Berencana Berbelanja Kebutuhan Hamil dan si Kecil? Tahan Dulu, Mums!
Fitri Syarifah
Fitri Syarifah
12 Juni 2025
Shutterstock

Perjuangan Ibu Setelah Melahirkan: Menyusui Hingga Risiko Depresi

Setelah melalui kehamilan 9 bulan dan akhirnya melahirkan, perjuangan ibu setelah melahirkan belum selesai. Ia harus menyusui dan melawan risiko depresi. Depresi pascapersalinan ini merupakan kondisi kesehatan mental yang ditandai perasaan sedih, cemas dan kelelahan. Tanpa pengobatan dan perawatan yang tepat, hal ini dapat menganggu kemampuan ibu dalam merawat diri dan bayinya.

 

Sangat normal sebenarnya dalam beberapa minggu pertama seorang ibu yang baru melahirkan kurang tidur dan menyadari segala sesuatunya dapat terasa emosional, melelahkan, dan stres. Namun, jika gejalanya menetap selama lebih dari dua minggu, hal itu berpotensi menjadi depresi pascapersalinan atau kecemasan pascapersalinan, dan kondisi ini harus dikonsultasikan ke dokter.

 

American Psychological Association mencatat, ada 1 hingga 7 ibu mengalami depresi setelah melahirkan. Sementara di Indonesia, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) melaporkan 57 persen ibu di Indonesia mengalami gejala baby blues atau PPD.

 

Gejala Depresi Pascapersalinan

Selama beberapa minggu pertama di rumah, 70-80% mungkin mengalami perasaan sedih, cemas, dan bahkan depresi. Perjuangan ibu setelah melahirkan inilah yang sering diabaikan karena tidak terlihat secara fisik. Emosi yang berfluktuasi ini terjadi seiring dengan perubahan kadar hormon dan biasanya hilang dengan sendirinya. Namun jika kondisinya berangsur lama dan menetap, sebaiknya segera konsultasikan diri ke dokter ya Mums!

Meskipun depresi pascapersalinan paling sering menyerang ibu baru, tapi juga dapat menyerang ibu yang memiliki lebih dari satu anak, tanpa memandang tingkat pendapatan, ras atau etnis, budaya, status perkawinan, atau pendidikan. Itu bukan kelemahan dan bukan salah siapa pun.

 

Berikut beberapa gejala peringatan yang harus diwaspadai: 

•           Makan lebih banyak, atau lebih sedikit, dari biasanya

•           Hilangnya kesenangan atau minat pada hal-hal yang disukai

•           Kecemasan - sepanjang atau sebagian besar waktu - atau serangan panik

•           Merasa bersalah atau tidak berharga; menyalahkan diri sendiri

•           Iritabilitas, mudah marah, atau kegelisahan yang berlebihan; perubahan suasana hati

•           Kesedihan, menangis tak terkendali dalam jangka waktu yang sangat lama

•           Takut menjadi ibu yang tidak baik

•           Takut ditinggal sendirian bersama bayinya

•           Sulit tidur

•           Ketidaktertarikan pada bayi, keluarga, dan teman

•           Kesulitan berkonsentrasi, mengingat detail, atau membuat keputusan

•           Pikiran untuk menyakiti diri sendiri atau bayinya

 

 

Ironisnya, depresi pascapersalinan ini bisa menjadi penyebab utama bunuh diri pada ibu setelah melahirkan. Dokter dalam hal ini sering menggunakan skala depresi, alat survei untuk mengidentifikasi orang yang berisiko terkena PPD selama kehamilan dan setelah melahirkan.

 

Skor ini lalu dihitung berdasarkan jawaban ibu yang baru melahirkan untuk menentukan apakah evaluasi atau pengobatan lebih lanjut diperlukan. Di antara daftar pertanyaan tersebut, ada yang berhubungan dengan mental ibu seperti misalnya apakah ia menyalahkan dirinya sendiri, cemas atau khawatir tanpa alasan yang jelas, atau apakah ada pemikiran untuk menyakiti diri sendiri. 

 

Untuk itu seorang ibu perlu menjaga dirinya dengan baik dan membangun kembali kekuatannya. Tak ada salahnya meminta bantuan pada keluarga atau orang terdekat untuk membantu selama beberapa minggu pertama agar ibu bisa istirahat dan mengembalikan nutrisi yang baik saat menyusui.

Tantangan kondisi fisik pascapersalinan

 

Selain risiko kesehatan mental, penting juga untuk terus memantau pemulihan setelah melahirkan. Banyak ibu mungkin mengalami hal berikut selama minggu-minggu awal pascapersalinan. 

 

1. Keputihan

 Bahkan jika Mums melahirkan melalui operasi caesar, perdarahan pascapersalinan, atau lokia, diperkirakan akan berlangsung hingga enam minggu. Anda harus menggunakan maxi pad selama ini. 

 

2. Nyeri pada vagina

 Jahitan akibat robeknya perineum dapat menyebabkan nyeri saat duduk, berjalan, atau bahkan batuk dan bersin. Duduk di atas bantal dan menggunakan kompres es atau bantalan dingin dapat mengurangi rasa tidak nyaman. 

3. Kram

 Kram yang terasa seperti kontraksi bisa terjadi saat rahim kembali ke keadaan semula. Menyusui dapat memperparah kram ini. 

 

4. Sembelit 

Perubahan hormonal dapat meningkatkan risiko sembelit. Untuk membantu meringankan ketidaknyamanan, pelunak feses sering disarankan serta peningkatan asupan cairan dan diet tinggi serat. 

 

5. Rambut rontok

 Perubahan hormonal satu hingga tiga bulan bisa terjadi. Hal ini mempengaruhi kerontokan rambut.

 

6. Berkeringat di malam hari

 Hampir sepertiga wanita mengalami hot flashes pasca melahirkan karena penurunan kadar estrogen. 

 

7. Masalah dasar panggul

Masalah seperti Inkontinensia urine mempengaruhi hampir 25% wanita di Amerika. Latihan kegel dianjurkan untuk memperkuat otot dasar panggul, dan penyedia layanan kesehatan Anda mungkin merekomendasikan terapi dasar panggul. 

 

8. Sakit kepala

 Penurunan drastis kadar estrogen secara tiba-tiba dalam dua minggu pertama setelah melahirkan menyebabkan sekitar 1 dari 4 wanita mengalami sakit kepala. Hampir separuh wanita akan mengalami migrain pada bulan pertama pascapersalinan. 

 

 

9. Gerakan dalam perut

 Setelah melahirkan, beberapa wanita mengalami rasa berdebar-debar yang mirip dengan sensasi gerakan bayi di dalam rahim.

 

 

Referensi:

News Loma Linda University. silent-struggle-for-new-mothers

  • # Melahirkan
  • # Depresi
  • # Depresi (Depression)