Ana Yuliastanti
25 September 2025
Guesehat

Sama-sama Bedah Minimal Invasif, Inilah Perbedaan Laparaskopi dengan Bedah Robotik

Bedah minimal invasif, atau bedah dengan luka sayatan sangat kecil, bukan hal baru dalam dunia kedokteran. Bedah laparaskopi adalah metode bedah minimal invasif yang sudah digunakan lebih dari 30 tahun sejak dikembangkan pertama kali.

 

Laparaskopi terus berkembang hingga mulai dikenalkan sistem bedah dengan bantuan robot atau robotic-assisted systems (RAS). Amerika Serikat dengan robot da Vinci-nya menguasai teknologi bedah robotik selama lebih dari 20 tahun, tepatnya sejak tahun 2000.

 

Sampai akhirnya diluncurkan surgical robot system (RAS) dari Jepang, yaitu hinotori™ yang menjadi satu-satunya mesin bedah robotik dari Asia. Hinotori dikembangkan oleh Medicaroid Corporation dan merupakan hasil perpaduan antara teknologi robot Kawasaki Heavy Industry yang telah dikembangkan selama lebih dari 50 tahun serta keahlian jaringan dan wawasan Sysmex Corporation dalam bidang kesehatan.

 

Hinotori telah digunakan di 87 rumah sakit di Jepang. Di Asia Tenggara, Singapore General Hospital mengadopsinya sejak tahun 2024. Mahkota Medical Centre (MMC) di Melaka dan Regency Specialist Hospital (RSH) di Johor, yang merupakan bagian dari grup layanan kesehatan regional HMI Medical, menjadi dua rumah sakit pertama yang menghadirkan hinotori™.

 

Perbedaan Laparaskopi dengan Bedah Robotik

Sistem hinotori™ merupakan Robotic-assisted systems (RAS) ini diciptakan untuk meniru ketepatan gerakan seorang ahli bedah yang penting dalam keberhasilan suatu tindakan operasi. Dibandingkan dengan open surgery dan laparoskopi, sistem ini memberikan akurasi yang lebih tinggi, risiko komplikasi yang lebih minimal, dan pemulihan yang lebih cepat.

 

Dalam rangka merayakan pencapaian ini, HMI Medical menggelar acara peluncuran selama dua hari, 22-23 September 2025, di kedua rumah sakitnya dengan menghadirkan para perwakilan pemerintahan, inovator global, dan pakar kesehatan.

 

Dalam sesi diskusi panel ilmiah, Dr. Chua Peng Teng, Obstetrics & Gynaecology dari Mahkota Medical Centre, menjelaskan ada beberapa perbedaan laparaskopi dan bedah ronbotik. Menurut dr. Peng, bedah robitik sejatinya adalah mesin hybrid, gabungan antara laparaskopi dengan robotik, tetapi dengan keunggulan antara lain cockpit dokter bedah lebih nyaman (karena posisi duduk). “Jadi sangat compact untuk ruang operasi yang terbatas, dan didesain sesuai dengan ukuran rata-rata dokter Asia.

 

Kualitas kamera juga meningkat signifikan dengan angle yang lebih lebar, memungkinkan dokter bedah bisa menjangkau area yang dulunya sulit dijangkau laparaskopi.

 

Sementara dalam sesi interview dengen media dari Asia Tenggara, termasuk dari Guesehat, dr. Dr. Sevellaraja A/L N. Supermaniam atau dr, Selva, Konsultan Obstetrik dan Ginekologi dari Mahkota Medical Centre, menjelaskan, bedah robotik dan laparaskopi adalah sama-sama bedah dengan menggunakan lubang atau “key hole” untuk mengakses organ dalam tubuh.

 

“Saya sudah melakukan laparaskopi selama 31 tahun dan (robotik) ini bukan hal baru, perbedaaanya adalah sistem ini menggunakan robot sebagai asisten. Sehingga banyak keuntungan dibandingkan laparaskopi,” jelas dr. Selva.

 

Saat melakukan laparaskopi, dokter harus berdiri di samping tempat tidur pasien dan dibantu satu asisten yang memegang kamera. “Dengan robot, maka tugas asisten ini digantikan oleh robot. Jadi robot ini punya 4 lengan, satu lengan adalah kamera dan tiga lengan lainnya adalah instrumen. Saya sendiri bisa mengendalikan empat lengan robot ini tanpa asisten lagi, tapi  dengan menggunakan kedua tangan saya. Jadi di situlah perbedaannya,” lanjut dr. Selva.

 

Keuntungannya, tentu saja keselamatan pasien lebih terjamin karena risiko kesalahan akibat dokter bedah dan asisten yang kelelahan.

 

Dr. Lim Huay Cheen, Consultant General Surgeon dari Regency Specialist Hospital, membagikan bagaimana bedah robotik yang sangat ergonomik sangat membantu dokter, yang kadang harus melakukan operasi berjam-jam. Hasil bedah dan pemulihan pasien juga lebih cepat.

 

"Untuk kondisi seperti penyakit prostat dan ginjal, robotic-assisted surgery memungkinkan kami untuk melakukan tindakan bedah dengan lebih akurat dan minim trauma yang memberikan waktu pemulihan lebih cepat bagi pasien agar bisa kembali menjalani rutinitas sehari-hari."

 

Tantangan Masa Depan

dr. Selva berpendapat, ke depan seharusnya akan lebih banyak dokter bedah yang tertarik mempelajari bedah robotik, mengingat lebih mudah dipelajari dibandingkan laparaskopi.

 

“Sejak 1994 saya sudah melakukan lapraskopi, dan saya salah satu dokter yang sudah banyak mengajarkan laparaskopi, dan sayangnya sangat jarang dokter yang mau belajar laparaskpi, karena sangat sulit dan melelahkan. Tapi dengan robotik, dokter lebih mudah mempelajrinya dan banyak dokter-dokter muda bisa mengikutinya. Apalagi untuk kasus-kasus ginekologi, seperti endometriosis, bedah robotik bisa membantu menjangkau area di rongga pelvis yang sebelumnya sulit dijangkau dengan laparaskopi," papar dr. Selva. (AY)

 

 

 

 

 

  • # Bedah Umum
  • # Laparoskopi Ginekologi