GueSehat
01 Agustus 2018
pexels.com

Neuropati Diebetes, Diawali Kesemutan di Tangan dan Kaki

Ini kisah yang dialami oleh salah satu penderita diabetes, sebut saja Handini, 55. Ibu dua anak dan satu cucu ini sudah 10 tahun terakhir terdiagnosis diabetes. Bahkan, kini ia mengalami komplikasi neuropati diabetes. Setiap saat, terutama di malam hari, ia merasakan nyeri luar biasa pada kaki. Apalagi saat menginjak lantai atau menyentuh benda dingin, sengatan nyeri langsung membuatnya meringis. Terpaksa ia menelan pil pereda nyeri yang kini menjadi kebutuhan pokok baginya.

 

Begitu tersiksanya penderita diabetes yang mengalami neuropati atau kerusakan saraf, ya! Bahkan dijelaskan oleh dokter spesialis saraf dari RS Cipto Mangunkusumo/Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Manfaluthy Hakim, ketika kerusakan saraf sudah mencapai lebih dari 50%, maka tidak ada cara untuk mengembalikannya seperti semula. Seperti yang dialami Handini, seumur hidup ia akan merasakan nyeri di kakinya dan bergantung pada obat penghilang rasa sakit. 

 

Apa sebenarnya neuropati dan mengapa penderita diabetes berada di urutan pertama sebagai orang yang berisiko? Apakah ada cara mencegahnya? Dalam diskusi "Kenali Gejala dan Dampak Fatal Neuropati" yang diadakan oleh PT Merck, Tbk., di Jakarta (31//7), berikut beberapa hal penting yang harus menjadi perhatian Diabestfriend, terutama jika memiliki diabetes atau keluarga dengan diabetes!

Baca juga: Waspada Gejala Kerusakan Saraf akibat Neuropati Diabetes

 

 

Semua Berisiko, tetapi Penderita Diabetes Paling Berisiko

Dokter Manfaluthy mengatakan bahwa semua orang berisiko mengalami neuropati atau gangguan saraf tepi, yang ditandai dengan gejala awal kesemutan, rasa kebas atau baal (mati rasa), hingga nyeri seperti terbakar di anggota tubuh yang mengalami kerusakan saraf. Yang paling sering terkena adalah anggota tangan dan kaki. Penderita diabetes adalah orang yang paling berisiko terkena masalah ini. Data menunjukkan, 50-70% penderita diabetes akan mengalami komplikasi neuropati diabetes.

 

“Ini karena diabetes dan gula darah yang tinggi menyebabkan perubahan sistem metabolisme di saraf. Gula menghasilkan sisa metabolisme yang akan menjadi racun bagi sistem saraf. Selain itu, diabetes menyebabkan gangguan sirkulasi di sekitar saraf, sehingga saraf kekurangan pasokan nutrisi. Kedua hal ini menjadi penyebab saraf tepi penderita diabetes mudah rusak dan muncul gejala neuropati,” jelas dr. Manfaluthy yang juga menjabat sebagai Ketua Kelompok Studi Neurofisiologi dan Saraf Tepi Perhimpunan Dokter Saraf Indonesia (Perdossi).

 

Gejalanya Bertahap dan Berlanjut

Ditambahkan dr. Manfaluthy, gejala neuropati pada penderita diabetes muncul secara bertahap, tergantung saraf apa yang terkena efeknya. "Biasanya yang paling cepat rusak adalah saraf motorik. Gejalanya adalah kesemutan yang kerap diabaikan karena dianggap hal yang wajar. Gejala dapat berlanjut menjadi lebih berat, yaitu berupa kram di organ gerak, sesekali muncul nyeri seperti terbakar, dan kaku-kaku, sehingga menggangu koordinasi gerakan," jelasnya.

 

Puncak gejala paling serius adalah matinya saraf tepi, sehingga penderita tidak mampu merasakan nyeri lagi. Pada kondisi ini, bisa dikatakan saraf sudah tidak berfungsi, karena tidak ada hantaran sinyal untuk merasakan sakit dari otak. Ini menjadi alasan pada kondisi neuropati yang sudah terminal, penderita diabetes yang terluka di kaki tidak dapat merasakan apapun meski luka sudah membusuk. Ujung-ujungnya adalah amputasi.

Baca juga: Inilah Alasan Luka Penderita Diabetes Sulit Sembuh
 

Bisa Dicegah dan Dipulihkan Sebelum Saraf Rusak Permanen

Kabar baiknya, neuropati, baik pada penderita diabetes maupun nondiabetes, dapat dicegah selama kerusakan sarafnya masih ringan. Khusus penderita diabetes, pengobatan utama tentu saja mengonsumi obat diabetes terutama metformin. 

 

Untuk mendukung kesehatan saraf, dr. Manfaluthy menganjurkan pemberian vitamin saraf atau vitamin neurotropik yang merupakan kombinasi Vitamin B1, B6, dan B12. “Banyak penelitian sudah membuktikan pemberian vitamin neurotropik pada penderita diabetes bisa memperlambat proses gejala awal neuropati dan mengurangi gejalanya.”

 

Namun, pemberian vitamin neurotropik pada penderita diabetes tidak boleh sembarangan. Pasalnya, ini akan mengganggu penyerapan metformin. Maka cara minumnya diatur, yaitu tidak bersamaan dengan metformin. Misalnya jika metformin diminum di pagi hari, maka vitamin neurotropik diberikan sore atau malam hari.

Baca juga: Cegah Kerusakan Saraf Tepi dengan Vitamin Neurotopik
 

Selain untuk pendukung terapi, vitamin neurotropik dalam dosis ringan juga digunakan untuk pencegahan. Maka tidak ada salahnya, penderita diabetes mulai mengonsumsi vitamin ini begitu pertama kali terdiagnosis diabetes.

 

Jadi jika Kamu atau ada orang terdekat yang baru saja terdiagnosis diabetes, segera lakukan pemeriksaan saraf! Jangan tunda sampai neuropati menyebabkan kerusakan saraf dan kecacatan yang bersifat permanen. (AY/AS)

 



 

  • # Diabetes
  • # TD Komplikasi
  • # Diabetes Tipe I (DM tipe 1)
  • # Diabetes tipe II (DM Tipe 2)