Istilah nodul tiroid mengacu pada pertumbuhan abnormal sel-sel tiroid dan membentuk benjolan di dalam kelenjar tiroid. Kelenjar tiroid sendiri adalah kelenjar berbentuk kupu-kupu, terletak pada bagian depan leher, mengeluarkan hormon, serta mengatur metabolisme, pertumbuhan, suhu tubuh, denyut jantung, tekanan darah, berat badan, dan lain-lain.
Walaupun mayoritas dari nodul tiroid bersifat benign (bukan kanker), namun sebagian kecil dari nodul tiroid mengandung sel-sel kanker. Agar dapat dilakukan diagnosis serta penatalaksanaan sedini mungkin, maka sebaiknya dilakukan evaluasi pada setiap nodul tiroid yang muncul.
Nodul tiroid hampir tidak dapat dicegah. Memastikan kecukupan iodine dalam diet dapat membantu, akan tetapi dianjurkan untuk rutin melakukan pemeriksaan fisik sendiri maupun di dokter agar nodul tiroid dapat ditemukan sedini mungkin. American Thyroid Association merekomendasikan, pemeriksaan tiroid pada orang dewasa mulai dari usia 35 tahun setiap 5 tahun sekali.
Kebanyakan nodul tiroid tidak menimbulkan gejala. Sering kali nodul tiroid ditemukan secara tidak sengaja saat pemeriksaan fisik rutin atau imaging test, seperti CT scan atau USG leher, yang ditujukan untuk pemeriksaan lain yang tidak berkaitan dengan nodul tiroid. Pada beberapa kasus, pasien menemukan sendiri nodul tiroidnya saat melihat benjolan pada leher sewaktu becermin, mengancingkan kerah baju, atau mengenakan kalung.
Beberapa nodul tiroid dapat memproduksi hormon tiroid dalam jumlah berlebih, sehingga menyebabkan hipertiroidisme (penurunan berat badan, berkeringat, tremor, jantung berdebar). Sementara sebagian lainnya bersifat non-fungsional, sehingga tes abnormalitas tiroid pun tidak menunjukkan kelainan.
Walaupun jarang, beberapa pasien mengeluhkan nyeri pada bagian leher, rahang, atau telinga. Bila ukuran nodul terlalu besar dan menekan saluran napas atau kerongkongan, maka pasien dapat mengalami kesulitan bernapas atau menelan. Suara serak juga dapat terjadi apabila nodul melibatkan saraf yang mengatur pita suara. Namun, ini sifatnya jarang terjadi dan biasanya terkait dengan kejadian kanker.
Beberapa penyebab terjadinya nodul tiroid antara lain:
- Penyakit Hashimoto (penyakit autoimun yang menyebabkan kelenjar tiroid tidak berfungsi dengan semestinya).
- Kekurangan iodine.
- Hipotiroidisme.
- Kanker tiroid.
Pada saat memeriksa nodul tiroid, tujuan utama dari dokter adalah untuk menyingkirkan kemungkinan kanker. Selain itu, dokter juga memastikan apakah kelenjar tiroid berfungsi dengan baik atau tidak. Beberapa tes yang dapat dilakukan saat memeriksa nodul tiroid antara lain pemeriksaan fisik, tes fungsi tiroid, USG, fine needle aspiration (FNA) biopsy, serta scan tiroid.
Penanganan nodul tiroid akan bergantung kepada sifat dari sel tersebut, apakah tergolong sel kanker atau tidak. Jika pada pemeriksaan pasien didiagnosis kanker tiroid, maka penanganan yang dapat dilakukan mencakup pembedahan dan kemoterapi.
Apabila nodul tiroid bersifat nonkanker, maka penanganan dilakukan berdasarkan ada tidaknya kondisi hipertiroidisme. Jika ada, terapi antitiroid, pembedahan, serta penggunaan radioaktif iodine dapat dilakukan. Namun jika tidak terdapat gejala hipertiroidisme, maka umumnya dilakukan pemantauan (watchful waiting) atau terapi dengan penekan hormon tiroid.