Mums bisa melakukannya secara online di aplikasi Teman Bumil dan dapatkan berbgai artikel menarik lainnya di sini.
Referensi :
Verywellmind. what-is-authoritarian-parenting
Babycenter. authoritarian-parenting
-
# Pola Asuh