PENYAKIT

Polycystic Ovary Syndrome (PCOS)

Deskripsi

Polycystic Ovary Syndrome (PCOS) adalah suatu kondisi ketidakseimbangan hormon pada wanita pada usia produktif. Wanita dengan PCOS akan mengalami gangguan siklus menstruasi, sehingga mereka menjadi jarang menstruasi, mengalami periode menstruasi yang lebih lama, ataupun mengalami peningkatan hormon androgen.

 

Kondisi ini menyebabkan terganggunya fungsi ovarium. Ovarium akan menghasilkan sel telur dalam jumlah banyak dan mengandung folikel. Dapat pula terjadi peningkatan volume ovarium yang menyebabkan kegagalan untuk melepaskan sel telur yang matang secara normal, sehingga menjadi sulit hamil. Jika tidak ditangani dengan tepat, kondisi PCOS dapat menyebabkan masalah kesehatan lainnya, seperti diabetes dan penyakit jantung.

 

Baca juga: Mengenal Lebih Dalam tentang PCOS
Pencegahan

PCOS tidak bisa dicegah, namun diagnosis dini serta penanganan yang lebih cepat dapat membantu pencegahan terjadinya komplikasi jangka panjang, seperti infertilitas, sindrom metabolik, obesitas, diabetes, dan penyakit jantung lainnya.

 

Pencegahan PCOS dilakukan untuk menurunkan faktor risiko PCOS, antara lain:

  1. Rutin melakukan olahraga untuk mencegah terjadinya obesitas.
  2. Mengonsumsi makanan yang sehat, seperti memperbanyak konsumsi buah dan sayur. 
  3. Tidak merokok. Wanita yang merokok memiliki level hormon androgen lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak merokok. Hal tersebut merupakan pemicu kondisi PCOS.
  4. Obesitas. Wanita perlu menurunkan berat badan untuk membantu penyeimbangan hormon dan regulasi siklus menstruasi.
Gejala

Beberapa gejala klinis yang mungkin muncul pada wanita dengan kondisi PCOS, antara lain:

  • Kenaikan berat badan: Sebagian wanita dengan PCOS memiliki masalah peningkatan berat badan dan masalah penurunan berat badan, sehingga menyebabkan kelebihan berat badan dan obesitas yang sulit dikontrol.
  • Kelelahan: Pada wanita dengan PCOS, umumnya mengalami kelelahan dan tidak berenergi. Hal ini mungkin disebabkan oleh masalah sulit tidur.
  • Infertilitas: PCOS merupakan salah satu faktor yang menyebabkan infertilitas. Namun dengan terapi yang tepat, wanita dengan PCOS masih memiliki kesempatan untuk hamil secara alami.
  • Jerawat: Terkait perubahan hormon androgen, ini dapat memicu permasalahan jerawat. Selain itu, akan terjadi perubahan lain pada kulit, seperti penebalan kulit dan menghitam.
  • Perubahan suasana hati: Pada kondisi PCOS, sering terjadi perubahan suasana hati, seperti cemas, depresi, dan mood swing.
  • Nyeri pada panggul: Pada wanita PCOS, nyeri panggul sering terjadi pada saat periode menstruasi disertai dengan perdarahan hebat. Hal ini juga dapat terjadi saat sedang tidak mengalami periode menstruasi.
  • Sakit kepala: Perubahan hormonal juga dapat menyebabkan pasien dengan PCOS sering mengalami sakit kepala.
  • Insomia: Pada dasarnya, banyak faktor yang menyebabkan sulit tidur. Namun, PCOS menjadi salah satu kondisi yang memicu masalah tidur dan sering disebut sleep apnea, yaitu gangguan pernapasan saat tidur.
  • Rambut ekstra (disebut juga hirsutism) pada wajah dan tubuh: Pada beberapa wanita, mereka akan memiliki rambut pada muka yang tebal dan hitam, serta rambut ekstra pada bagian dada, perut, dan punggung. Hal ini disebabkan oleh adanya perubahan hormon androgen. Sebaliknya, sering terjadi penipisan rambut kepala.
  • Periode menstruasi yang tidak teratur: Pada wanita dengan PCOS, periode menstruasi yang terjadi kurang dari 9 periode setahun. Bahkan, ada beberapa wanita yang tidak mengalami periode menstruasi atau memiliki periode menstruasi dengan perdarahan yang hebat.
  • Kerontokan rambut: Kasus kerontokan rambut yang terkait dengan kondisi PCOS biasanya meningkat seiring dengan pertambahan usia.

 

Baca juga: Gangguan Hormonal PCOS, Penyebab Wanita Susah Hamil
Penyebab

Penyebab terjadinya PCOS belum dapat diketahui secara pasti. Namun, sampai saat ini faktor genetik masih diketahui menjadi salah satu faktor penyebabnya. Pada wanita dengan riwayat keluarga PCOS, penderita diabetes, maupun yang mengalami siklus menstruasi tidak lancar, memiliki risiko lebih besar mengalami PCOS.

 

Genetik PCOS ini dapat diturunkan baik dari genetik ayah maupun ibu. Selain itu, kondisi diabetes dan berat badan berlebih merupakan faktor risiko yang diketahui meningkatkan probabilitas terjadinya PCOS.

 

Baca juga: Penyebab PCOS dan Cara Mengatasinya
Diagnosis

Penegakan diagnosis PCOS dilakukan berdasarkan pemeriksaan oleh dokter dan tidak ada tes yang spesifik. Diagnosis PCOS dapat dilakukan berdasarkan beberapa langkah, yaitu:

  1. Dokter akan melakukan anamnesis dengan menanyakan riwayat kesehatan, gejala-gejala yang muncul, dan periode siklus menstruasi.
  2. Melakukan pemeriksaan fisik. Pada umumnya, dokter akan mengecek adakah tanda-tanda PCOS pada pasien, seperti ada tidaknya rambut ekstra (hirsutism), tekanan darah, berat badan, serta pengukuran indeks massa tubuh (IMT).
  3. Melakukan beberapa tes laboratorium dengan melihat parameter kadar gula darah, insulin, dan kadar hormon. Pengujian kadar hormon ini dapat membantu untuk mengetahui kesehatan fungsi kelenjar tiroid maupun kelenjar lain yang dapat menimbulkan gejala serupa dengan PCOS.
  4. Dapat juga dilakukan pemeriksaan USG pelvic untuk melihat ada tidaknya kista pada ovarium.

 

Berdasarkan hasil consensus The Rotterdam ESHRE/ASRM tahun 2004 tentang kriteria diagnosis dan risiko kesehatan jangka panjang yang berkaitan dengan PCOS, kriteria kondisi PCOS meliputi:

  1. Oligo atau anovulasi (tidak terjadi ovulasi). 
  2. Adanya kondisi hiperandrogen yang diketahui melalui pemeriksaan klinis, seperti pemeriksaan fisik maupun mengukur nilai hormon berdasarkan tes laboratorium. 
  3. Ovarium polikistik yang ditandai dengan terdapat ≥ 12 folikel berdiameter 2-9 mm di setiap ovarium atau volume ovarium melebihi 10 cc.

 

Jika dokter mengetahui ada 2 dari 3 kriteria tersebut, maka dapat didiagnosis pasien menderita PCOS. Oleh karena itu, diagnosis PCOS harus dilakukan oleh dokter.

 

Baca juga: Apa Itu PCOS dan Bagaimana Cara Diagnosisnya?
Penanganan

Kondisi PCOS dapat ditangani dengan melakukan beberapa terapi farmakologi (dengan obat-obatan), yang ditunjang dengan adanya terapi non-farmakologi untuk mengontrol beberapa faktor risiko PCOS. Hal tersebut dilakukan dengan rutin berolahraga untuk mencegah obesitas serta mengonsumsi makanan yang sehat. Hal ini ditujukan untuk mencegah adanya masalah kesehatan lain, seperti diabetes dan kesehatan jantung yang memperparah kondisi PCOS.

 

Terapi farmakologi pada PCOS ditujukan untuk mengontrol hormon reproduksi, kadar insulin, atau masalah sindrom metabolik lainnya. Terapi pengobatan PCOS sering kali dilakukan untuk memperbaiki siklus menstruasi dan fertilitas. Karenanya, terapi PCOS sering kali dilakukan jika wanita ingin melakukan program kehamilan.

 

Beberapa terapi yang diberikan antara lain:

  1. Kombinasi hormon estrogen dan progestin dalam sediaan pil KB, vaginal rings, atau sediaan patches (transdermal). Terapi hormon ini ditujukan untuk memperbaiki perdarahan menstruasi yang tidak normal atau tidak mengalami periode menstruasi. Terapi hormonal ini juga memperbaiki masalah jerawat yang berhubungan dengan tingkat hormon androgen yang tinggi pada pasien PCOS, tumbuhnya rambut halus seperti pria pada area-area seperti dada, punggung, dan wajah, serta masalah kerontokan rambut seperti pada pria.
  2. Terapi hormonal progestin tunggal. Jika pasien tidak memungkinkan menggunakan terapi hormon estrogen, dokter dapat mempertimbangkan untuk menggunakan injeksi maupun tablet hormon progestin. Terapi ini digunakan untuk memperbaiki fungsi lapisan endometrial
  3. Pemberian androgen-lowering spironolactone yang merupakan diuretik. Terapi ini diberikan dengan terapi estrogen-progestin. Terapi ini dinilai mampu menurunkan kerontokan rambut, jerawat, dan rambut ekstra yang tumbuh pada wajah dan tubuh (hirsutism).
  4. Mengonsumsi metformin. Obat antidiabetik ini merupakan pilihan terapi yang sering digunakan oleh penderita PCOS. Metformin digunakan untuk mengontrol kadar insulin, gula darah, dan kadar androgen. Pasien PCOS juga disarankan untuk secara rutin melakukan pengontrolan tekanan darah, parameter diabetes seperti gula darah dan level insulin, serta beberapa faktor risiko lainnya.
  5. Menggunakan eflornithine. Krim topikal untuk kulit ini berguna untuk memperlambat pertumbuhan rambut ekstra selama digunakan secara tepat. Penggunaan eflornithine harus dikonsultasikan terlebih dahulu dengan dokter.
  6. Selain pengobatan untuk PCOS, pasien juga sering diberikan obat antijerawat dalam bentuk topical atau diminum (oral), baik obat yang diresepkan maupun obat-obatan OTC (over the counter), untuk mengurangi kondisi jerawat pada pasien PCOS.