Tidak Sama, Ini Perbedaan Stunting dan Gizi Buruk yang Perlu Diketahui
Dalam beberapa tahun terakhir, stunting menjadi salah satu topik yang menarik perhatian banyak pihak internasional. Badan Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan, terdapat ratusan juta anak di dunia yang diperkirakan mengalami pertumbuhan terhambat karena stunting. Stunting dan gizi buruk adalah dua hal yang berbeda, dan dua kondisi ini masih menjadi masalah serius di Indonesia. Karenanya, Mums perlu tahu apa perbedaan stunting dan gizi buruk.
Menurut WHO, stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang dialami anak akibat gizi buruk, infeksi berulang, dan stimulasi psikososial yang tidak memadai. Stunting pada awal kehidupan, terutama pada 1000 hari pertama sejak pembuahan hingga usia dua tahun, akan menyebabkan gangguan pertumbuhan yang akan berdampak panjang. Salah satu dampaknya adalah kemampuan kognitif rendah yang kemudian menyebabkan anak sulit bersaing dalam pendidikan dan saat dewasa hanya mampu bekerja dengan upah rendah. Lalu, apa perbedaan stunting dan gizi buruk?
Mengenal Perbedaan Stunting dan Gizi Buruk
Stunting dan gizi buruk (severe wasting) keduanya adalah kondisi ketika anak kekurangan nutrisi. Namun, dua kondisi ini memiliki perbedaan jika dilihat dari beberapa aspek, di antaranya definisi, faktor penyebab, ciri-ciri, hingga langkah pencegahannya. Berikut adalah penjelasan selengkapnya.
1. Pebedaan Pengertian Stunting dan Gizi Buruk
Perbedaan stunting dan gizi buruk yang pertama dapat dilihat dari definisinya. Stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada anak yang diakibatkan oleh kekurangan gizi kronis, sehingga menyebabkan anak memiliki perawakan tubuh yang lebih pendek daripada anak seusianya.
Sementara itu, gizi buruk adalah kondisi ketika berat badan menurut panjang atau tinggi badan anak (BB/TB) lebih rendah daripada rentang angka normal anak seusianya. Dalam kondisi gizi buruk yang berat, perawakan anak akan tampak kurus karena berat badan tidak sepadan dengan tinggi badan.
2. Faktor Penyebab Stunting dan Gizi Buruk
Perbedaan stunting dan gizi buruk berikutnya dapat dilihat dari faktor penyebabnya. Stunting disebabkan oleh defisiensi nutrisi yang terjadi dalam jangka waktu lama (kronis) atau berulang di 1000 hari pertama kehidupan anak (dimulai dari sejak awal kehamilan hingga usia 2 tahun).
Dikutip dari Adoption Nutrition, stunting berkembang dalam jangka panjang yang disebabkan oleh kombinasi beberapa faktor di bawah ini:
Kurang gizi kronis dalam waktu lama.
Gangguan pertumbuhan sejak dalam kandungan.
Tidak cukup protein dalam proporsi total asupan kalori.
Perubahan hormon yang dipicu oleh stres.
Sering menderita infeksi di awal kehidupan anak.
Jadi stunting tidak terjadi secara tiba-tiba, melainkan merupakan proses yang lambat, kumulatif, dan terjadi sejak dalam kandungan. Artinya, asupan makanan yang tidak memadasi dalam satu bulan atau seminggu terakhir tidak bisa dikatakan stunting. Karena, stunting yang menyebabkan gagal tumbuh hanya bisa terjadi karena proses yang lama. Artinya, kondisi stunting dapat muncul apabila kekurangan gizi tidak segera ditangani dengan tepat.
Sedangkan gizi buruk disebabkan oleh kekurangan asupan gizi dalam waktu yang relatif singkat ketimbang stunting. Kekurangan asupan nutrisi dalam jangka waktu tertentu membuat berat badan anak turun dan memicu timbulnya gizi buruk.
Gizi buruk dapat terjadi ketika anak tidak memperoleh asupan gizi yang cukup dari konsumsi makanannya, berapa pun usianya. Kondisi ini juga bisa terjadi akibat penyakit infeksi tertentu yang bisa memengaruhi nafsu makan atau kemampuan tubuh untuk menyerap nutrisi, seperti diare kronis dan hepatitis.
3. Ciri-Ciri Stunting dan Gizi Buruk
Seperti yang telah dijelaskan, ciri-ciri utama stunting adalah gangguan tumbuh kembang, ditandai dengan tinggi badan anak yang lebih pendek atau tidak sesuai dengan standar tinggi badan anak seusianya. Gejala tersebut biasanya mulai terlihat saat anak berusia 2 tahun.
Sedangkan, gizi buruk dapat menimbulkan gejala yang lebih luas. Namun, utamanya adalah anak tampak sangat kurus. Saat dipetakan dalam kurva pertumbuhan anak, berat badan menurut panjang atau tinggi badannya lebih rendah jika dibandingkan dengan anak seusianya, atau ukuran lingkar lengan atas (LiLA) cenderung kecil. Gejala lain yang kerap dialami oleh anak dengan gizi buruk adalah kulit kering, rambut tipis, rentan terserang penyakit, perut tampak buncit, dan gangguan tumbuh kembang.
4. Dampak Stunting dan Gizi Buruk
Stunting yang tidak mendapatkan penanganan sesegera mungkin dapat menyebabkan anak mengalami gagal tumbuh. Stunting sebagian besar bersifat irreversible atau permanen, di mana anak tidak bisa memperoleh kembali tinggi badan normal.
Selain itu, anak-anak yang mengalami stunting juga lebih rentan terserang penyakit, kehilangan kesempatan untuk belajar, memiliki prestasi sekolah yang kurang baik, serta tumbuh menjadi kelompok individu yang tidak mampu secara ekonomi.
Di sisi lain, apabila tidak segera ditangani dengan tepat, gizi buruk berisiko menyebabkan gangguan tumbuh kembang, gangguan fungsi kognitif, dehidrasi berat, hipotermia, anemia, terserang penyakit infeksi berat, hingga kematian (pada kasus yang lebih parah).
Perlu diketahui, anak yang menderita severe wasting berisiko 3 kali lebih tinggi mengalami stunting. Sementara itu, anak stunting berisiko 1,5 kali lebih tinggi mengalami severe wasting dibandingkan dengan anak yang mempunyai gizi baik. Risiko kematian akan meningkat jika anak mengalami dua permasalahan gizi ini (severe wasting dan stunting) secara bersamaan.
5. Pencegahan Stunting dan Gizi Buruk
Pencegahan gizi buruk dapat dilakukan dengan memberikan asupan makanan sehat dan bergizi seimbang sesuai dengan kebutuhan tubuh anak. Selain itu, orang tua juga perlu segera membawa si Kecil untuk berkonsultasi dengan dokter apabila menderita penyakit infeksi tertentu.
Sementara itu, pencegahan stunting utamanya dilakukan dengan memenuhi asupan gizi anak terutama selama 1000 hari pertama kehidupan, mulai dari masa awal kehamilan sampai anak berusia 2 tahun. Sebelum masa kehamilan, ibu sudah harus mempersiapkan diri sebaik mungkin dan memberikan perhatian lebih pada nutrisi ibu untuk janin.
Ibu juga dianjurkan untuk memberikan ASI eksklusif hingga bayi berusia 6 bulan guna membantu memenuhi kebutuhan gizinya pada usia tersebut. Setelah periode pemberian ASI eksklusif selesai, pemberian MPASI pun harus diperhatikan kandungan nutrisinya.
Selain nutrisi, penting pula untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan di rumah. Pastikan untuk mencuci tangan terlebih dahulu sebelum makan untuk menghindari risiko anak terkena infeksi. Jangan lupa untuk rutin ke posyandu atau ke dokter spesialis anak guna memantau pertumbuhan dan perkembangan si Kecil.
Hal ini dilakukan agar bisa segera mendapatkan penanganan yang tepat apabila ditemukan kelainan atau keterlambatan pertumbuhan pada anak. Pada dasarnya, baik stunting maupun gizi buruk dapat dicegah dengan memberikan asupan gizi yang seimbang pada si Kecil. Semoga artikel ini bisa menjawab kebingungan Mums terkait perbedaan stunting dan gizi buruk, ya.
Referensi
Kemenkes RI: Mengenal Apa Itu Stunting…
Kemenkes RI: Gizi Buruk
-
# Stunting
-
# TBN Tumbuh Kembang
-
# Bayi & Balita
-
# TBN 0-6 Bulan