PENYAKIT

Kehamilan Ektopik (Hamil di Luar Rahim)

Deskripsi

Kehamilan ektopik atau juga dikenal sebagai kehamilan di luar kandungan, merupakan suatu kondisi kehamilan ketika sel telur yang sudah dibuahi tidak mampu menempel atau melekat pada rahim. Sel telur tersebut akan melekat di tempat yang lain atau berbeda, yaitu di tempat yang dikenal dengan nama tuba falopi atau saluran telur, di leher rahim, dalam rongga perut, atau di indung telur. Dengan kata lain, kehamilan ektopik merupakan suatu kondisi ketika sel telur yang telah dibuahi mengalami implantasi pada tempat selain tempat seharunya, yaitu uterus.

 

Baca juga: Kehamilan Ektopik, Kehamilan yang Terjadi di Luar Rahim
Pencegahan

Kehamilan ektopik tidak selalu dapat dicegah. Akan tetapi, seorang wanita dapat mengurangi risiko kehamilan ektopik dengan melindungi dirinya dari infeksi penyakit menular seksual. Berhenti merokok juga dapat mengurangi risiko terjadinya kehamilan ektopik.

Gejala

Gejala yang terjadi antara lain:

  • Sakit pada perut bagian bawah yang biasanya terjadi di 1 sisi.
  • Nyeri pada tulang panggul.
  • Perdarahan ringan dari vagina.
  • Pusing atau lemas.
  • Mual dan muntah yang disertai rasa nyeri.
  • Nyeri pada bahu.
  • Rasa sakit atau tekanan pada rektum saat buang air besar.
  • Jika tuba falopi sobek, akan terjadi perdarahan hebat yang mungkin memicu hilangnya kesadaran.

 

Baca juga: 4 Tips Menjaga Kehamilan yang Harus Diperhatikan
Penyebab

Penyebab kehamilan ektopik masih belum diketahui secara pasti. Namun, beberapa faktor dapat meningkatkan risiko mengalami kehamilan di luar kandungan.
Faktor yang menyebabkan seorang wanita lebih berisiko mengalami kehamilan ektopik yaitu:

  • Menggunakan intrauterine device (IUD) sebagai kontrasepsi.
  • Sejarah penyakit seksual menular, seperti klamidia dan gonore.
  • Sejarah salpingitis, penyakit peradangan pelvis.
  • Gangguan pada tuba fallopi kongenital.
  • Luka dari endometriosis atau sejarah operasi ektopik.
  • Sejarah kehamilan ektopik sebelumnya.
  • Sejarah ligasi tuba yang gagal (operasi sterilisasi).
  • Obat-obat penyubur atau isu kesuburan lainnya seperti in vitro fertilization (IVF).
  • Merokok sebelum kehamilan.
  • Penggunaan diethylstilbestrol selama kehamilan.
Diagnosis

Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik rongga panggul dan menanyakan riwayat kesehatan pasien. Pemeriksaan ditunjang dengan:

  • Tes darah untuk memeriksa hCG. Pada kehamilan ektopik, kadar hormon hCG cenderung lebih rendah daripada kehamilan normal.
  • USG. Metode USG yang paling akurat untuk mendeteksi kehamilan ektopik adalah USG transvaginal. Prosedur ini akan mengonfirmasi lokasi kehamilan ektopik sekaligus detak jantung janin.
Penanganan

Kehamilan ektopik berbahaya. Sel telur yang telah dibuahi tidak akan bisa tumbuh dengan normal jika tidak berada dalam rahim. Karena itu, jaringan ektopik harus diangkat untuk menghindari komplikasi yang dapat berakibat fatal.

 

Kehamilan ektopik yang terdeteksi dini tanpa janin yang berkembang secara normal dalam rahim umumnya ditangani dengan suntikan methotrexate. Obat ini akan menghentikan pertumbuhan sekaligus menghancurkan sel-sel yang sudah terbentuk.

 

Kebanyakan dokter bedah menyarankan agar mengangkat embrio dan memperbaiki kerusakan pada organ-organ dalam. Prosedur ini disebut laparoskopi. Jika operasi tidak berhasil, maka dilakukan laparotomi, yaitu dengan melakukan metode sayatan yang lebih besar.

 

Baca juga: Kehamilan yang Baik Menurut Dokter Kandungan