Pelatihan Endoskopi Biportal Bagi Dokter untuk Atasi Saraf Kejepit
Gaya hidup jaman sekarang di mana orang lebih banyak duduk saat bekerja, obesitas, dan bermain gadget sepanjang waktu, menyebabkan risiko gangguan pada tulang belakang. Salah satunya HNP (hernia nukleus pulposus).
HNP oleh orang awam sering disebut saraf kejepit. Lokasi saraf yang kejepit ini bisa di mana saja sepanjang tulang belakang, mulai dari tulang leher hingga tulang punggung bagian bawah.
Keluhan utama HNP adalah nyeri, diikuti baal, kesemutan, atau rasa terbakar. Kadang diikuti gangguan motorik pada anggota gerak (tangan maupun kaki lemas), dan pada kondisi yang berat bisa mengganggu aktivitas buang air besar dan kecil.
Kini penanganan kasus terjepit sudah jarang dilakukan dengan operasi terbuka yang sangat berisiko dan memiliki efek samping signifikan. Ada teknologi yang lebih baru dan bahkan sudah menjadi standar di negara maju.
Biportal Endoscopic Spine Surgery (BESS)
Teknik operai saraf kejepit dengan teknologi terbaru adalah Biportal Endoscopic Spine Surgery (BESS). Dijelaskan pelopor BESS di Indonesoa, Dr. dr. Wawan Mulyawan, Sp.BS (K), Subspes. N-TB, FINSS, FINPS. AAK, dari RS Jakarta, BESS adalah teknik operasi yang minimal invasif, atau hanya menggunakan sayatar minimal, sehingga minim efek samping.
dr. Wawan menambahkan, operasi pada tulang belakang sudah mulai berkembang sejak tahun 2010, lalu di tahun 2017 mulai dikembangkan operasi endoskopi, yang lebih minimal invasif. Tapi saat itu masih uniportal. Baru di tahun 2018 berkembang BESS, namun di Indonesia baru mulai dilakukan pada tahun 2020.
“Teknik BESS sekarang berkembang pesat. Dan salah satu pioner di dunia endoskopi bipolar ini adalah dr. Daejung Choi dan dr. Sung Won Cho dari Korea Selatan, yang pada hari ini bersedia hadir ke sini untuk memberikan pelatihan di RS Jakarta,” jelas dr. Wawan.
Workshop bertajuk “1st Biportal Endoscopic Spine Course in Indonesia” menurut dr. Wawan, bisa terselenggara berkat dukungan dari salah satu pemerintah daerah di Korsel. Total ada 13 peserta terdiri dari dokter spesialis bedah saraf dan ortopedi. Dua peserta berasal dari Singapura dan Malaysia. Pelatihan berlangsung dua hari, 15-16 Agustus 2025.
Diharapkan akan semakin banyak dokter yang memiliki kemampuan melakukan tindakan BESS, mengingat saat ini belum banyak pasien HNP yang dapat mengakses tindakan ini. Mayoritas pasien masih menjalani operasi bedah terbuka dan kurang dari 10% pasien yang menjalani operasi BESS.
Tindakan operasi BESS sendiri sangat minimal invasif, hanya membutuhkan dua sayatan 0,5 cm untuk akses kamera. Operasi jauh lebih akurat dan minim kesalahan. Pasien dapat kembali beraktivitas dengan cepat setelah nyerinya hilang.
Jadi Operasi Standar di Korea Selatan
BESS sendiri sudah jadi operasi standar untuk HNP di Korea Selatan. Seperti dijelaskan dr. Daejung Choi, saat ini pasien sendiri justru yang meminta dilakukan operasi dengan metode ini.
“Padahal sebelum teknik ini berkambang, di Korea Selatan hanya pasien berusia maksimal 60 tahun yang bisa dilakukan tindakan operasi terbuka untuk HNP karena risiko efek samping yang besar. Tetapi saat ini, bahkan eomma-eomma (nenek) berusia di ata 80 tahun bisa dioperasi karena prosedur BESS ini sangat aman. Bahkan operasi tulang belakang dengan BESS overpopular di Korsel,” papar dr. Choi.
“Workshop ini akan menjadi pengalaman langsung yang sangat berharga untuk memperdalam pemahaman dan keterampilan peserta dalam teknik minimal invasif yang semakin menjadi standar global dalam penanganan kasus tulang belakang. Jadi memungkinkan peserta dapat menguasai teknik endoskopi tulang belakang, BESS khususnya, dengan berbagai akses seperti transforaminal atau interlaminar,” jelas dr. Wawan. (AY)
-
# Saraf Terjepit / Herniasi Nukleus Pulposus (HNP)
-
# Herniasi Nukleus Pulposus (HNP)