PENYAKIT

Pre-Menstrual Syndrome (PMS)

Deskripsi

Pre-Menstrual Syndrome (PMS) adalah sekumpulan gejala berupa gangguan fisik dan mental yang dialami 7-10 hari menjelang menstruasi dan menghilang beberapa hari setelah menstruasi. Keluhan yang dialami bisa bervariasi setiap periode atau siklus menstruasi. Intensitasnya bisa menjadi lebih ringan atau lebih berat dengan manifestasi yang berbeda antara gangguan psikis atau fisik. PMS banyak dialami oleh wanita pada usia produktif antara 25-35 tahun, dan 2-10 persen di antaranya mengalami PMS berat.

 

Baca juga: 7 Cara Menghadapi Wanita PMS
Pencegahan

Karena PMS bukan suatu penyakit khusus namun merupakan sekumpulan sindrom atau gejala, maka tidak ada upaya secara khusus untuk mencegah ini terjadi. Akan tetapi, ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengurangi gejala tidak nyaman pada saat PMS, yaitu:

  • Menerapkan pola nutrisi yang sehat.
  • Memperbanyak porsi buah dan sayuran yang kaya akan serat dan nutrisi.
  • Mengonsumsi multivitamin untuk membantu menjaga daya tahan tubuh.
  • Menghindari makanan dengan kadar garam tinggi, makanan terlalu manis, kafein, dan alkohol.
  • Melakukan olahraga secara rutin.
  • Menjaga berat badan tetap ideal.
  • Menghindari dan mengatasi stres.
Gejala

Pada umumnya, gejala yang dialami sebelum masa menstruasi bersifat periodik dan akan hilang dengan sendirinya setelah menstruasi tiba. Gejala umum yang dirasakan adalah sebagai berikut:

  1. Gejala fisik yaitu keluhan lemah, mudah lelah, pegal, tumbuhnya jerawat, serta nyeri pada kepala, punggung, perut bagian bawah, dan pada payudara.
  2. Gangguan saluran cerna, misalnya kembung, konstipasi, diare, atau perubahan nafsu makan (biasanya sering merasa lapar).
  3. Gejala mental, seperti gangguan mood, menjadi labil, mudah marah, depresi, gangguan konsentrasi, maupun insomnia.

 

Baca juga: 9 Perubahan yang Terjadi pada Tubuh saat Sedang PMS
Penyebab

Penyebab PMS memang masih diperdebatkan, namun beberapa faktor yang diketahui memicu kondisi PMS ialah:

  1. Perubahan hormonal sepanjang siklus menstruasi. Beberapa penelitian menyebutkan ketidakseimbangan kadar progesteron dan estrogen menyebabkan timbulnya PMS.
  2. Perubahan neurotransmiter di otak. Fluktuasi jumlah serotonin yang dilepaskan oleh otak memengaruhi kondisi mood wanita menjelang menstruasi, sehingga memicu terjadinya gejala-gejala PMS, seperti mudah lelah, mudah marah, cepat lelah, dan gangguan tidur.
  3. Keadaan depresi. Meskipun bukan penyebab yang utama, namun kondisi depresi pada wanita akan memperburuk gejala PMS.
Diagnosis

Tidak ada tes diagnosis khusus untuk PMS. Biasanya, para klinisi hanya akan meminta pasien untuk mencatat secara rutin siklus menstruasi dan keluhan atau tanda yang dirasakan selama fase tersebut. Diagnosis hanya membantu agar pasien mengetahui kapan dimulai fase PMS dan kapan akan menghilang, sehingga pasien bisa mengatasinya lebih awal.

Penanganan

Tidak ada pengobatan khusus untuk PMS, biasanya hanya tergantung dari keparahan keluhan PMS. Anjuran untuk melakukan perubahan gaya hidup bisa membantu mengatasi PMS, seperti diet makanan dengan gizi seimbang, berolahraga, dan istirahat yang cukup. Terapi-terapi relaksasi atau mengkonsumsi obat-obat herbal tertentu juga bisa membantu mengurangi keluhan PMS.

 

Jika diperlukan pada kondisi tertentu, penggunaan obat-obat antinyeri, seperti ibuprofen dan parasetamol, bisa membantu mengurangi keluhan nyeri yang timbul. Obat-obat dari kelompok diuretik berguna untuk membantu meningkatkan pengeluaran cairan dari dalam tubuh, jika berolahraga dan pembatasan asupan garam tidak bisa mengatasi berat badan yang meningkat.

 

Pada beberapa kasus, penggunaan obat-obatan kontrasepsi dapat membantu mengurangi gejala PMS. Obat-obat antidepresan juga bisa digunakan untuk mengatasi PMS dengan depresi hebat, namun penggunaan obat-obatan seperti ini harus di bawah pengawasan dokter.

 

Baca juga: Pria Juga Bisa PMS, Lho!