Widyanti Olivia
09 November 2016

Berbagai Mitos Tentang Alat Kontrasepsi Spiral

Spiral atau alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) yang bisa dikatakan dapat menjadi salah satu metode kontrasepsi yang paling aman. Namun sayangnya, alat kontrasepsi spiral ini tidak terlalu populer dikalangan masyarakat awam karena terdapat berbagai mitos tentang efek samping yang mungkin terjadi akibat penggunaannya. Sebenarnya banyak pilihan metode kontrasepsi dan berbagai keuntungannya, dan spiral bisa menjadi salah satu pilihan untuk Anda dalam memilih alat kontrasepsi. Secara umum ada dua jenis alat kontrasepsi spiral yang beredar dipasaran, yaitu spiral yang mengandung tembaga dan spiral yang mengandung hormon progesteron. Adapun spiral yang digunakan sebagai metode kontrasepsi ini umumnya terbuat dari plastik berbentuk huruf T yang diliputi oleh kumparan tembaga dan diletakkan dalam rongga rahim dengan berbagai merek dan harga. Kumparan tembaga yang terdapat pada spiral ini kemudian akan mengakibatkan reaksi peradangan lokal karena dianggap sebagai benda asing. Reaksi peradangan ini kemudian mengakibatkan gangguan pada sperma yang masuk dan menyulitkan untuk terjadinya penempelan sel telur yang sudah dibuahi ke dalam dinding dalam rahim (endometrium). Alat kontrasepsi spiral ini dapat dipakai hingga 8-10 tahun dan hanya perlu dilakukan pemeriksaan berkala untuk memastikan bahwa spiralnya masih berada diposisi yang tepat. Pemeriksaannya pun dapat dilakukan oleh penggunanya sendiri, karena spiral ini disertai dengan benang elastis yang dapat diraba di vagina. Apabila benang tersebut tidak dapat diraba, maka perlu dilakukan pemeriksaan USG untuk menilai keberadaan spiral tersebut dalam rahim. Adapun jenis alat kontrasepsi spiral yang mengandung hormon umumnya tidak digunakan sebagai metode kontrasepsi karena harganya jauh lebih mahal, yaitu berkisar 2-3 juta per buah dengan masa perlindungan 3 tahun. Umumnya spiral jenis ini digunakan untuk wanita yang mengalami gangguan haid atau mereka yang mengalami nyeri haid karena memiliki adenomiosis atau kista coklat, baik yang belum dioperasi atau untuk mencegah rekurensi (timbul kembali) pada mereka yang sudah dioperasi sebelumnya.

Penggunaan Alat Kontrasepsi Spiral

Alat kontrasepsi spiral hanya digunakan pada mereka yang tidak ingin memiliki anak lagi. Beberapa wanita yang mendapatkan edukasi tentang penggunaan spiral setelah kehamilan pertamanya seringkali berkata, “saya masih mau punya anak lagi, dok”. Meskipun spiral dapat digunakan untuk jangka panjang hingga 8-10 tahnu, namun dapat dilepaskan kapan saja dengan menarik benang yang menjulur ke vagina. Alat kontrasepsi spiral ini dapat dilepaskan oleh bidan atau dokter dengan menggunakan spekulum. Umumnya untuk mengurangi rasa sakit, pemasangan atau pelepasan spiral ini dapat dilakukan pada saat haid, karena pada saat haid, mulut rahim akan relatif lebih terbuka sehingga akan lebih mudah untuk memasukkan atau melepas spiral tersebut. Untuk melakukan pemasangan ataupun pelepasan spiral diperlukan bantuan alat, artinya spiral tersebut tidak mungkin jalan sendiri, apalagi jalan sampai ke otak. Beberapa kasus posisi spiral yang berubah mungkin disebabkan karena teknik pemasangan yang tidak benar, misalnya karena terlalu dalam atau miring sehingga spiral dapat menembus dinding rahim dan masuk kedalam rongga perut. Selain itu, pada bebarapa kasus dapat terjadi ekspulsi (spiral keluar sendiri dari dalam rahim). Angka ekspulsi cukup tinggi pada pemasangan spiral langsung setelah proses persalinan karena pada saat itu ukuran rahim masih cukup besar sehingga spiral dapat merosot keluar. Meskipun dapat dilakukan pemasangan spiral pada saat operasi sesar berlangsung, namun untuk melepaskannya tidak diperlukan tindakan operasi lagi karena tindakan tersebut dapat dilakukan dari vagina. Kontrasepsi merupakan usaha untuk mencegah kehamilan. Semua usaha ada risiko kegagalan, meskipun sangat kecil. Pada penggunaan alat kontrasepsi spiral pun juga dapat mengalami kegagalan yaitu 1:100.000. Beberapa orang bahkan menceritakan “tetangganya” yang menggunakan spiral dan hamil dengan spiralnya “menempel” pada kepala bayi. Seorang bayi dalam kandungan akan dilindungi oleh selaput ketuban. Artinya jika seorang wanita hamil saat menggunakan spiral, maka spiral tersebut akan berada di luar selaput ketuban dan tidak mengakibatkan kecacatan pada janin. Selain mitos-mitos di atas, masih banyak wanita yang takut menggunakan alat kontrasepsi spiral karena takut libidonya turun. Padahal libido seseorang diatur oleh otak, artinya tidak ada hubungannya antara libido dan penggunaan spiral. Selain itu benang yang ada pada spiral bukan benang yang kaku sehingga tidak mengganggu saat melakukan hubungan seksual. Mitos yang lain yang ada, yaitu apabila menggunakan spiral maka seorang wanita tidak boleh bekerja. Jangan khawatir, karena tidak ada hubungan antara bekerja dan penggunaan spiral. Bukan berarti spiral dapat berpindah atau terlepas jika seseorang bekerja.

Apa yang Perlu Diperhatikan Jika Menggunakan Alat Kontrasepsi Spiral?

Seperti yang sudah disebutkan di atas, bahwa meskipun kecil, namun ada kemungkinan ekpulsi spiral. Oleh karena itu perlu dilakukan pemeriksaan berkala untuk memastikan bahwa alat kontrasepsi spiral tersebut masih berada pada posisi yang tepat. Pemeriksaan yang dimaksud dapat melalui vagina dengan menggunakan spekulum untuk melihat benang atau dengan menggunakan USG, pada bulan pertama lalu selanjutnya per 6 bulan. Nyeri perut hebat dapat timbul jika spiral yang dipasang bergeser/ melorot dari tempatnya. Segeralah melakukan pemeriksaan ke bidan atau dokter terdekat.

Penggunaan Alat Kontrasepsi Spiral Ketika Keputihan

Hati-hati jika Anda sering mengalami keputihan ketika sedang menggunakan spiral. Infeksi berulang pada vagina (keputihan), apabila tidak segera diobati akan mengakibatkan penyebaran infeksi ke dalam rahim yang ditandai dengan darah haid atau keputihan yang berbau disertai dengan adanya nyeri pada perut bagian bawah. Pada keadaan ini seringkali spiral harus dilepaskan untuk sementara waktu. Namun bukan berati penggunaan alat kontrasepsi spiral yang mengakibatkan infeksi, karena pemasangan spiral dilakukan secara steril.

Spiral dan Penularan Penyakit

Penggunaan spiral tidak mengurangi risiko penularan penyakit yang dapat ditularkan lewat hubungan seksual. Oleh karena itu terkadang diperlukan penggunaan kondom apabila melakukan hubungan seksual yang berisiko menularkan penyakit seperti infeksi sifilis, hepatitis, HIV, dan Zika. Saya berharapmelalui tulisan saya ini, Anda bisa lebih mengerti tentang keunggulan menggunakan alat kontrasepsi jenis spiral dibandingkan jenis kontrasepsi yang lainnya.

  • # Terbaru
  • # Informasi
  • # Komunitas
  • # Spiral