Sering Diare atau Konstipasi? Bisa Jadi Sindroma Iritasi Usus Besar
IBS sendiri umumnya memiliki gejala sakit perut dan masalah yang terkait dengan pencernaan, seperti terlalu sering atau jarang buang air besar (diare atau konstipasi), atau konsistensi feses yang berbeda-beda (terlalu encer atau keras).
Penyakit ini memang tidak sampai membahayakan nyawa. Risiko terkena penyakit usus lainnya, seperti kolitis atau kanker usus besar, juga tidak akan meningkat. Namun, IBS bisa menjadi penyakit jangka waktu panjang yang mengganggu kualitas hidup jika tidak diobati. Ativitas sehari-hari dapat terganggu.
Apa Saja Gejala IBS?
Dilansir dari WebMD, berikut ini adalah kumpulan gejala IBS:
- Diare
- Konstipasi
- Konstipasi disertai diare
- Nyeri atau kram perut yang semakin terasa parah setelah waktu makan dan mereda setelah buang air besar
- Sering buang angin atau perut sedikit membesar
- Feses yang lebih keras atau encer dari biasanya
- Perut kembung
- Sebagai informasi, beberapa penderita IBS juga mengalami gejala masalah urin atau masalah seksual.
Jenis-Jenis IBS
Umumnya, IBS dibagi menjadi 4 jenis. Ada IBS dengan konstipasi (IBS-C) dan IBS dengan diare (IBS-D). Namun, ada beberapa penderita yang mengalami konstipasi dan diare secara bergantian, inilah yang disebut IBS campuran (IBS-M). Sementara itu, untuk penderita yang tidak termasuk ke dalam ketiga jenis IBS tersebut, kondisinya disebut IBS-U.
Apa Penyebab IBS?
Meskipun ada sejumlah hal yang diketahui bisa memicu gejala IBS, para ahli masih belum tahu penyebab pasti IBS. Menurut penelitian, IBS terjadi ketika usus besar menjadi terlalu sensitif, dan bereaksi berlebihan terhadap stimulasi ringan. Seharusnya otot usus besar bergerak secara pelan dan teratur, tapi pada IBS otot tersebut malah kejang. Hal tersebut menyebabkan diare atau konstipasi.
Ada beberapa ahli yang percaya bahwa IBS terjadi akibat otot di usus tidak bergerak meremas secara normal. Hal tersebut memengaruhi pergerakan feses. Namun, penelitian tidak membuktikan hal itu.
Teori lain menunjukkan bahwa IBS juga bisa disebabkan oleh zat kimia yang diproduksi tubuh, seperti serotonin dan gastrin. Zat kimia tersebut mengontrol sinyal saraf antara otak dan saluran pencernaan. Penelitian lain juga tengah menyelidiki kemungkinan bakteri di dalam usus besar yang menjadi penyebabnya. Yang jelas, penyebab utamanya belum ditemukan.
Baca juga: 7 Cara Menjaga Kesehatan Saluran Pencernaan
Bagaimana IBS Didiagnosis?
Tidak ada tes laboratorium spesifik untuk mendiagnosis IBS. Dokter akan melihat gejala yang Kamu alami, dan jika sesuai dengan gejala IBS, mungkin dokter akan melakuan tes lanjutan untuk menyingkirkan kemungkinan masalah lain yang memiliki gejala serupa, misalnya:
- Alergi atau intoleransi makanan, seperti intoleransi laktosa.
- Obat tertentu, seperti obat tekanan darah tinggi.
- Infeksi.
- Penyakit inflamasi usus seperti kolitis atau penyakit Crohn.
Dokter akan melakukan sejumlah tes ini untuk memastikan IBS:
- Sigmoidoskopi fleksibel atau kolonoskopi untuk mendeteksi adanya penyumbatan atau inflamasi di usus
- Endoskopi bagian atas untuk mengecek jika pasien memiliki penyakit lambung
- X-rays
- Tes darah untuk mendeteksi anemia, masalah tiroid, dan pertanda infeksi
- Upper endoscopy if you have heartburn or indigestion
- Tes untuk intoleransi laktosa, alergi gluten, atau penyakit celiac
- Tes untuk mencari masalah pada otot usus
Apakah IBS Bisa Disembuhkan?
Karena penyebabnya juga tidak jelas, IBS juga tidak mudah diobati. Dokter dan pasien harus bekerja sama untuk menemukan rencana pengobatan yang tepat untuk mengatasi IBS. Ada banyak hal yang bisa memicu gejala IBS, termasuk beberapa makanan, obat, dan stres emosional. Pasien harus mempelajari apa yang memicul kondisinya sendiri. Oleh sebab itu, pada umumnya pasien harus melakukan perubahan gaya hidup.
Perubahan Gaya Hidup dan Diet untuk Penderita IBS
Biasanya, dokter merekomendasikan perubahan simpel dalam pola makan dan aktivitas untuk penderita IBS. Dengan cara itu, IBS bisa semakin mereda. Berikut beberapa tips untuk meredakan gejalanya:
- Hindari kafein (dalam kopi, teh, dan soda).
- Tambahkan lebih banyak serat ke dalam diet harian, seperti buah, sayuran, whole grain, dan kacang-kacangan.
- Minum setidaknya 3 - 4 gelas air putih per hari.
- Jangan merokok.
- Belajar untuk rileks, dengan membiasakan berolahraga atau menurunkan stres.
- Batasi konsumsi keju dan susu.
- Konsumsi makanan dalam porsi lebih sedikit, ketimbang dalam porsi besar.
Perhatikan setiap makanan yang Kamu konsumsi, supaya Kamu tahu makanan apa yang memicu IBS. Biasanya, makanan yang sering memicu IBS adalah daun bawang, alkohol, dan susu sapi. Karena makanan dan minuman tersebut adalah sumber kalsium, biasanya dokter merekomendasikan penderita IBS untuk mengonsumsi sumber kalsium lain yang lebih aman, seperti brokoli, bayam, tahu, sarden, dan salmon.
Meskipun IBS bukanlah penyakit yang membahayakan nyawa, keberadaannya cukup mengganggu. Obat yang dipilih juga harus disesuaikan oleh kondisi penderita. Oleh sebab itu, sebaiknya segera periksakan ke dokter kalau Kamu memiliki gejala-gejala IBS. (UH/AY)
-
# Gangguan usus besar kronis (Irritable Bowel Syndrome/IBS)