Hindari 10 Penyebab Umum Konflik Suami Istri Setelah punya Anak
Kehadiran anak adalah sebuah anugerah. Hal ini tentu yang diharapkan semua orang tua. Namun, bagi banyak pasangan, kehadiran bayi juga bisa menjadi sumber konflik, karena mereka dipaksa untuk menyesuaikan diri dengan kehadiran bayi baru. Bisa jadi perubahan itu mengubah kenyamanan yang selama ini dijalani.
Masalah seperti kurang tidur, kurangnya waktu berkualitas dengan pasangan, ditambah tuntutan untuk memberikan yang terbaik dan semua tekanan yang menyertainya membuat pertengkaran hampir tidak dapat dihindari.
Penyebab Konflik Setelah punya Anak
Bagi pasangan suami istri, hadirnya tanggung jawab baru bisa terasa sangat berat dan melelahkan. Hal itu dikatakan psikolog dan pendiri Duality Psychological Services Joel Frank, Psy.D., terutama bagi seorang pria. Menurut Frank, cukup umum bagi ayah baru merasa diabaikan secara emosional setelah kehadiran anak.
Jadi, mudah untuk memahami bagaimana dan mengapa pasangan bisa mulai lebih banyak bertengkar setelah kehadiran bayi. Menurut para ahli dan beberapa ayah yang pernah mengalaminya, inilah penyebab pertengkaran klasik yang mereka alami setelah kelahiran bayi.
1. Perkelahian Olahraga
Para Dads dengan hobi menonton atau bermain olahraga, siapa bisa melawan? Tapi ketika sudah ada si Kecil, mungkinkan Mums rela membiarkan Dads bermain futsal setiap akhhir pekan dengan teman-temannya? Belum tentu.
Masalah hobi olahraga ini kerap menjadi sumber pertengkaran, mungkin intensitanya kecil, tetapi akan lebih sering. Sebelum ada anak, mungkin Mums bisa menemani Dads k elapangan sepakbola, tenis atau futsal sesekali. Tetapi jika punya bayi, Mums tentu mau Dads ikut mengasuh bayi, termasuk saat akhir pekan.
2. Perkelahian tengah malam
Masa-masa punya bayi baru lahir adalah cobaan buat Mums dan Dads, Selamat tinggal sementara tidur nyenyak dan bangun di pagi hari dengan segar bugar. Bagi Dads tentu hanya ingin sekadar istirahat setelah bekerja dari pagi. Bagi Mums yang sudah menemani bayi 24 jam, tentu mendambakan istirahat minimal tidur nyenyak 2-3 jam saja.
Nah, sebaiknya dikompromikan ya Mums dan Dads, bagaimana membagi waktu begadang menemani bayi menangis dan terbangun karena lapar atau popok basah di tengah malam.
3. Pertengkaran masalah keintiman
Dokter sudah berpesan kepada ibu yang habis melahirkan, butuh waktu enam minggu untuk pulih sebelum diizinkan untuk berhubungan seks lagi. Faktanya, banyak pasangan masih berjuang untuk bisa berhubungan seks hingga berbulan-bulan, atau bahkan bertahun-tahun, setelah bayi lahir.
Salah satu alasan Mums dan Dads susah berhubungan intim ya tentu saja bayi. Baru mau mulai, eh bayi merengek dan menangis. Tetapi ada juga alasan lain. Mums sedang belajar untuk menjalani tubuh barunya, yang mungkin disertai dengan rasa takut atau malu tentang perubahan bentuk tubuhnya.
Selain itu perubahan hormonal membuat mood ibu juga masih naik turun dan tidak ada energi untuk mencurahkan perhatian seksual pada pasangan mereka.
4. Pertengkaran di jamuan makan malam
Sebelum punya anak, undangan untuk makan malam dengan keluarga dan sahabat dekat tidak menjadi masalah. Tapi sekarang, acara makan-makan dan kumpul bersama teman tidak sama lagi. Mums akan menelpon Dads jika dua jam belum pulang. Sabar ya, biasanya ini akan terjadi di minggu-minggu atau bulan awal kelahiran si kecil saja.
5. Pertengkaran di dapur
Sekarang perkara makan dan memasak nih, Mums dan Dads. Kelelahan mengurus bayi kadang membuat Mums tidak lagi sempat menyiapkan makan malam untuk Dads. Ada baiknya, bersabar dengan menyiapkan makan malam sendiri, atau pesan makanan secara online. Tentu akan jauh lebih baik kalau Dads justru yang menyiapkan makan untuk istri tercinta.
6. Pertengkaran pekerjaan
Kehadiran bayi baru sering kali mendorong orang tua untuk melihat kembali prioritas mereka, termasuk ambisi karier, yang dapat menyebabkan perbedaan pendapat tentang apa yang terbaik bagi keluarga.
Pengorbanan karier sering kali menjadi sumber pertikaian, terutama jika salah satu pasangan, misalnya Mums, merasa terpaksa menunda karier mereka demi mengurus anak, sementara Dads terus berkembang. Sebaiknya bicarakan baik-baik dengan kepala dingin, bahkan jauh-jauh hari sebelum menjalani progam hamil.
7. Pertengkaran video game
Siapa tidak kesal melihat suami asik dengan gadgetnya sementara Mums sudah lelah dan bermata panda mengurus anak?
8. Pertengkaran soal uang
Ini mungkin dialami banyak pasangan. Banyak pasangan yang tidak membayangkan, bahwa biaya membesarkan anak itu sama besarnya dengan membeli rumah dan mencicil mobil. Itu adalah perubahan besar dalam bidang keuangan rumah tangga.
9. Pertengkaran gaya pengasuhan
Salah satu masalah yang dapat menyebabkan perselisihan adalah gaya pengasuhan yang berbeda antara Dads dan Mums. Ketika salah satu orang tua, misalnya Mums, sangat terlibat atau dominan, mereka dapat menyalahkan Dads yang terlupakan yang merasa terpojok sebagai orang tua kedua. Sebaiknya anak diasuh bersama, dan tidak ada satu pihak yang sangat dominan. Anak membutuhkan figur ayah dan juga ibu.
10. Pertengkaran mertua
Dulu sebelum punya anak, Mums dan Dads mungkin rutin berkunjung ke rumah mertua. Setelah ada anak, waktu seperti habis untuk mengurus bayi di rumah. Keluar rumah sudah cukup merepotkan dengan bayi dan perlengakapannya. Ini menimbulkan konflik Mums dan Dads, siapa yang harus dikunjungi. Pertengaran soal mertua juga bisa terjadi saat mereka terlalu ikut campur dalam pengasuhan anak. Mums yang tidak terima protes ke Dads dan jadilah sumber pertengkaran.
Semua sumber konflik setelah punya anak mungkin bukan hal yang prinsip, dan pertengkaran yang terjadi pun skalanya kecil. Namun, semua itu bisa dihindari kalau Mums dan Dads bisa saling berkomunikasi dan memiliki peran yang setara dalam mengasuh anak. Dengan begitu, bisa terhindar dari pertengkaran yang tidak perlu.
Ada banyak lagi artikel seputar rumah tangga dan pengasuhan anak di aplikasi Teman Bumil. Mums juga bisa sharing dengan Mums lain di komunitas, dan juga berkonsultasi dengan ahli.
Referensi:
-
# Pernikahan
-
# ibu rumah tangga