Waspada Retensio Plasenta pada Ibu Melahirkan!
Selama kehamilan, plasenta memiliki peran yang penting dalam mendukung kehidupan bayi di dalam rahim. Namun, setelah bayi lahir, plasenta harus dilahirkan atau dikeluarkan paling lambat sekitar 30 menit sampai 1 jam.
Plasenta yang masih tertinggal sebagian atau bahkan seluruhnya di dalam rahim dapat menimbulkan efek samping yang lebih serius, seperti perdarahan berat. Kondisi tertinggalnya plasenta di dalam rahim setelah melahirkan disebut juga dengan istilah retensio plasenta.
Baca juga: Mums, yuk Kenali Ciri Janin Masuk Panggul
Apa Itu Retensio Plasenta?
Retensio plasenta adalah kondisi tidak keluarnya plasenta setelah bayi dilahirkan. Retensio plasenta termasuk dalam komplikasi kehamilan yang langka dan sebenarnya jarang terjadi. Namun, jika dibiarkan, kondisi ini bisa menyebabkan masalah yang lebih parah, seperti infeksi atau perdarahan hebat.
Penyebab Retensio Plasenta
Setelah bayi keluar, rahim akan berkontraksi kembali untuk menarik plasenta dan mendorongnya keluar. Dalam beberapa kondisi, hal ini tidak terjadi secara sempurna karena beberapa faktor:
Kontraksi yang tidak cukup kuat.
Plasenta tertanam ke dalam dinding rahim.
Leher rahim menutup.
Kelahiran lebih awal.
Pernah melahirkan lebih dari 1 kali.
Riwayat operasi rahim.
Pembuahan dengan fertilisasi in vitro.
Memiliki plasenta yang tertinggal dari kehamilan sebelumnya.
Kondisi rahim yang tidak normal.
Pada penyebab kontraksi yang tidak cukup kuat, biasanya hal ini bisa dipicu oleh beberapa hal juga, di antaranya:
Melahirkan bayi besar.
Melahirkan berkali-kali.
Mendapatkan obat oksitosin terlalu banyak.
Persalinan yang terlalu lama atau justru terlalu cepat.
Fibroid.
Melahirkan anak kembar.
Mendapatkan infus magnesium sulfat.
Gejala Retensio Plasenta
Selain plasenta yang tidak kunjung keluar setelah melahirkan bayi, retensio plasenta biasanya juga disertai gejala-gejala lain, seperti:
Perdarahan hebat setelah melahirkan.
Keluarnya cairan berbau busuk dari vagina.
Nyeri pada perut yang berlangsung lama.
Demam.
Penanganan Retensio Plasenta
Cara paling umum untuk menangani retensio plasenta adalah dengan merangsang kontraksi ibu. Ada beberapa cara yang akan dilakukan:
Meminta ibu untuk segera menyusui setelah melahirkan. Menyusui dapat membuat rahim kontraksi, sehingga secara alami dapat mendorong plasenta ke luar.
Mengubah posisi ibu berguling ke samping atau jongkok. Cara ini dapat membantu rahim berkontraksi dan plasenta dapat dikeluarkan.
Memijat perut ibu untuk membantu munculnya kontraksi. Cara ini mungkin akan terasa tidak nyaman tetapi bisa membantu mengeluarkan plasenta.
Menyuntikkan obat untuk merangsang kontraksi.
Mengeluarkan plasenta menggunakan tangan. Meski begitu, cara ini merupakan pilihan terakhir setelah semua metode dilakukan. Pasalnya, kemungkinan terjadinya infeksi akan sangat tinggi dalam metode ini.
Operasi biasanya akan dilakukan jika plasenta tumbuh ke dinding rahim dan menyerang jaringan lain. Cara ini mungkin akan melibatkan proses pengangkatan rahim juga.
Pencegahan Retensio Plasenta
Apabila pada pemeriksaan ditemukan adanya indikasi retensio plasenta, maka dokter akan menyarankan beberapa langkah untuk mencegah terjadinya retensio plasenta saat melahirkan:
Pemberian obat seperti oksitosin untuk mendorong rahim berkontraksi, sehingga plasenta nantinya bisa dilepaskan saat proses persalinan.
Penerapan traksi tali pusat terkendali setelah plasenta lepas. Selama prosedur ini, dokter akan menjepit tali pusat bayi kemudian menariknya sekaligus memberi tekanan. Cara ini dapat membantu plasenta keluar setelah bayi lahir.
Nah, itulah beberapa hal mengenai retensio plasenta yang perlu Mums ketahui. Retensio plasenta merupakan kondisi yang sangat berisiko bagi Mums karena bisa menyebabkan perdarahan hebat. Dalam kondisi yang lebih parah, perdarahan ini pastinya bisa mengakibatkan hal yang fatal, salah satunya kematian. Oleh karena itu, pastikan untuk selalu melakukan pemeriksaan rutin selama hamil untuk mengetahui kondisi kehamilan Mums. Semakin cepat diketahui, penanganannya pun akan bisa dilakukan lebih cepat. (AS)
Referensi
American Pregnanct Association. Retained Placenta.
WebMD. What Is a Retained Placenta?.
-
# Kehamilan
-
# Persalinan
-
# TB Persalinan & Postpartum
-
# TBMinggu42
-
# TBTrimester3