Ana Yuliastanti
17 April 2025
Teman Bumil

Kenali 4 Jenis Gangguan Mata Anak dan Penanganannya

Gangguan mata tidak mengenal usia, dan tidak dimonopoli orang dewasa atau usia lanjut. Anak-anak bahkan bayi pun tidak luput dari gangguan mata atau gangguan penglihatan.


Secara global, diperkirakan ada 90 juta anak dan remaja hidup dengan gangguan penglihatan. Informasi Kementerian Kesehatan menunjukkan, gangguan penglihatan pada anak usia sekolah 5-19 tahun diperkirakan mencapai 10% Hasil screening tahun 2023-2024 menunjukkan adanya sekitar 60.000 anak yang mengalami gangguan penglihatan


Gangguan penglihatan pada anak dapat ditangani sejak dini sehingga tidak menimbulkan masalah pada kemampuan belajar maupun kebutuhan sosialisasi anak. Kenali apa saja gengguan kesehatan mata atau penglihatan anak yang paing sering dijumpai dan bagaimana penanganannya.

Baca juga: 7 Tanda Anak Harus Pakai Kacamata


4 Jenis Gangguan Mata Anak yang Kerap Ditemui

Dr. Gusti G Suardana, SpM(K), Ketua Servis Pediatric Ophthalmology and Strabismus JEC Eye Hospitals & Clinics, menjelaskan, gangguan penglihatan merupakan masalah yang berdampak pada perkembangan anak.


Berikut ini 4 jenis gangguan penglihatan anak yang kerap ditemui:


1. Kelainan refraksi

Gangguan penglihatan yang terjadi karena mata tidak dapat memfokuskan cahaya dengan tepat pada retina. Kelainan ini tidak selalu memiliki gejala.


Ada tiga jenis kelainan refarksi yaitu:

- miopia atau rabun jauh

- hipermetropia atau rabun dekat

- astigmatism atau silinder


Kelainan ini bisa diatasi dengan pemberian kacamata atau lensa kontak yang sesuai.


2. Mata Malas

Kelainan refraksi yang tidak dikoreksi dapat menyebabkan mata malas, yaitu penurunan penglihatan yang terjadi karena gangguan pada proses perkembangan penglihatan saat usia kanak-kanak.


Mata malas juga menjadi penyebab lain: mata juling, katarak, ptosis, atau kondisi lainnya. Penanganan sedini mungkin (<7 tahun) akan memberikan hasil terbaik. Mata malas yang tidak diterapi dapat menyebabkan gangguan penglihatan yang permanen.


3. Retinopati Prematuritas (ROP)

Kelainan ini terjadi pada bayi prematur, berupa kelainan pada pembuluh darah retina yang dapat menyebabkan gangguan penglihatan hingga kebutaan. Oleh karena itu, skrining mata wajib dilakukan pada bayi yang lahir dengan berat kurang dari 1.500 gram atau lahir saat usia kehamilan kurang dari 34 minggu.


Kasus kelahiran prematur di Indonesia cukup tinggi. Indonesia menempati posisi ke-5 tertinggi di dunia untuk persalinan prematur, yaitu 657.700 kasus.


4. Katarak Kongenital

Kelainan ditandai dengan kekeruhan pada lensa mata dan kasus ini dapat terjadi pada satu atau dua mata. Katarak pada bayi yang merupakan bawaan lahir ini hanya bisa diatasi denga tindakan operasi untuk membersihkan katarak. Jika tidak ditangani, dapat menyebabkan gangguan penglihatan signifikan atau amblyopia berat.


Tanda dan Gejala Gangguan Penglihatan pada Anak

Mums harus waspada, jika anak-anak menunjukkan setidaknya salah satu dari gejala berikut:

  • Memicingkan mata

  • Membaca terlalu dekat

  • Mengusap atau mengucek mata

  • Memiringkan kepala

  • Mata tampak juling atau tidak sinkron

  • Tidak fokus dalam belajar


  • “Gangguan penglihatan yang tidak terdeteksi dan tertangani dengan tepat pada masa balita dapat berdampak jangka panjang. Tidak hanya pada perkembangan penglihatan, tetapi juga pada kemampuan belajar, sosialisasi, dan kualitas hidup anak hingga dewasa. Deteksi dan intervensi dini sangat krusial karena sistem penglihatan anak berkembang pesat hingga usia 8 tahun, dan penanganan setelah periode kritis ini memberikan hasil kurang baik dan seringkali bersifat permanen,” jelas dr. Ana.



    JEC Buka Children’s Eye and Strabismus Center

    Mengingat kasus yang cukup tinggi, Jakarta Eye Center Kedoya jakarta membuka Children’s Eye and Strabismus Center, yang merupakan puast penanganan kelainan penglihatan anak yang lengkap. Dijelaskan Dr. Gusti G Suardana, SpM(K), perawatan mata anak membutuhkan pendekatan yang menyeluruh, terintegrasi, dan ramah anak.


    “Proses pemeriksaan, diagnosis hingga terapi pada anak tidak bisa disamakan dengan pasien dewasa. Banyak aspek yang perlu diperhatikan, mulai dari kenyamanan anak, keterlibatan orang tua, hingga kesiapan fasilitas medis dan tenaga profesional yang terlatih khusus. Karenanya, JEC CESC kini hadir sebagai one-stop service, yang memungkinkan pasien anak mendapatkan penanganan mata secara komprehensif—mulai dari pemeriksaan awal, diagnosis, hingga terapi lanjutan—semua dalam satu atap, tanpa berpindah lokasi.”



    Dr. Ana menambahkan, “Pemeriksaan dini rutin, termasuk evaluasi berkala per 6-12 bulan sekali pada anak usia sekolah, perlu dilaksanakan secara disiplin guna mengenali gangguan penglihatan sejak awal dan memberikan tata laksana yang sesuai. Dukungan keluarga pada pasien anak sangat krusial, terutama pada kasus-kasus gangguan mata yang berat dan kronis.’



    Jangan abaikan kesehatan mata ya Mums. Kesehatan mata bukan hanya soal melihat, tetapi juga berkaitan erat dengan proses belajar, tumbuh kembang, dan kualitas hidup anak secara keseluruhan. (AY)

    • # Kacamata anak
    • # Mata
    • # Mata juling
    • # TBN 2 Tahun
    • # TBN Kesehatan