Ana Yuliastanti
01 Juli 2024
Guesehat

Punya Hipertensi, Cegah Risiko Stroke Perdarahan akibat Pecah Aneurisma

Stroke merupakan pembunuh nomer dua di di Indonesia, dan di bidang saraf, stroke merupakan penyakit kedua terbanyak setelah cedera kepala dan tumor otak. Salah satu jenis stroke yang fatal adalah stroke perdarahan. Pemicunya adalah pecahnya pembuluh darah otak karena tekanan darah meningkat. Risiko perdarahan pembuluh darah otak semakin besar bagi orang yang punya aneurisma. 

 

Aneurisma otak adalah suatu kondisi di mana terjadi pelebaran abnormal pada dinding pembuluh darah di otak. Bentuknya menyerupai balon yang menggembung keluar dari arteri. Kondisi ini bisa sangat berbahaya jika aneurisma tersebut pecah, karena dapat menyebabkan perdarahan di dalam otak yang berpotensi fatal.

 

"Aneurisma otak sering kali tidak menunjukkan gejala sampai terjadi pembesaran yang cukup signifikan atau pecah. Gejala yang mungkin muncul sebelum pecah termasuk sakit kepala parah, penglihatan kabur atau ganda, nyeri di sekitar mata, atau gangguan saraf lainnya. Jika aneurisma pecah, gejalanya bisa berupa sakit kepala tiba-tiba yang sangat hebat, mual, muntah, leher kaku, kehilangan kesadaran, atau bahkan kematian,” jelas dr. Kusdiansah, dokter spesialis bedah saraf dari RS Pusat Otak Nasional Prof. dr. Mahar Mardjono, di Jakarta, Sabtu, 29 Juni 2024. 

 

Dalam rangka meningkatan kemampuan dokter menangani stroke, para ahli bedah saraf dari 20 provinsi di Indonesia mengikuti pelatihan microsurgery yaitu prosedur operasi clipping untuk menangani anuerisma. Kegiatan ini diselenggarakan di RS PON, atas kerjasama RS PON dengan Barrow Neurological Institute (BNI), pusat medis terkemuka di dunia dalam bidang neurosains, Kementrian Kesehatan, Perhimpunan Spesialis Bedah Saraf Indonesia (PERSPEBSI) dan Aesculap Academy Indonesia. 

 

Mengenal Prosedur Clipping untuk Menangani Aneurisma

Menurut data dari Brain Aneurysm Foundation, 1 dari 50 orang memiliki aneurisma yang belum pecah, setiap 18 menit 1 aneurysma pecah dan sekitar 500.000 orang meninggal setiap tahun akibat aneurisma otak.

 

“Prosedur operasi clipping bertujuan untuk menghentikan aliran darah ke aneurisma, sehingga mencegah pecahnya aneurisma di masa depan, atau pecah kembali setelah mengalami pendarahan otak. Pada prosedur ini dokter bedah saraf akan membuat sayatan di kulit kepala dan membuka sebagian kecil tulang tengkorak untuk mengakses otak. Dengan bantuan mikroskop khusus, dokter akan mencari dan mengidentifikasi lokasi aneurisma dan melakukan penjepitan pada leher aneurisma dengan clip, biasanya berbahan titanium," jelas dr. Kusdiansah.

 

Ketua PERSPEBSI, Prof. dr. Joni Wahyuhadi SpBS, mengatakan, "Hari ini kita mengadakan microsurgery cource dan hands on dengan mendatangkan ahli dari Amerika dan Jepang dalam meningkatkan neurointervensi terutama dalam penanganan aneurisma yang bisa ditangani dengan clipping atau menjepit.”

 

Menurut dr. Joni, clipping sebenarnya sudah biasa dikerjakan di rumah-rumah sakit pendidikan di Indonesia, namun Kemenkes memiliki program untuk meningkatkan kemampuan ini kepada dokter-dokter bedah saraf di seluruh Indonesia. Diharapkan sampai akhir 2024 ini semua propinsi di Indonesia sudah memiliki dokterr bedah saraf dengan kemampuan microsurgery. 

 

Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin, dalam sambutannya menyambut baik pelatihan microsurgery prosedur clipping di RS PON, yang merupakan bagian dari program transformasi layanan kesehatan terutama di bidang stroke. “Stroke masih menjadi salah satu penyakit yang menelan biaya pengobatan besar dan kasusnya terus meningkat. Diperlukan teknologi kedokteran untuk mencegah stroke, salah satunya dengan teknologi mikrosurgey. Pada akhir tahun 2024, seluruh provinsi di Indonesia mampu menangani pembedahan clipping pada kasus aneurisma otak dan angka kejadian stroke karena perdarahan pembuluh darah di otak bisa diturunkan.”

 

Direktur RS PON, dr. Adin Nulkhasanah SpS, MARS, pada pelatihan ini, Barrow Neurological Institute (BNI) memperkenalkan model kepala manusia yang dicetak secara 3D untuk pelatihan operasi clipping. “Model ini akan digunakan di seluruh dunia dan digunakan pertama kali di Jakarta. Teknologi ini memberikan simulasi yang sangat mirip dengan jaringan manusia dan kondisi bedah sebenarnya, sehingga memberikan pengalaman pelatihan yang lebih realistis dan efektif. Teknologi ini telah dikembangkan selama lebih dari 2 tahun oleh tim multidisiplin di pusat inovasi Barrow. Kami sangat berharap bahwa para dokter bedah saraf bisa meningkatkan kapasitanya melalui workshop clipping ini,” jelasnya.


 

 

 

 


  • # TD Komplikasi
  • # Diabetes
  • # Hipertensi
  • # Risiko stroke
  • # Stroke Hemoragik
  • # Aneurisme