Selain Melanggar Norma, Ini Risiko Hubungan Sedarah bagi Kesehatan!
Kasus mengenai hubungan sedarah yang baru-baru ini beredar di berbagai pemberitaan tentu membuat kita terkejut dan miris. Pasalnya, hubungan sedarah tentu tidak hanya melanggar norma, tetapi juga meningkatkan risiko terhadap kelainan genetik dan gangguan kesehatan pada bayi yang dilahirkan.
Bahkan, kasus hubungan sedarah atau inses yang terbongkar satu per satu ini sudah terjadi dalam rentang waktu yang lama. Lantas, apa sajakah dampak kesehatan bagi mereka yang melakukan hubungan sedarah?
Pengertian Hubungan Sedarah
Menurut Anne Marie Helmenstine, Ph.D, pendidik sekaligus konsultan di bidang ilmu biomedis, perkawinan sedarah atau lebih dikenal dengan hubungan sedarah adalah hubungan seksual yang dilakukan dua orang yang masih memiliki hubungan kekerabatan atau ikatan keluarga, hingga menghasilkan keturunan.
Anne menambahkan, jika seseorang melakukan perkawinan sedarah, kemungkinan adanya persamaan genetik akan semakin besar. “Perkawinan sedarah membuat genetik tidak beragam. Padahal, keanekaragaman ini membantu kita untuk tetap bertahan hidup di lingkungan, beradaptasi, dan memengaruhi kesehatan,” ujarnya.
Baca juga: Inilah Penyebab Perceraian Tersering
Dampak Hubungan Sedarah bagi Kesehatan
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, hubungan sedarah dapat meningkatkan risiko kelainan genetik ataupun gangguan kesehatan lainnya. Yuk, ketahui dampak hubungan sedarah bagi kesehatan yang perlu Kamu ketahui berikut ini Gengs!
1. Kelainan pada Rahang
Jika seseorang melakukan perkawinan atau hubungan sedarah dengan ayah, ibu, anak, adik, kakak, atau sepupu, ia mungkin akan mengalami kelainan pada rahang yang disebut juga dengan prognathism. Gejala dari kelainan pada rahang ini bisa meliputi rahang bawah yang terlihat panjang dan menonjol.
Selain itu, orang dengan prognathism biasanya tidak bisa berbicara dengan benar, fungsi mengunyah menjadi terganggu, hingga memiliki masalah dengan air liurnya. Dahulu, orang-orang yang melakukan perkawinan sedarah dan memiliki prognathism biasanya mandul dan mengalami penurunan fungsi kognitif.
2. Tengkorak yang Tidak Berbentuk
Anggota keluarga kerajaan sering kali melakukan perkawinan sedarah. Pada zaman Mesir kuno misalnya, ratu menikah dengan pangeran atau putranya sendiri atau bahkan sepupu yang juga menikah dengan sepupu. Mereka yang melakukan hubungan sedarah pada umumnya berisiko memiliki tengkorak yang tidak berbentuk.
Nah, hal inilah yang membuat patung Mesir kuno sering kali terlihat memiliki kepala yang memanjang ke belakang atau bentuk kepala yang berbeda-beda. Selain memiliki tengkorak yang tidak berbentuk, mereka yang melakukan hubungan sedarah juga berisiko mengalami skoliosis ataupun langit-langit sumbing.
3. Anggota Tubuh Menyatu
Anak yang lahir akibat perkawinan sedarah juga berisiko lahir dengan kondisi fisik yang tidak sempurna atau cacat. Salah satu suku di Zimbabwe, Vadoma, melakukan praktik hubungan sedarah. Hal inilah yang membuat salah satu anggota tubuh mereka yang bersuku Vadoma menyatu, seperti di bagian kaki.
4. Hemofilia
Hemofilia sempat mewabah di kerajaan Rusia, Romanov dan kerajaan Victoria di Eropa. Hemofilia adalah kelainan genetik di mana darah tidak membeku secara normal atau tidak menggumpal dengan baik. Seseorang dengan hemofilia biasanya mengalami perdarahan yang lebih lama dari orang lain saat cedera.
5. Mikrosefalus
Anak hasil perkawinan sedarah memiliki risiko terhadap mikrosefalus. Mikrosefalus adalah kondisi di mana kepala bayi jauh lebih kecil dari yang seharusnya. Mikrosefalus dapat terjadi karena otak bayi belum berkembang dengan baik selama kehamilan atau telah berhenti tumbuh setelah lahir.
Anak dengan mikrosefalus bisa mengalami berbagai gangguan kesehatan. Hal ini tergantung pada seberapa parah mikrosefalus mereka. Kelainan ini sering dikaitkan dengan kejang, perkembangan yang lambat, penurunan fungsi kognitif, gangguan keseimbangan, pendengaran, hingga penglihatan.
6. Langit-langit Sumbing
Anak-anak akibat perkawinan sedarah berisiko memiliki langit-langit sumbing dan mungkin saja mengalami gangguan makan karena penghalang antara mulut dengan hidung tidaklah normal. Selain itu, orang-orang dengan langit-langit sumbing berisiko terkena infeksi telinga tengah lebih besar.
Baca juga: Mencapai Orgasme saat Menopause, Bisakah?
7. Penyakit Kaki Pekuk
Kaki pekuk adalah kondisi di mana kaki tampak seperti bengkok atau ditandai dengan kaki yang tampak terbalik. Seseorang dengan kondisi ini pada umumnya tidak merasakan ketidaknyaman atau sakit saat berjalan. Penyakit kaki pekuk ini bisa diketahui setelah anak lahir.
8. Albino
Albino adalah kondisi kelainan genetik yang membuat tubuh seseorang kekurangan melanin, zat yang memengaruhi pigmen pada tubuh, seperti rambut, kulit, bibir, dan bagian tubuh lainnya. Melanin berfungsi melindungi tubuh dari paparan sinar matahri. Saat orang tidak memilikinya, akan sangat berbahaya bagi kulit.
Orang dengan albino biasanya cenderung memiliki mata yang terang, kulit pucat, atau rambut yang putih. Kelainan ini bersifat genetik dan tidak ada obatnya. Pengobatan berfokus pada mengurangi gejala atau perubahan yang dirasakan. Orang-orang albino biasanya harus menggunakan kacamata atau lensa kontak karena mereka mengalami gangguan penglihatan beberapa bulan setelah lahir.
Selain itu, orang-orang albino juga disarankan untuk menggunakan krim tabir surya untuk melindungi kulitnya dari paparan sinar matahari secara langsung. Bahkan, sebisa mungkin, mereka tidak melakukan kegiatan di luar rumah saat matahari sedang terik.
9. Dwarfisme
Mereka yang melakukan hubungan sedarah berisiko memiliki anak yang kerdil atau disebut juga dengan dwarfisme. Dwarfisme sendiri adalah kelainan di mana penderitanya memiliki tinggi yang berada di bawah rata-rata. Selain itu, tinggi orang-orang dengan dwarfisme tidak bisa bertambah lagi.
10. Sistem Kekebalan Tubuh yang Lemah
Anak-anak yang lahir akibat inses atau perkawinan sedarah cenderung lebih mudah jatuh sakit. Saat Kamu melakukan hubungan sedarah dengan kerabat atau orang yang memiliki ikatan keluarga, sistem kekebalan yang dihasilkan memiliki gen alel yang berbeda dan hanya melindungi tubuh dari beberapa penyakit.
11. Risiko Infertilitas Lebih Tinggi
Mereka yang melakukan praktik inses memiliki risiko infertilitas lebih tinggi atau memengaruhi kesuburan. Anak-anak yang dilahirkan oleh pasangan yang inses juga berisiko terhadap kematian. Jika anak sudah dilahirkan pun, anak tersebut memiliki risiko infertilitas yang lebih tinggi.
12. Skoliosis
Kondisi ini umum dialami oleh orang-orang yang melakukan perkawinan sedarah. Skoliosis adalah kondisi di mana tulang belakang membentuk seperti lengkungan. Pada kasus yang parah, skoliosis dapat memengaruhi kemampuan seseorang untuk berjalan atau duduk dengan nyaman.
Jadi, tidak hanya melanggar norma sosial, inses juga dapat meningkatkan risiko terhadap kelainan genetik serta gangguan lainnya seperti yang disebutkan di atas. Oh iya, kalau Kamu bingung atau punya pertanyaan seputar kesehatan, jangan ragu untuk menggunakan fitur Forum yang ada di GueSehat. Cobain fiturnya, yuk!
Sumber:
Tribun Madura. 2019. Tujuh Kasus Hubungan Sedarah yang Terkuak Selama 2019, Didominasi Ayah Kandung Cabuli Anaknya.
CNN Indoneisa/ 2019. Fenomena Inses, Antara Kesempatan dan Ketidakberdayaan.
Thought Co. 2019. What Is Inbreeding? Definition and Genetic Effects.
Baby Gaga. 2017. 14 Messed Up Consequences When Families Procreate.
-
# Pernikahan
-
# Sex & Relationship
-
# Sex