GueSehat
09 Desember 2018
Google Image

Michelle Obama Akui Punya Impostor Syndrome, Apakah Itu?

Walau pernah menjadi ibu negara Amerika Serikat selama 8 tahun, Michelle Obama mengakui dirinya sering merasa tidak percaya diri atau mengalami impostor syndrome. Hal tersebut diungkapkannya dalam wawancara bersama penulis Chimamanda Ngozi Adichie di Southbank Center.

 

“Saya masih memiliki sedikit impostor syndrome dan tidak bisa hilang. Lalu apa yang saya lakukan saat ini? Saya berbicara kepada kalian karena kita semua memiliki keraguan dengan kemampuan yang kita miliki, tentang kekuatan kita, dan apakah kekuatan itu,” ungkap Michelle, seperti dikutip dari bbc.com. Apakah sebenarnya impostor syndrome itu?

 

Baca juga: Tips Meningkatkan Kepercayaan Diri

 

Impostor syndrome merupakan kondisi psikologis ketika seseorang merasa tidak pantas mendapatkan keberhasilan atau kesuksesan yang telah dicapainya. Dikutip dari huffpost.com, orang dengan sindrom ini merasa takut, seakan yang lain nantinya mengetahui bahwa dirinya hanya penipu yang tidak berhak mengakui segala kesuksesan dan prestasinya.

 

Meski begitu, kondisi psikologis ini tidak termasuk dalam Diagnostic and Statistical Manual (DSM) of Mental Disorder. Artinya, impostor syndrome bukanlah tergolong salah satu penyakit jiwa. Namun, berbagai penelitian menunjukkan kalau sindrom ini cukup umum ditemui di masyarakat dan terkadang disertai dengan gejala-gejala gangguan cemas atau depresi.

 

 

Menurut American Psychological Association, impostor syndrome pertama kali dikenal pada tahun 1970-an oleh psikolog Pauline Clance, Ph.D., dan rekannya Suzanne Imes, Ph.D. Fenomena ini ditemukan pada beberapa orang yang cenderung tidak memercayai kemampuan mereka sendiri. Impostor syndrome bisa dibilang merupakan bentuk dari keraguan terhadap kemampuan diri sendiri.

 

Sindrom unik ini biasanya terjadi pada orang-orang ambisius dengan standar kesuksesan yang cukup tinggi. Namun, mereka merasa bahwa pencapaian yang mereka raih bukanlah karena kemampuan mereka, melainkan karena kebetulan semata. Mereka lalu merasa ketakutan jika suatu hari orang-orang akan menyadari bahwa mereka merupakan penipu yang sebenarnya tidak memiliki kemampuan apapun.

 

Sindrom ini biasanya ditemukan pada orang yang tumbuh besar dalam keluarga yang menekankan pentingnya prestasi. Orang-orang yang berasal dari kaum minoritas, baik dari segi ras, suku, etnis, agama, jenis kelamin, tingkat pendidikan, maupun latar belakang ekonomi, juga lebih mungkin mengalami sindrom ini.

 

Selain itu, impostor syndrome juga sering ditemukan pada mereka yang baru saja terjun ke dunia profesional setelah menyelesaikan studinya. Lulusan baru ini akan merasa bahwa dirinya belum pantas untuk menjadi seorang profesional karena merasa tidak kompeten. Walau sebenarnya mereka memiliki kompetensi tinggi. Oleh karena itu, orang yang punya sindrom ini malah sering menunda-nunda pekerjaan karena takut hasil pekerjaan tidak sempurna.

 

Dikutip dari abc.net.au, orang-orang yang memiliki impostor syndrome ditandai dengan:

  • Tidak percaya diri dan cemas.
  • Perfeksionis, tidak mengakui kesuksesan karena hanya fokus pada kekurangan.
  • Merasa takut gagal sehingga menunda untuk memulai sesuatu hal, menghindari tantangan, dan enggan untuk meminta tanggapan dari yang lain.

 

Baca juga: Berani Menghadapi Rasa Takut

Jika Kamu mengalami impostor syndrome, ada cara untuk menghadapinya.Orang dengan impostor syndrome perlu menerima dan belajar untuk tidak membuat target yang terlalu tinggi pada dirinya sendiri. Cobalah untuk menyadari bahwa setiap orang tidak perlu menjadi sempurna. Buatlah penilaian yang realistis terhadap kemampuan diri sendiri dan kenalilah kemampuan atau keahlian diri sendiri.

 

Bagi beberapa orang dengan impostor syndrome, terapi individu bersama ahli seperti psikolog mungkin saja dapat membantu. Seorang psikolog atau ahli lainnya dapat memberikan terapi untuk membantu pola pikir orang-orang dengan impostor syndrome. Sebab, sering kali orang yang dipengaruhi dengan sindrom ini tidak menyadari bahwa mereka bisa hidup dengan cara lain. (TI/AS)

 

  • # Kesehatan Mental
  • # Psikologis