Vaksin Tdap pada Ibu Hamil Penting untuk Mencegah Penularan Difteri, Pertusis dan Tetanus ke Bayinya
Seorang ibu dapat dengan mudah menularkan penyakit kepada bayinya, dan biasanya gejala yang dialami bayi akan lebih parah. Salah satunya pertusis, atau batuk rejan. Oleh karena itu itu hamil wajib mendapatkan vaksin untuk mencegah pertusis dan juga penyakit lain yang tidak kalah berbahaya yaitu difter dan pertusis. Vaksin untuk mencegah penyakit ini pada orang dewasa dan hamil adalah vaksin Tdap (tetanus, difteri, dan aseluler pertusis).
Nah, apa manfaat dan kapan diberikan pada ibu hamil? Bisa dibaca selengekapnya di sini!
Perlindungan Terhadap Difteri, Tetanus,dan Pertusis
Mums pasti sudah tahu bahwa vaksinasi tidak hanya diberikan pada anak. Orang dewasa juga masih perlu menerima beberapa vaksinasi. Vaksin difteri, tetanus, dan aselular pertusis (Tdap) adalah salah satu jenis vaksin yang diberikan pada orang dewasa, termasuk ibu hamil.
Vaksin Tdap dapat mencegah dari tiga penyakit ini:
1. Difteri
Difteri adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri dan umumnya menunjukkan gejala dalam 2–5 hari setelah terinfeksi. Penyakit ini menyerang tenggorokan dan rongga hidung dan gejalanya bisa serius.
Gejala umumnya adalah pembengkakan kelenjar getah bening, demam tinggi, sakit tenggorokan, kesulitan menelan, rasa letih, sesak napas, dan kelelahan. Difteri mudah menular melalui kontak dengan cairan tubuh dari pasien yang terinfeksi.
Ibu hamil yang terinfeksi dalam dapat dengan mudah menularkan penyakit ini ke bayinya.
2. Tetanus
Penyakit tetanus juga disebabkan infeksi bakteri yang menyerang sistem saraf pusat. Tetanus ini sangat mengerikan. Jika seseorang terkena tetanus dan tidak menerima penanganan medis yang memadai atau tepat waktu, maka dapat menyebabkan komplikasi fatal hingga kematian.
3. Pertusis
Suatu penyakit saluran pernapasan akibat infeksi bakteri dengan gejala yang mirip seperti influenza pada tahap awal infeksinya. Gejala utamanya adalah batuk kronis yang mengakibatkan pasien kelelahan. Pertusis dulu sering disebut batuk rejan. Orang dewasa apalagi bayi yang belum mendapatkan vaksin bisa mengalami komplikasi yang disebabkan penyakit ini dapat berakibat fatal.
Perbedaan vaksin untuk anak vs dewasa
Vaksin untuk mencegah difteri, pertutis, dan tetanus dibedakan antara bayi dan anak-anak serta pada orang dewasa:
Bayi dan anak-anak hingga usia 7 tahun
Untuk bayi dan anak-anak berusia 2 bulan hingga 7 tahun menggunakan vaksin DTaP dan DT.
Vaksin DTaP berisi bagian bakteri pertusis yang tidak utuh dan hanya mengandung sedikit antigen yang dibutuhkan saja sehingga minim efek samping;
Vaksin DT hanya terdiri dari toksoid difteri (D) dan tetanus (T) yang khusus ditujukan untuk anak yang memiliki reaksi alergi terhadap vaksin pertusis.
Vaksin lanjutan untuk 7 tahun ke atas dan dewasa
Sedangkan vaksin difteri jenis Tdap (tetanus, difteri, dan aselular pertusis) dan Td (tetanus dan difteri) merupakan jenis vaksin lanjutan yang diberikan setelah anak mendapat serangkaian vaksinasi awal (DTaP atau DT) secara lengkap. Vaksin Tdap dan Td ditujukan untuk anak usia 7 tahun ke atas dan orang dewasa hingga usia 64 tahun.
Pentingnya Vaksin Tdap pada Ibu Hamil
Di beberapa daerah di Indonesia cakupan imunisasi dasar, termasuk vaksin difteri, pertusis, bahkan tetanus, belum tinggi. Padahal, suspek kasus pertusis pada anak usia di bawah satu tahun masih tinggi, yaitu berada di angka 46 persen. Sedangkan sebanyak 78 persen dari anak usia di bawah satu tahun belum mendapatkan imunisasi atau imunisasi belum lengkap. Angka ini berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI tahun 2024.
Pada tahun 2024, terdapat 132 kabupaten/kota di 26 propinsi yang terindikasi adanya kasus pertusis. Sedangkan kasus tetanus pada bayi baru lahir selama periode tahun 2023—2024, juga masih banyak terdeteksi, yaitu terjadi kasus di 26 kabupaten dan empat kota termasuk Jakarta Timur. Data ini menunjukkan bahwa perlunya vaksinasi Tdap pada ibu hamil.
“Terdapat critical period setelah bayi lahir. Di usia 0—2 bulan pertama kehidupan, tubuh bayi belum mampu memproduksi antibodi terhadap pertusis dan belum mendapatkan antibodi dari vaksinasi sama sekali. Pada rentang usia 0—6 bulan, perlindungan pada bayi terjadi melalui transfer antibodi lewat plasenta. Maka dari itu, ibu hamil perlu mendapatkan vaksinasi Tdap yang dapat diberikan mulai trimester kedua,” jelas Anggota Subspesialis Infeksi dan Penyakit Tropis, Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (PP IDAI), dr. Mulya Rahma Karyanti, Sp.A(K), M.SC., Ph.D, dalam acara Kalbe Media Discussion Protecting Moms and Babies: Pentingnya Panduan Vaksin untuk Ibu Hamil, 19 Februari 2025.
Kapan vaksin Tdap diberikan?
Vaksin Tdap direkomendasikan pada usia kehamilan 27–36 minggu atau jika tidak memungkinkan, vaksin bisa diberikan kapan pun selama kehamilan. Pemberian vaksin Tdap juga bisa dilakukan tanpa mempertimbangkan kapan terakhir kali ibu hamil mendapatkan vaksin ini.
Jika Mums membutuhkan informasi seputar kesehatan ibu hamil termasuk vaksinasi pada ibu hamil, bisa download aplikasi Teman Bumil. Di sana secar areguler sering diadakan diskusi dengan experts atau bergabung dengan komunitasnya. (AY)
-
# TBTrimester2
-
# TBMinggu25
-
# Vaksinasi
-
# Difteri
-
# tetanus
-
# Pertusis
-
# Batuk Rejan (Pertusis)