Ana Yuliastanti
01 November 2024
shutterstock

Tahun Depan, Wanita Bisa Skrining Kanker Payudara Gratis di Setiap Hari Ulang Tahun

Hingga saat ini, kanker payudara masih menjadi jenis kanker terbanyak nomer dua di kalangan perempuan di Indonesia, dan salah satu penyebab utama kematian terkait kanker. Hampir 70% diketahui sudah pada stadium lanjut. Sedihnya, kebanyakan wanita takut untuk memeriksakan payudaranya, meskipun sudah menemukan ada benjolan. Akhirnya, datang ke dokter sudah terlambat.


Ketika ketakutan menghalangi seorang ibu atau wanita untuk cek kanker payudara, maka peluang sembuh untuk mendampingi anak-anak tumbuh besar menjadi tertutup. Mums, deteksi dini itu penting. Mengapa?


Dijelaskan oleh Prof. Dr. dr. Soehartati Argadikoesoema Gondhowiardjo, Sp.Rad (K),Onk.Rad, Koordinator Pelayanan Kanker Terpadu RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo (PKaT RSCM), bahwa kanker payudara sebenarnya merupakan salah satu kanker paling ringan di antara jenis kanker lainnya. “Tetapi syaratnya jika ditemukannya di stadium awal, di mana peluang kesembuhan mencapai 95%, artinya 95% pasien akan sembuh bebas kanker dalam waktu 5 tahun ke depan,” jelasnya dalam Konferensi Pers Asosiasi Advokasi Kanker Perempuan Indonesia (A2KPI), Kamis 31 Oktober 2024.


Ia menghimbau agar para wanita percaya pada deteksi dini hingga terapi tepat, yang sudah disediakan oleh dokter di fasilitas kesehatan, dan jangan percaya pada terapi yang

tidak berbasis bukti.

Baca juga: Apa Itu Alpha Female? Ini Ciri-ciri dan Cara Mengambil Hatinya


Skrining Gratis untuk Kanker


Karena kasus baru dan kematian akibat kanker yang masih tinggi, maka penanganan kanker menjadi salah satu prioritas pemerintah. Rencana strategis penanganan kanker sudah tertuang dalam Rencana Kanker Nasional 2024 - 2034 yang diluncurkan awal Oktober lalu.


Khusus untuk kanker payudara, A2KPI banyak memberikan masukan untuk membantu pasien kanker payudara mendapatkan pelayanan yang lebih baik. Penasehat Dharma Wanita Persatuan, Ida Rachmawati Gunadi Sadikin memaparkan, bahwa dalam Rencana Kanker Nasional 2024 – 2034 yang akan dimulai Januari 2025, pemerintah merencanakan skrining gratis untuk semua penyakit, pada semua penduduk mulai bayi hingga lansia. Skrining ini diberikan setiap ulang tahun.


Ida menambahkan, skrining penyakit dibagi menjadi kelompok prasekolah, kelompok anak sekolah dan remaja, dan kelompok dewasa dan lansia. Pada kelompok dewasa ini, khusus para wanita, bisa melakukan skrining kanker payudara yang diberikan pada wanita di atas usia 40 tahun.


Prof. Soehartati menambahkan, Skrining kanker payudara dilakukan dengan menemukan benjolan tidak normal pada payudara, biasanya melalui pemeriksaan fisik, USG, atau mammografi.


Kalau hasil skrining ditemukan benjolan, maka pasien akan dikirim ke rumah sakit untuk dilakukan biopsi. Jangan khawatir, karena tidak semua benjolan di payudara adalah kanker. Hanya 15-20% benjolan yang memang kanker,” jelasnya.


Kalaupun hasil biopsi ternyata memang kanker payudara, Prof. Soehartati melanjutkan, pemerintah sudah menyiapkan rencana terapi, baik itu operasi, kemoterapi, radioterapi hingga terapi hormon atau terapi target. “Semuanya ditanggung BPJS,” tegasnya.


Jadi, lanjut semua pembicara, tidak ada alasan untuk menunda upaya deteksi dini, baik dilakukan sendiri di rumah dengan periksa payudara sendiri, maupun skrining yang dilakukan di layanan kesehatan.



RAN Kanker Payudara


Aryanthi Baramuli Putri, Ketua panitia A2KPI mengapresiasi Pemerintah atas peluncuran Rencana Kanker Nasional 2024 - 2034 dan menyerukan agar segera ditindaklanjuti dengan penyusunan Rencana Aksi Nasional Kanker Payudara (RAN Kanker Payudara).


“RAN Kanker Payudara adalah strategi nasional untuk menurunkan beban penyakit kanker payudara dan mencapai target penurunan angka kematian akibat kanker payudara sebesar 2.5% per tahun sebagaimana ditetapkan oleh WHO melalui Global Breast Cancer Initiative,” ujar Aryanthi.


Kerangka Kerja Global Breast Cancer Initiative WHO melalui Global Breast Cancer Initiative (GBCI) telah menyusun kerangka kerja yang dapat diadaptasi oleh setiap negara untuk menurunkan angka kematian akibat kanker payudara. Kerangka kerja GBCI ini menekankan pentingnya deteksi dini, diagnosis yang cepat dan tepat, serta perawatan yang komprehensif.


Linda Agum Gumelar, Ketua Yayasan Kanker Payudara Indonesia dan salah satu penggagas A2KPI menjelaskan lebih lanjut, “RAN Kanker Payudara sangat penting sebagai peta jalan agar Indonesia dapat mencapai sasaran penurunan angka kematian akibat kanker payudara serta memastikan tercapainya indikator yang telah ditetapkan GBCI yaitu 60% kasus terdeteksi secara dini, diagnosis ditegakkan dalam 60 hari, dan 80% pasien menerima pengobatan multimodalitas sehingga bisa berhasil,” jelasnya.



Samantha Barbara, Dewan Penasehat Lovepink Indonesia menegaskan, “Tujuan utama dari upaya penanggulangan kanker payudara adalah untuk memberikan hasil penanganan yang lebih baik bagi pasien. Oleh karena itu, pasien adalah pemangku kepentingan kunci dalam penyusunan dan implementasi RAN Kanker Payudara. Untuk pasien, bersama pasien.”


Yuk, Mums, mari kita deteksi dini kanker payudara dengan melakukan pemeriksaan Sadari, Sadanis dan Pemeriksaan USG serta Mamografi. Jangan sampai Mums bergabung dengan 66.000 wanita Indonesia yang sudah terdiagnosis kanker payudara dengan tingkat kematian yang sangat tinggi, yaitu 30% dari total kasus. Saat ini kondisi pasien kanker payudara di Indonesia sangat memprihatinkan, di mana lebih dari 48% pasien didiagnosis pada Stadium III dan 20% pada Stadium IV, dan 70% pasien meninggal atau mengalami masalah finansial hanya dalam waktu 12 bulan sejak terdiagnosa.

  • # Kanker Payudara
  • # Kesehatan Wanita