Yovita Diane Titiesari
30 Mei 2017
https://pixabay.com/en/ambulance-doctor-students-game-2166079/

Cara Tepat Memberikan Sirup Antibiotik pada Anak

Salah satu penyakit yang cukup sering menyerang anak-anak adalah infeksi, yang dapat terjadi di saluran pernapasan, pencernaan, telinga, dan lain-lain. Jika infeksi tersebut disebabkan oleh bakteri, terapi utama untuk mengatasinya adalah pemberian antibiotik. Antibiotik bekerja membunuh bakteri penyebab infeksi ataupun menghambat pertumbuhannya, sehingga sumber infeksi dapat teratasi. Contoh antibiotik yang biasa diberikan pada anak, antara lain amoksisilin (dengan atau tanpa kalvulanat), cefiksim, tiamfenicol, dan azitromisin.

 

Sebagai seorang apoteker, dalam praktik sehari-hari, saya banyak berjumpa dengan pemberian antibiotik pada anak. Dan tahukah Kamu, terkadang beberapa orang tua kurang memperhatikan detail penting dalam pemberian antibiotik pada anak. Sayang sekali bukan, jika obat antibiotik yang diberikan menjadi berkurang khasiatnya. Bisa-bisa penyakit anak justru tidak sembuh. 

 

Apa saja yang harus diperhatikan agar dapat memberikan sirup antibiotik pada anak dengan tepat? Berikut beberapa poin penting yang saya sarikan dari praktek saya sebagai apoteker.

 

Obat antibiotik untuk anak kebanyakan berbentuk sirup kering

Salah satu hal yang paling khas dari sirup antibiotik pada anak adalah bentuk sediaannya yang berupa sirup kering. Wujudnya adalah serbuk yang ditempatkan dalam botol, dan harus dilarutkan terlebih dahulu sebelum digunakan.

 

Mungkin Kamu bertanya-tanya, kenapa tidak langsung saja dikemas dalam bentuk sirup larutan? Lebih mudah, tinggal tuang dan minum. Alasan pemilihan bentuk sirup kering adalah banyak zat aktif antibiotik yang tidak stabil jika berada lama dalam air. Jika zat aktif obat sudah tidak stabil, potensinya membunuh bakteri akan berkurang bahkan hilang. Oleh karena itu, bentuk sirup kering dipilih agar obat tetap stabil selama proses distribusi dari pabrik obat hingga sampai ke tanganmu.

 

Langkah melarutkan sirup antibiotik

Sirup kering antibiotik dilarutkan dengan cara menambahkan sejumlah air ke dalam botol berisi serbuk obat. Air yang digunakan adalah air putih (plain water) matang dengan suhu ruang, tidak panas dan tidak dingin.

Jumlah air yang harus ditambahkan untuk melarutkan tergantung pada masing-masing merek sirup antibiotik. Informasi mengenai hal ini tercantum di dalam kemasan obat, baik di label yang menempel di botol ataupun di kardus pembungkus. Ada sirup antibiotik yang mengharuskan penambahan sekian mililiter air sehingga Kamu akan membutuhkan gelas yang memiliki ukuran. Namun ada juga yang mengharuskan penambahan air sampai batas tertentu yang ada di botol. Setelah air ditambahkan, tutup kembali botol dan kocok hingga semua serbuk terlarut sempurna.

Ikuti petunjuk pelarutan dengan cermat, ya! Jika pelarutan dilakukan tidak sesuai petunjuk, bisa-bisa anak tidak mendapatkan dosis antibiotik yang seharusnya! Saran saya, Kamu bisa meminta apotek tempatmu menebus obat untuk melarutkan antibiotik tersebut. Hal ini yang sering saya tawarkan kepada pasien-pasien saya, untuk memastikan sirup antibiotik dilarutkan dengan benar.

 

Hal-hal kunci dalam memberikan sirup antibiotik kepada anak

Sirup antibiotik sudah dilarutkan dengan baik, sekarang saatnya memberikan obat tersebut kepada anak. Ketika memberikan obat dalam bentuk sirup antibiotik, berikut hal-hal yang sebaiknya diperhatikan.

Pertama, jangan lupa untuk mengocok dahulu botol sebelum digunakan. Hal ini untuk memastikan serbuk yang mengendap di dasar botol selama penyimpanan kembali terlarut dengan baik dalam larutan.

Kedua, berikanlah obat sesuai dengan dosis yang diminta oleh dokter. Dokter akan menyatakan jumlah obat yang harus diberikan dalam satuan mililiter. Misalnya, 2 kali sehari 5 mililiter berarti dalam sekali pemberian Kamu harus menakar  5 mililiter untuk diberikan kepada anak. Hanya gunakan sendok atau gelas ukur atau pipet obat yang disediakan, ya! Saya sangat tidak menyarankan penggunaan sendok teh atau sendok makan biasa, karena ukurannya tidak standar! Bisa-bisa anak mendapatkan dosis lebih rendah atau malah lebih tinggi dari seharusnya.

Ketiga, untuk antibiotik sebaiknya penggunaannya mengikuti kaidah around the clock. Contohnya, jika dosis diberikan 2 kali sehari,  sebaiknya obat diberikan tiap 12 jam. Sedangkan untuk pemberian 3 kali sehari, sebaiknya obat diberikan tiap 8 jam. Hal ini untuk menjaga agar kadar obat di dalam darah selalu berada di level di mana bakteri dapat terbunuh atau terhambat pertumbuhannya. Kamu takut lupa memberikan obat? Baca tips-tips kreatif untuk membantumu mengingat minum obat di link ini!

 

Perhatikan waktu kedaluwarsa (expired date), batas waktu penggunaan (beyond use date), dan suhu penyimpanan

Jika sirup antibiotik belum dilarutkan, maka obat masih dapat digunakan hingga waktu kedaluwarsa (expired date) yang diberikan oleh pabrik. Namun, setelah mengalami pelarutan dengan air, obat hanya bisa digunakan dalam batas waktu tertentu, biasanya hanya 7 atau 14 hari sejak tanggal obat dilarutkan. Inilah yang disebut dengan beyond use date. Perhatikan juga suhu penyimpanan obat setelah dilarutkan. Sirup antibiotik berisi amoksisilin biasanya harus disimpan dalam kulkas (suhu 2 hingga 4 derajat Celcius) setelah dilarutkan. Semua informasi mengenai batas waktu penggunaan maupun suhu penyimpanan sirup antibiotik setelah dilarutkan tercantum dalam kemasan obat.

 

Itulah hal-hal penting mengenai pemberian sirup antibiotik untuk anak! Jangan lupa perhatikan cara pelarutan untuk obat berbentuk sirup kering. Perhatikan pula dosis dan cara penggunaan yang dianjurkan, gunakan hanya sendok atau gelas ukur yang diberikan. Dan terakhir, beri juga perhatian pada cara penyimpanan dan batas waktu penggunaan obat. Jika hal-hal ini Kamu perhatikan dengan baik, efek antibiotik dalam melawan bakteri penyebab penyakit akan semakin maksimal!

Salam sehat!

  • # Antibiotik