Eka Amira
25 Mei 2024
shutterstock

Gejala Depresi Pada Remaja Sering tidak DIkenali, Orang Tua Harus Waspada

Baru-baru ini, viral pemberitaan remaja berusia 13 tahun bertingkah layaknya ODGJ setelah HP dan sepeda miliknya dijual oleh sang ibu. Usut punya usut, ternyata HP dan sepeda tersebut didapatkan setelah si anak menabung selama berbulan-bulan. Jadi, ketika HP dan sepeda tersebut dijual, anak tersebut mengalami kekecewaan berat hingga berkembang menjadi depresi. Mirisnya lagi, ternyata gejala depresi pada remaja ini sudah berlangsung selama 1 tahun dan si ibu tidak mencari bantuan karena ketidakpahamannya.

Harus diakui, masih banyak orangtua yang mengabaikan kesehatan mental anak. Asal anak tampak sehat secara fisik, berprestasi secara akademik, dan tidak membuat onar, orangtua merasa anaknya baik-baik saja. Padahal, memperhatikan kesehatan mental anak adalah salah satu tugas utama orangtua. Termasuk mengenali gejala depresi pada remaja dan segera membawanya berobat jika mendapati gejala depresi.

Baca juga: Pengaruh Medsos untuk Remaja: Positif atau Negatif?

Gejala Depresi pada Remaja

Masa remaja adalah masa di mana anak mengalami banyak perubahan dalam hidup. Perubahan fisik, hormon, sosial, semuanya bisa membuat anak mengalami eskalasi emosi dan suasana hati. Terlebih, remaja yang masih muda belum bisa mengendalikan emosi dengan baik, yang bisa berujung pada depresi. 

Gejala depresi pada remaja biasanya berupa:

  • tampak sedih atau murung dalam waktu yang lama

  • menjadi mudah tersinggung atau marah karena masalah kecil

  • tidak tertarik pada hal-hal yang dulu mereka sukai

  • merasa lelah sepanjang waktu

  • sulit tidur atau tidur lebih banyak dari biasanya

  • tidak dapat berkonsentrasi

  • enggan berinteraksi dengan teman dan keluarga

  • menjadi ragu-ragu

  • tidak percaya diri

  • makan lebih sedikit atau lebih banyak dari biasanya

  • mengalami perubahan berat badan yang signifikan

  • tampak tidak bisa rileks

  • berbicara tentang perasaan bersalah atau tidak berharga

  • ada pembicaraan tentang bunuh diri 

  • ada luka bekas sayatan pada kulitnya

  • sering mengeluh sakit kepala, sakit perut, nyeri pinggang, atau kelelahan

  • sulit mengambil keputusan

  • perilaku tidak bertanggung jawab, seperti terlambat masuk kelas, bolos sekolah, dan tidak membereskan kamar

  • perilaku memberontak

  • penurunan nilai akademik secara tiba-tiba

  • penggunaan alkohol atau obat-obatan terlarang 

  • menangis tanpa sebab

  • obrolan yang pesimis tentang masa depan, seperti kehidupan masa depan suram 

  • kurang memperhatikan kebersihan diri atau penampilan

  • ada percobaan bunuh diri

  • sering mengkritik diri sendiri.

  • Penyebab Depresi pada Remaja

    Ada beberapa kemungkinan penyebab depresi pada remaja. Ini termasuk:

    • Kimia otak. Neurotransmitter ialah bahan kimia otak alami yang membawa sinyal ke bagian lain otak dan tubuh. Gangguan pada bahan kimia ini dapat menyebabkan perubahan fungsi reseptor saraf dan sistem saraf, sehingga menyebabkan depresi.

  • Hormon. Perubahan keseimbangan hormon tubuh bisa berkontribusi terhadap depresi.

  • Sifat yang diwariskan.  Depresi lebih sering terjadi pada orang yang memiliki keluarga, seperti orangtua atau kakek nenek yang juga memiliki riwayat depresi

  • Trauma anak usia dini. Peristiwa traumatis selama masa kanak-kanak, seperti bullying, kemiskinan, masalah keluarga, atau kehilangan orangtua, dapat meningkatkan risiko depresi.

  • Pola pikir negatif yang dipelajari. Depresi lebih mungkin dialami remaja yang selalu berpikir dan merasa tidak berdaya, daripada remaja yang belajar untuk merasa mampu menemukan solusi untuk tantangan hidup.

  • Jika Mums Curiga Anak Mengalami Depresi

    Jika Mums merasa anak mungkin mengalami depresi, penting untuk membicarakannya dengan mereka. Cobalah untuk mencari tahu apa yang mengganggu mereka dan bagaimana perasaannya.

    Apa pun penyebab masalahnya, tanggapi dengan serius. Ini mungkin tidak tampak seperti masalah besar bagi Mums, tetapi bisa menjadi masalah besar bagi anak remaja.

    Jika anak belum mau membicarakannya, beri tahu dia bahwa Mums mengkhawatirkannya dan akan selalu ada jika dia membutuhkan Mums. Dorong mereka untuk berbicara dengan orang lain yang mereka percayai, misalnya anggota keluarga lain, teman, atau guru BK di sekolah.

    Mungkin bermanfaat bagi Mums untuk berbicara dengan orang lain yang mengenal si anak, seperti teman sekolahnya, wali kelas, guru BK, atau saudaranya. Mums juga dapat menghubungi sekolah anak untuk menanyakan apakah anak Mums memiliki masalah di sekolah.

    Jika anak remaja menunjukkan perubahan perilaku yang signifikan, Mums harus menanggapinya dengan serius. Sebab, gejala depresi pada remaja yang tidak ditangani bisa berakibat fatal. Lakukan pendekatan lembut dengan mengajak anak menceritakan masalahnya dan membawanya ke psikolog untuk mendapatkan perawatan.

    Referensi

    Mayo Clinic. Teen depression

    National Health Services. Depression in children and young people

    Nemours Children's Health. Am I Depressed?

    • # Kesehatan anak
    • # Gangguan mental